Gegara Kiky Saputri yang Singgung Stroke Kuping, Begini Perbandingan Layanan Penyakit Stroke di Indonesia dan Luar Negeri

Seperti apa perbandingan layanan penyakit stroke di Indonesia dan luar negeri?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Mar 2023, 15:49 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 10:30 WIB
Dokter Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD, Setyo Widi Nugroho, Menyinggung Perihal Penanganan Penyakit Stroke dan Penyakit Lainnya di Indonesia yang Kerap Dibanding-Bandingkan dengan Negara Lain (Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com)
Dokter Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD, Setyo Widi Nugroho, Menyinggung Perihal Penanganan Penyakit Stroke di Indonesia yang Kerap Dibanding-Bandingkan dengan Negara Lain (Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis saraf Eka Hospital BSD, Setyo Widi Nugroho, menyinggung perihal penanganan penyakit stroke di Indonesia yang kerap dibanding-bandingkan dengan negara lain.

Perbandingan layanan kesehatan di Indonesia dan luar negeri menjadi ramai diperbincangan usai kicauan komika Kiky Saputri, yang menceritakan tentang mertuanya yang didiagnosis stroke kuping.

Namun, saat dilarikan ke rumah sakit Singapura, dokter di sana justru tertawa dan menyebut mertua Kiky Saputri hanya flu saja.

"Jadi, begini, apakah di luar negeri lebih bagus? Mungkin, ya... Mungkin, tidak. Tapi begini, stroke ini tidak bisa ditangani oleh dokter (saja), itu adalah sistem," kata Setyo dalam temu media di Menteng, Jakarta Pusat pada Senin, 13 Maret 2023.

"Sistem kesehatan harus sangat baik dalam menangani stroke. Dokter hanya salah satu faktor yang paling ujung," ujarnya.

Negara Harus Memikirkan Cara Pencegahan Stroke

Setyo lalu menambahkan bahwa negara harus memikirkan cara pencegahan stroke untuk masyarakat.

"Saya membayangkan begini, bagaimana cara agar orang di Indonesia yang umurnya di bawah 40 itu slim (langsing). Itu kan negara harus bertindak. Kalau di negara maju, bahkan anak-anak usia sekolah sampai SMA makanannya aja diatur, ada regulasinya dari negara," ujarnya.

Begitu pula di Singapura dan Jepang yang melakukan intervensi untuk mengatur diet masyarakat.

"Jadi, kita harus mencegah, termasuk mencegah penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan stroke seperti penyakit pembuluh darah," dia menambahkan.

Ngomong Soal Penanganan Penyakit Stroke, Setyo Singgung Intervensi yang Belum Cukup

Dengan kata lain, Setyo menilai bahwa Indonesia belum melakukan intervensi yang cukup seperti di negara maju.

"Kita tidak melakukan intervensi yang cukup seperti di negara maju, saya tahu itu sulit sekali tapi kita harus mengusahakan. Nomor satu adalah bagaimana mencegah, paling penting, dimulai dari usia dini. Kalau punya anak-anak kecil, jagalah mereka supaya hingga SMA jangan sampai gemuk, itu nomor satu, mencegah," katanya.

Pencegahan Stroke Sedini Mungkin

Pencegahan stroke dapat dimulai dengan mencegah beberapa kondisi seperti:

  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Hiperlipidemia.

"Kalau di masyarakat kita sudah ada pola bagaimana seseorang agar tidak hipertensi, tidak diabetes, tidak hiperlipidemia. Jika tiga itu saja sudah dicegah, maka akan bisa menurunkan angka stroke luar biasa besar (signifikan)," ujar Setyo.

Peran Negara Dalam Penanganan Penyakit Stroke

Lebih lanjut Setyo mengatakan bahwa pencegahan stroke tingkat negara membutuhkan peran negara dan tidak hanya bisa diatasi oleh dokter saraf saja, 

"Itu peran negara tidak bisa diatasi dengan bedah saraf saja, kita di ujung (posisinya). Yang mengatasi adalah dokter di puskesmas atau di pusat layanan primer yang harus bekerja keras bersama pemerintah supaya tiga penyakit tadi bisa dihindari," katanya.

Selain pencegahan, hal lain yang perlu diperhitungkan adalah soal penanganan orang-orang yang sudah stroke.

"Stroke itu punya keterbatasan waktu. Waktu itu sangat berhubungan dengan bagaimana kita mendapatkan outcome yang baik. Kalau orang sudah sakit stroke waktunya sangat terbatas, paling bagus harus bisa ditangani di bawah empat jam," Setyo menjelaskan.

Gambaran Penanganan Stroke di Luar Negeri Seperti Jepang dan Korea Selatan

Setyo memberi contoh, di Jepang dan Korea penanganan stroke diperhitungkan agar pasien bisa ditangani dengan cepat.

"Negara dibagi distrik-distrik, sehingga kalau ada pasien stroke, dia bisa datang ke rumah sakit di bawah dua jam untuk mendapat penanganan. Itu paling penting, itu tidak bisa dipecahkan oleh dokter saja," katanya.

Penanganan stroke di luar negeri juga cenderung melibatkan berbagai pihak, tidak hanya dokter dan tenaga kesehatan lain.

"Kalau di luar yang bekerja departemen telekomunikasi, departemen transportasi, pemadam kebakaran, ambulance system, semua bekerja untuk itu, time management paling penting," kata Setyo.

"Bahkan ketika pasien di jalan, mereka sudah disiapkan, kalau pasien sudah dijemput di ambulance petugasnya sudah memberi informasi ke pusat layanan stroke, pasiennya begini, keadaannya begini, strokenya begini. Kalau ada arahan untuk memberi obat pada pasien, obat bisa diberikan di ambulance," dia menambahkan.

Pemberian Obat pada Pasien Stroke

Jadi, sebelum ditangani di rumah sakit dengan penanganan komprehensif, pasien diberi perlindungan dengan pemberian obat 'antara' atau obat yang diberikan saat perjalanan menuju RS.

"Jadi itu sistem, negara harus memahami itu dan kita belum memahaminya," ujarnya.

Infografis Gejala dan Penyebab Stroke
Infografis gejala dan penyebab stroke. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya