Update COVID-19 Hari Ini 22 Oktober 2022, Bertambah 2.087 Kasus Baru

Data Kemenkes RI pada Minggu, 22 Oktober 2022 menunjukkan penambahan kasus COVID-19 sebanyak 2.087 jiwa.

oleh Diviya Agatha diperbarui 22 Okt 2022, 19:59 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2022, 19:56 WIB
COVID-19 di Indonesia.
Ilustrasi kasus COVID-19 di Indonesia. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Data yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada Minggu, 22 Oktober 2022 menunjukkan adanya penambahan kasus COVID-19 sebanyak 2.087 jiwa.

Dengan tambahan ini, maka akumulasi kasus positif COVID-19 di Indonesia sejak Maret 2022 genap mencapai 6.469.276 kasus.

Sedangkan kasus aktif COVID-19 di Indonesia hari ini berada pada angka 18.919 dengan penurunan kasus sebanyak 239.

Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh yakni sebanyak 2.308. Sehingga dengan tambahan tersebut, akumulasinya menjadi 6.291.941.

Begitupun dengan pasien yang meninggal akibat virus SARS-CoV-2 yang ikut mengalami penambahan. Penambahannya ada sebanyak 18 jiwa sehingga total pasien meninggal akibat COVID-19 mencapai 158.416.

Data yang dibagikan oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menunjukkan jumlah spesimen yang diperiksa yakni 48.189 dan suspek sebanyak 3.773.

Data tersebut juga menunjukkan 5 provinsi penyumbang kasus terbanyak dari transmisi lokal dan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Kelimanya terdiri dari

- DKI Jakarta sebagai tingkat pertama dengan jumlah penambahan 664 kasus, dengan 622 transmisi lokal dan 42 PPLN.

- Jawa Timur dengan 286 kasus baru, dengan 285 transmisi lokal dan 1 PPLN.

- Jawa Barat dengan 269 kasus baru, 269 transmisi lokal, dan 0 PPLN.

- Jawa Tengah dengan 199 kasus baru, dengan 199 transmisi lokal, dan 0 PPLN.

- Banten dengan 143 kasus baru, 142 transmisi lokal, dan 1 PPLN.

Sedangkan, provinsi lainnya tidak menunjukkan adanya penambahan kasus yang signifikan. Terdapat provinsi yang penambahan kasusnya berada di bawah 5 yakni Aceh, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku.

Bahkan, terdapat satu provinsi yang tidak mengalami kenaikan kasus sama sekali. Provinsi tersebut adalah Maluku Utara.

Capaian Vaksinasi COVID-19 RI

Vaksinasi Dosis Ketiga untuk Tenaga Kesehatan Siloam Hospitals
Petugas medis yang bertugas sebagai vaksinator memvaksin tenaga kesehatan (Nakes) Siloam Hospitals, Tangerang, Rabu (11/8/2021). Vaksin Moderna dosis ketiga yang diterima nakes bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19 sebagai garda depan dalam penanganan pandemi. (Liputan6.com/HO/Firdi)

Data situasi COVID-19, Minggu 22 Oktober 2022 pukul 12.00 WIB juga melaporkan adanya capaian vaksinasi terbaru. Hari ini, capaian vaksinasi di Indonesia bertambah sebanyak 107.833 suntikan.

Rincian capaian tersebut yakni:

- Vaksinasi dosis pertama bertambah 16.575 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 205.088.011

- Vaksinasi dosis kedua bertambah 25.010 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 171.776.852

- Vaksinasi dosis ketiga bertambah 63.999 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 64.759.696

- Vaksinasi dosis keempat bertambah 2.249 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 658.984

Berdasarkan adanya penambahan capaian vaksinasi ini, akumulasinya menjadi 442.283.543 suntikan dengan target sasaran vaksinasi RI sebanyak 208.265.720 jiwa.

Capaian vaksinasi terus bertambah setiap harinya. Membuat pernyataan terkait Indonesia sudah memasuki fase endemi COVID-19 semakin ditunggu-tunggu oleh banyak orang.

Beberapa pihak memperkirakan endemi kemungkinan bisa dideklarasikan pada awal tahun 2022 mendatang. Lalu, Anda mungkin ikut mempertanyakan soal penggunaan vaksin COVID-19 kedepannya. Apakah masih relevan dan dibutuhkan sebagaimana adanya?

Vaksin COVID-19, Masihkah Dibutuhkan?

Tingkat Kesembuhan Pasien COVID-19 Indonesia di Atas Rata Rata Global
Pengendara motor menunggu lampu merah di dekat mural melawan COVID-19 di Jakarta, Kamis (17/11/2020). Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah sangat optimistis dalam pengendalian pandemi Covid-19. (Liputan6.com/JohanTallo)

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengungkapkan bahwa memang masyarakat berharap akan segera memasuki fase endemi COVID-19. Namun, penting untuk tetap waspada terutama dengan varian baru COVID-19, XBB.

"Kita berharap kita segera memasuki fase endemi. Kalau kita lihat kajian-kajian mengatakan semoga awal tahun depan kita sudah bisa men-declare bahwa kita sudah masuk fase endemi," ujar Dirga dalam virtual class bersama Liputan6.com ditulis Sabtu, (22/10/2022).

"Walaupun saya ingatkan, hati-hati sekarang di Singapura ada varian baru lagi. Varian XBB yang menyebabkan lonjakan kasus. Jadi kita jangan sampai kecolongan, tetap waspada agar kita bisa masuk endemi dengan baik."

Varian XBB sendiri sebenarnya sudah masuk ke Indonesia. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin. Pria yang akrab disapa BGS ini menyebut bahwa varian XBB telah masuk dan akan terus dipantau.

"Singapura kasusnya naik lagi ke 6 ribu per hari karena ada varian baru namanya XBB. Varian ini juga sudah masuk di Indonesia," kata Menkes Budi dalam acara daring Capaian Kinerja Pemerintah Tahun 2022 di Jakarta pada Jumat, 21 Oktober 2022.

Pentingnya Vaksinasi untuk Kelompok Berisiko

Layanan Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia di Cibubur Junction
Warga lansia divaksin di Cibubur Junction, Jakarta, Senin (22/03/2021). Lippo Malls menambah jumlah mal yang membuka layanan vaksinasi di Cibubur Junction, Jakarta Timur yang bekerja sama Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan Puskesmas Ciracas. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Lebih lanjut Dirga mengungkapkan bahwa vaksinasi COVID-19 masih tetap dibutuhkan meskipun Indonesia nantinya sudah memasuki fase endemi. Terutama bagi kelompok yang masuk kategori berisiko.

"Endemi itu bukan berarti COVID-19 hilang, tidak. COVID-19 ada di tengah-tengah kita, tapi kita sudah tahu cara hidup berdampingan dengan COVID-19 bagaimana," kata Dirga.

"Vaksinasi akan tetap dibutuhkan terutama untuk mereka yang berisiko tinggi. Satu, orangtua. Dua, kelompok orang-orang dengan komorbid. Tiga, tenaga kesehatan. Jadi bukan berarti kalau sudah endemi, tidak perlu vaksin COVID-19 lagi."

Bahkan menurut Dirga, vaksin COVID-19 mungkin akan diberikan secara berkala. Misalnya setiap satu atau dua tahun sekali. Khususnya bagi kelompok berisiko yang telah disebutkan olehnya di atas.

"Dan ingat, cakupan vaksinasi yang tinggi terutama vaksinasi booster itu merupakan syarat mutlak supaya kita bisa masuk fase endemi dengan aman," ujar Dirga.

Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan Covid-19
Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya