Sifilis di Indonesia Nyaris 21 Ribu Kasus, Penyakit Raja Singa Ini Juga Serang Anak

Penyakit sifilis atau Raja Singa di Indonesia nyaris di angka 21.000 kasus dengan kejadian yang juga menyerang anak.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 11 Mei 2023, 17:30 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2023, 17:30 WIB
Seseorang Sedang Memegang Perut Karena Kesakitan
Ilustrasi penyakit sifilis atau Raja Singa di Indonesia nyaris di angka 21.000 kasus dengan kejadian yang juga menyerang anak. (freepik/lifestylememory)

Liputan6.com, Jakarta Kasus penyakit sifilis atau yang dikenal dengan nama Raja Singa di Indonesia meningkat tajam dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yakni dari tahun 2016 sampai 2022 dengan angka nyaris 21.000. Dari 12.000 kasus menjadi rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Imran Pambudi mengatakan, jumlah pasien sifilis pada tahun 2022 yang ditemukan sebanyak 20.783 orang. Data ini dihimpun sampai per 10 Mei 2022.

Seperti diketahui, penyakit sifilis yang merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) paling banyak didominasi usia produktif, yaitu antara 25 hingga 49 tahun dengan angka mencapai 63 persen dari total laporan 2022.

Persentase Anak Terinfeksi Sifilis

Dari jumlah 20.783 orang pada tahun 2022, ternyata ada pasien anak-anak. Bahkan ada juga rentang usia remaja yang terinfeksi bakteri jenis Treponema pallidum penyebab sifilis.

"Untuk persentase pasien anak yang terinfeksi sifilis di tahun 2022 ada beberapa kelompok. Kelompok kurang dari 4 tahun itu 3 persen yang kena sifilis," beber Imran tanpa menulis jumlah angka pasti dari persentase anak yang terkena sifilis melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 11 Mei 2023.

"Penyakit sifilis juga ada di kelompok usia 5-14 tahun itu 0,24 persen. Yang remaja dari usia 15-19 tahun itu 6 persen."

Terinfeksi dari Ibu Hamil yang Alami Sifilis

Pada kasus anak terinfeksi sifilis, Imran Pambudi menekankan, ada banyak risiko penularan. Khusus pada kelompok anak paling banyak tertular dari ibu saat persalinan, yaitu 27 persen.

Sementara kelompok risiko lain ditemukan dari kegiatan seks berisiko, dan seks sesama jenis sebesar 28 persen.

Ibu Hamil dengan Sifilis yang Diobati Hanya 40 Persen

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menyampaikan, pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40 persen pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.

“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari 5 juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining sifilis," katanya saat Press Conference: Melindungi Anak dari Penyakit Menular Seksual pada Senin (8/5/2023).

"Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis."

Penularan Sifilis kepada Anak

Pentingnya Peran Ibu Menyusui bagi Bayi di Masa Pandemi
Ilustrasi penularan sifilis kepada anak. (pexels.com/Wayne Evans)

Berdasarkan informasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, ibu hamil yang terkena sipilis dapat menyebarkan penyakit ini kepada anaknya, baik sejak dalam kandungan maupun saat persalinan.

Sifilis jenis ini disebut sifilis bawaan atau sifilis kongenital.

Kondisi sifilis kongenital sering menimbulkan komplikasi serius saat kehamilan seperti keguguran, kematian janin atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan.

Bila berhasil hidup, bayi yang lahir dengan sifilis kongenital biasanya tidak menunjukkan gejala tertentu pada awalnya. Namun, beberapa bayi dapat mengalami ruam di bagian telapak tangan atau telapak kaki, serta pembengkakan kelanjar getah bening dan organ limpa.

Kondisi Anak Tertular Sifilis

Kondisi sifilis kongenital dari ibu hamil yang menular kepada anak dapat menimbulkan komplikasi serius, antara lain:

  • Kelainan bentuk tulang, seperti batang hidung yang rata karena tulang rawan rusak dan dahi yang menonjol karena peradangan
  • Kelainan bentuk gigi
  • Anemia berat
  • Pertumbuhan tulang yang abnormal
  • Meningitis
  • Ganguan saraf, seperti buta atau tuli
Eksploitasi Seksual Anak
Infografis eksploitasi seksual anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya