Liputan6.com, Jakarta Diet menjadi salah satu upaya yang telah dilakukan banyak orang untuk mencapai berat badan ideal dan pola hidup lebih sehat. Upaya satu ini turut dilakukan oleh Elon Musk.
Baru-baru ini, CEO Tesla dan SpaceX tersebut mengungkapkan bahwa dirinya telah menjalani puasa berkala atau intermittent fasting. Kabar itu disampaikan Elon Musk secara terbuka dalam laman media sosial pribadinya.
Baca Juga
"Atas saran dari teman baik, saya telah berpuasa secara berkala dan merasa lebih sehat," ujar Elon Musk mengutip akun Twitter @elonmusk, Jumat (2/9/2022).
Advertisement
Mengutip laman Daily Mail, Elon Musk sempat mendapatkan ejekan lantaran fotonya saat tidak menggunakan baju di atas kapal pesiar beredar di media sosial pada bulan Juli lalu. Banyak warganet mengolok-olok penampilannya kala itu.
Alhasil tak butuh waktu lama, dalam unggahan berbeda Elon Musk pun mengaku telah menurunkan berat badan lebih dari 20 lbs atau sekitar 9 kilogram dengan menjalani diet intermittent fasting.
"Lebih dari 9 kilogram telah turun dari puncak berat badan saya yang tidak sehat," kata Elon Musk.
Lalu, apa sebenarnya intermittent fasting itu? Cara seperti apakah yang dijalani oleh Elon Musk hingga dapat menurunkan berat badan 9 kilogram dalam waktu cukup singkat?
Intermittent fasting sendiri merupakan cara yang dilakukan untuk mengatur pola makan berdasarkan waktu. Metode yang digunakan adalah dengan berpuasa selama 16 jam per hari. Artinya, Anda hanya diperbolehkan untuk makan selama delapan jam saja setiap harinya.
Metode untuk Intermittent Fasting
Mengutip laman Medical News Today, intermittent fasting tidak berfokus pada jenis makanan apa yang harus dimakan atau dihindari. Namun lebih berpacu pada waktu makan itu sendiri.
Dokter spesialis penyakit dalam, Mahmud Kara sendiri mengungkapkan bahwa berpuasa memang populer dalam beberapa tahun belakangan dalam dunia kesehatan. Terdapat banyak jenis diet yang berkaitan dengan puasa.
"Gaya makan seperti itu sendiri dikemukakan oleh Jason Fung, dan dalam bentuknya yang paling sederhana, puasa terjadi ketika Anda memiliki periode makan dan tidak makan," ujar Kara mengutip Live Science.
Menurut Kara, puasa dapat berpengaruh pada tubuh lantaran ketika Anda mengonsumsi makanan, aliran darah seolah akan dibombardir dengan nutrisi dalam bentuk karbohidrat sederhana, asam amino, dan lemak.
"Itu akan memaksa tubuh dalam keadaan metabolisme tinggi yang dengan sendirinya membutuhkan banyak energi. Makan terus-menerus, bahkan jika Anda makan karbohidrat, lemak, dan protein baik, sel-sel kita secara khusus akan berada pada sinyal untuk bekerja," kata Kara.
Advertisement
Perbaikan Sel dalam Tubuh Saat Puasa
Sedangkan ketika berpuasa, sel-sel dalam tubuh akan memiliki waktu untuk beristirahat dan memperbaiki sistemnya. Itulah mengapa menurut Kara, puasa bisa memainkan peranan penting bagi tubuh.
"Sistem berpuasa memberikan kesempatan bagi tubuh untuk menstabilkan kesehatan, mengurangi peradangan, menstabilkan kadar gula darah, memperbaiki manajemen berat badan, dan mengurangi risiko penyakit kronis," ujarnya.
Terlebih puasa berkala seperti intermittent fasting ini merupakan jenis yang mudah untuk pemula. Anda masih diperbolehkan untuk minum air putih, teh, atau kopi saat sedang berpuasa.
"Banyak orang akan menemukan bahwa pola intermittent fasting 16:8 itu tidak terlalu sulit untuk dijalani. Tapi jika terlalu sulit, Anda juga bisa memulainya dengan 12 jam berpuasa lebih dulu baru ditingkatkan menjadi 16 jam," ujar co-founder dan head of science di Lumen, Michal Mor.
"Namun selama jendela makan tersebut, Anda memang lebih dianjurkan untuk mengonsumsi makanan utuh yang padat nutrisi. Berfokus pada makanan bergizi dapat membantu kebutuhan diet Anda terpenuhi,” tambahnya.
Manfaat Intermittent Fasting
Sejauh ini menurut Michal, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa intermittent fasting merupakan jenis diet yang berbahaya. Justru sebaliknya, jenis diet ini menawarkan berbagai manfaat.
"Puasa telah terbukti membantu individu membatasi asupan kalori dan menurunkan berat badan mereka. Puasa juga dapat mengurangi risiko kondisi kesehatan terkait obesitas dan beberapa penyakit kronis,” ujar Michal.
Pendapat selaras diungkapkan oleh ahli gizi, Lucy Jones. Sederhananya, Lucy mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu singkat tersebut, orang cenderung tidak akan makan terlalu banyak.
"Sederhananya, jika Anda hanya bisa makan untuk waktu yang singkat, Anda cenderung tidak makan banyak. Namun tentu saja, ini akan tergantung pada makanan yang Anda makan," kata Lucy.
Advertisement