Liputan6.com, Jakarta Pelaksanaan imunisasi anak, khususnya program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) memacu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas untuk kerja keras memikirkan cara agar para ibu membawa anak mereka untuk disuntik vaksin. Terutama antusiasme di wilayah Jakarta dengan tingkat mobilitas tinggi.
Kepala Puskesmas Kecamatan Cengkareng Sulung Mulia Putra mengungkapkan, pihaknya punya sejumlah strategi percepatan BIAN. Ini melihat bagaimana edukasi yang diberikan untuk imunisasi bisa mencapai masyarakat secara lebih luas.
Baca Juga
Edukasi yang diberikan juga seputar imunisasi ganda dengan dua suntikan dalam satu kali tindakan. Sebab, masih ada orangtua yang mungkin meragukan keamanan suntikan ganda dan takut anaknya terkena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang berat.
Advertisement
“Kami ada undangan BIAN, jadi enggak ujug-ujug (ibu membawa anaknya) datang ke Puskesmas buat anaknya disuntik. Ada notifikasi dulu sebelumnya lewat WhatsApp,” beber Sulung saat ditemui Health Liputan6.com di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Jakarta, ditulis Minggu (24/9/2023).
“Misalnya, bulan depan ada penyuntikan, dia baca. Ada tuh di WhatsApp-nya, sekalian ada undangan BIAN ya. Dan kita kasih tahu juga, kalau suntiknya ada dua alias (imunisasi) ganda.”
Bantuan dari Guru TK/PAUD
Sosialisasi BIAN yang dilakukan atas peran dari lintas sektor. Misalnya, untuk menyiapkan dan mengatur alur pelayanan dan monitoring.
“Jadi ada pembinaan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat kecamatan, tingkat kader kesehatan juga ada di kelurahan. Yang penting lagi, banyaklah bantuan dari guru TK dan PAUD, kita ajak buat jaring balita (untuk diimunisasi),” lanjut Sulung.
“Sehingga ya lebih mudah bagi kami menjangkau balita untuk bisa lakukan pelaksanaan imunisasi."
Penyuluhan oleh Ibu-Ibu RT/RW
Upaya memberi penyuluhan imunisasi anak, ditegaskan Sulung Mulia Putra, bukan hanya dari pihak Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Yang melakukan adalah para ibu RT/RW dan guru TK/PAUD.
“Kalau yang ngomong itu dokter ya narasinya disuntik pasti bagus lah. Tapi saat ibu-ibu RT/RW, guru TK/PAUD yang ngomong itu bisa jadi penegasan. Oh, ternyata ngomongnya sama semua,” tegasnya.
“Dengan pemikiran itu, kami berharap bahwa lebih bisa diterima masyarakat. Karena yang mensosialisasikan adalah tim grup temannya sendiri, tetangga, sebayanya. Jadi si ibu enggak merasa bahwa profesional yang ngajarin.”
Dengan adanya ibu-ibu RT/RW dan guru TK/PAUD, maka bahasa yang disampaikan kepada masyarakat terkait imunisasi anak dapat mudah diterima. Berbeda dengan para profesional, seperti dokter maupun bidan yang mungkin menggunakan bahasa medis.
“Kami punya banyak juga kader kesehatan, ada jumantik, ada kader yang di Posyandu. Kami semua mintakan data teknis, jadi di data balita berapa jumlahnya,” papar Sulung.
Sering Beda-beda Domisili KTP
Sulung membeberkan salah satu kendala pencatatan data balita untuk imunisasi di wilayahnya. Bahwa ada saja domisili orangtua si anak yang berbeda-beda.
“Di Jakarta ini kan mobilisasi luar biasa ya. Bulan ini KTP-nya Jakarta Barat, besok Bekasi, terus Tangerang, kami sering ketemu begitu. Ada aja sih,” ungkapnya.
“Ya, meski KTP-nya luar Jakarta, yang namanya masalah kesehatan, tetap kita tolong, dibantu ya. Tapi karena mobilisasi yang tinggi itu sehingga kami harus tahu betul sasarannya balitanya berapa yang harus disuntik.”
Apabila ada balita yang tidak tersuntik, menurut Sulung, tidak mungkin akan tercapai kekebalan.
“Sehingga tanggung jawab kami untuk bisa mendapatkan semua sasaran, termasuk untuk melaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI),” sambungnya.
Advertisement
Bantu Jelaskan Efek Samping Imunisasi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau efek samping imunisasi diakui Sulung Mulia Putra menjadi kekhawatiran bagi orangtua. Penjelasan KIPI pun ikut dibantu disampaikan oleh kader dan guru TK/PAUD.
