Liputan6.com, Jakarta - Sejak terakhir kali terpapar COVID-19, tubuh seseorang akan mengalami kekebalan alami atau natural immunity, menurut studi dari jurnal kedokteran The Lancet.
Studi berlandaskan data dari 19 negara tersebut menemukan bahwa kekebalan alami mengurangi risiko rawat inap dan kematian hingga 88% selama sekitar 10 bulan.
Baca Juga
Tak hanya itu, hal ini juga menunjukkan bahwa efektivitas kekebalan alami setara atau bahkan lebih dari dua dosis vaksin Pfizer atau Moderna, berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada 16 Februari lalu tersebut.
Advertisement
Menurut para penulis, hasil penelitian menunjukkan bahwa kekebalan alami memberikan perlindungan yang cukup signifikan terhadap penularan COVID-19 varian sebelum Omicron. Akan tetapi, para dokter penulis juga mencatat, perlindungan dapat hilang lebih cepat saat menghadapi varian baru dari virus corona, seperti Omicron saat itu.
Chris Murray, salah satu peneliti dalam studi tersebut melaporkan bahwa infeksi sebelumnya memang sangat baik dalam mencegah penyakit serius dan rawat inap. Akan tetapi, baik vaksinasi maupun infeksi sebelumnya (kekebalan alami) vaksinasi dan infeksi tidak memiliki efektivitas di tahap sampai bisa mencegah penyakit.
"Kekebalan dari infeksi sebelumnya harus dipertimbangkan bersama dengan perlindungan dari vaksinasi ketika mempertimbangkan risiko beban penyakit di masa depan dari COVID-19," kata penulis laporan tersebut. Ia juga menambahkan, pedoman tentang masalah seperti waktu vaksinasi harus diberikan dalam kebijakan yang mewajibkan pekerja untuk divaksinasi.
Perlindungan terhadap Semua Varian Tetap Tinggi
Penelitian dilakukan dengan mengamati 65 studi dari 19 negara hingga September 2022, yang berarti beberapa studi mencakup periode ketika Omicron sedang berada di puncaknya.
Menurut penulis, perlindungan terhadap infeksi varian pra-Omicron tetap tinggi bahkan setelah 40 minggu. “Perlindungan secara signifikan lebih lemah terhadap varian Omicron daripada perlindungan terhadap varian-varian sebelumnya,” mereka menambahkan.
"Bagaimanapun juga, perlindungan terhadap penyakit-penyakit berat pada umumnya cukup tinggi bagi semua varian," tulis para penulis.
Studi tersebut juga menemukan, orang dengan kekebalan alami terhadap varian pra-Omicron mengalami pengurangan efektivitas perlindungan, yakni turun menjadi 36 persen setelah sekitar 10 bulan.
Advertisement
Vaksinasi Tak Kalah Penting
Para peneliti juga menekankan, mereka tidak mengesampingkan efektivitas vaksinasi yang tetap menjadi cara paling pasti untuk mendapatkan kekebalan.
Menurut Chris, infeksi COVID-19 memang memberikan kekebalan jangka panjang, tetapi vaksinasi jauh lebih aman. Hal ini disebabkan karena ketika seseorang sehat tetapi tidak divaksinasi, ia dapat mengalami risiko tinggi saat pertama kali terinfeksi.
"Jika [usia] Anda di atas 60 tahun, beberapa penyakit lain, diabetes atau indeks massa tubuh tinggi, Anda sangat perlu menjaga kekebalan tubuh. Jadi, vaksin booster adalah strategi yang tepat," katanya.
Studi ini juga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang seperti apa COVID-19 di masa yang akan datang. Mengingat banyak orang telah divaksinasi, ketika mereka terinfeksi ulang, kekebalan hibrida atau hybrid immunity dapat berkembang di dalam tubuh.
Menurut studi Julia Spinardi, direktur senior medis untuk vaksin Pfizer asal Brazil, hybrid immunity adalah imunitas yang didapatkan dari kedua jenis kekebalan, yaitu kekebalan dari infeksi sebelumnya dan kekebalan dari vaksin.
"Dalam jangka panjang, sebagian besar infeksi terjadi pada orang yang memiliki perlindungan kuat terhadap penyakit serius melalui infeksi sebelumnya, vaksinasi, ataupun keduanya," ungkap Cheryl Cohen, ahli epidemiologi di Institut Penyakit Menular Nasional Afrika Selatan.
Cheryl menambahkan, hasil dari studi menunjukkan bahwa COVID-19 berkaitan erat dengan kemungkinan rawat inap yang rendah, seperti virus corona lainnya.
(Chelsea Anastasia)