Liputan6.com, Jakarta - Berbuka puasa dengan menu berbagai jenis gorengan, ternyata sudah seperti tradisi di Indonesia. Namun, apakah aman jika gorengan dikonsumsi setiap hari, terlebih saat perut kosong setelah berpuasa lebih dari 12 jam?
Dibalik rasanya yang bikin nagih, gorengan sebenarnya menyimpan banyak masalah yang bisa menyerang kesehatan. Sayangnya, masalah tersebut seringkali kurang dipedulikan oleh banyak orang, karena menu yang satu ini masih menjadi menu berbuka puasa yang praktis, ekonomis, dan juga mudah diolah.
Baca Juga
"Mengonsumsi gorengan memang sah saja, namun bila tidak dikendalikan, gorengan bisa menjadi sumber penyebab permasalahan kesehatan di kemudian hari," ujar Imelda Goretti, yang merupakan dokter spesialis gizi klinik dari Eka Hospital Cibubur.
Advertisement
Gorengan seperti mendoan, risol, pastel, dan lainnya, miliki kadar lemak dan kalori yang tinggi. Makanan yang digoreng cenderung untuk memiliki nilai kalori dan lemak yang tinggi, ini dikarenakan makanan yang mengandung lemak secara umum memang memiliki nilai kalori yang lebih tinggi dari makanan lainnya.
Ketika makanan diolah dengan cara digoreng, maka makanan tersebut akan kehilangan kadar air yang terkandung di dalamnya dan menyerap lemak berlebih, menyebabkan makanan tersebut akan memiliki kadar lemak yang tinggi.
"Sebagai contoh, 100 gram kentang yang dipanggang akan mengandung 93 kalori dan 0.13 gram lemak, sedangkan pada 100 gram kentang yang digoreng akan mengandung 312 kalori dan 15 gram lemak. Ini merupakan sebuah peningkatan yang cukup tinggi dalam makanan," ujar Imelda.
Bahaya gorengan yang yang memiliki kalori serta lemak yang tinggi akan menyebabkan seseorang kesulitan untuk menjaga berat badan dan berisiko untuk obesitas.
Â
Apa Gorengan Miliki Zat Berbahaya?
Bahaya lainnya, makanan yang diproses dengan digoreng memiliki risiko untuk menghasilkan zat akrilamida. Ini diketahui merupakan zat beracun penyebab kanker yang terbentuk dalam makanan selama proses memasak suhu tinggi, seperti menggoreng.
"Zat tersebut merupakan reaksi kimia dari gula dan asam amino yang disebut asparagine, yang terbentuk di dalam beberapa makanan seperti kentang, daging merah, dan makanan bertepung yang diproses di suhu tinggi, seperti digoreng," ujarnya. 
Hingga nantinya, makanan gorengan bisa memicu risiko penyakit yang lebih besar lagi. Karena kadar kalori dan lemak yang tinggi, gorengan juga menyebabkan risiko penyakit yang lebih besar.
"Seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, hingga kanker," kata Imelda.Â
Advertisement
Kurangi Asupan Gorengan dengan Asupan Lain
Untuk mencegah risiko penyakit tersebut, masyarakat disarankan mengurangi asupan gorengan. Saat berbuka puasa, Imelda menyarankan untuk mencoba untuk mengonsumsi makanan sehat.
"Seperti buah kurma, jus buah, dan air putih secukupnya sebelum akhirnya mengonsumsi makanan berat. Anda juga bisa mulai merubah pola hidup dengan menggunakan metode masak lain seperti merebus, mengukus, atau memanggang," tuturnya.
Selain itu, makanan yang dikukus seperti siomay dan dimsum dapat menjadi alternatif lain saat buka puasa, namun dengan tetap memperhatikan jumlah yang dikonsumsi.
"Mari kita mulai hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan gorengan dan memperbanyak konsumsi makanan bernutrisi lainnya. Untuk mendeteksi masalah kesehatan sejak dini, masyarakat bisa melakukan tes kesehatan secara berkala, seperti kadar kolesterol, gula darah, hingga trigliserida," ujarnya.