“KIPI yang berat itu tidak ada, paling ya demam. Demam itu kan KIPI biasa. Nah, bahasa menyampaikan itu juga berbeda. Kalau kader sama guru TK/PAUD itu bilangnya, ‘Oh, demam, itu berarti bagus obatnya dari pusat. Kalau enggak ada reaksi apa-apa, teh manis kali yang disuntik gitu.’ Gampangnya begitu,” imbuhnya.
“Kader-kader, warga di sini, membantu kami sehingga mendekatkan keluarga lebih kena lah daripada kami yang seorang profesional medis.”
Terkait efek samping imunisasi, Ketua Komisi Nasional (Komnas) KIPI Hinky Hindra Irawan Satari menerangkan, KIPI terbagi menjadi dua jenis, yaitu tingkat serius yang ditandai kejadian medik setelah imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan kematian.
Sedangkan KIPI non serius ditandai dengan kejadian medik setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada sasaran yang disuntik.
Laporan KIPI serius pernah terjadi pada 2016 sebanyak 9 kasus. Rinciannya, 3 kasus akibat reaksi vaksin dan 6 lainnya tidak berkaitan dengan vaksin (koinsiden). Tahun 2018 ada satu kasus akibat reaksi vaksin dan 7 kasus koinsiden dan indeterminate (tidak cukup bukti) pada 2019.
“Terakhir, terjadi tahun 2022 sebanyak satu kasus akibat koinsiden,” terang Hindra.
Sertifikat Imunisasi di SATUSEHAT
Kesuksesan imunisasi anak yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng juga berkat adanya sosialisasi sertifikat vaksin yang dapat diunduh di aplikasi SATUSEHAT.
“Kami kasih tahu juga ada sertifikatnya yang bisa diunduh di SATUSEHAT. Nah, orangtua seneng tuh. Kader ikut tanya, ‘Udah dapat sertifikat belum?’ Jadinya ibu-ibu berlomba-lomba dong pengen anaknya diimunisasi, terus nanti dapat sertifikat,” tutur Sulung.
“Cara ini edukasi imunisasi lebih masuk ke masyarakat.”
Sebaran Undangan Pelaksanaan BIAN
Penyebaran informasi pelaksanaan pos Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di wilayah Kecamatan Cengkareng dengan pengeras suara di masjid dan undangan atau informasi melalui grup WhatsApp warga.
“Kami juga sebarin undangan BIAN jauh-jauh hari. Misalnya, bulan depan atau dua minggu lagi akan ada imunisasi. Undangannya udah disebarin,” jelas Sulung Mulia Putra.
“Kami juga berkoordinasi dengan instansi pendidikan. Jadi ada mahasiswa melakukan perbantuan sebagai petugas admin input data imunisasi BIAN di wilayah yang jumlah capaian cukup banyak.”
Buka Pos BIAN 7x24 Jam
Strategi percepatan BIAN di Puskesmas Kecamatan Cengkareng turut membuka layanan imunisasi 7x24 jam. Tujuannya, bagi para ibu pekerja dapat membawa anaknya di jam-jam tatkala ibu punya waktu seperti usai pulang bekerja.
Hal ini melihat belum tentu orangtua, termasuk ibu-ibu membawa anaknya imunisasi pada pagi atau siang hari karena mereka bekerja.
“Kalau kita minta jam 09.00 datang ke Puskesmas, ya belum tentu ibu-ibunya bisa semua. Karena kan mereka kerja. Kami akhirnya bikin strategi, buka layanan pos BIAN 7x24 jam,” imbuh Sulung.
“Dilayani nanti di ruang bersalin. Kalau ada yang mau malam hari, mau jam 9 atau 10 malam bawa anak imunisasi silakan. Dilayani sama bidan.”
Strategi terakhir adalah Puskesmas Kecamatan Cengkareng menjadwalkan pelaksanaan pos BIAN di rusun dan apartemen wilayah Kecamatan Cengkareng.
“Di Cengkareng banyak rusun, kami buka di sana. Bukan enggak bisa mendekatkan pelayanan kepada warga, bukan juga karena mereka menolak anaknya diimunisasi. Yang menolak imunisasi tidak terlalu banyak,” ucap Sulung.
“Hanya saja, lebih banyaknya itu karena memang kurang waktunya buat mereka meluangkan waktu untuk bisa nganter anaknya buat disuntik. Dan ini merupakan kewajiban kami mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.”
Advertisement