Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog Dicky Budiman memperkirakan bahwa kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD) di 2024 dapat didominasi oleh dengue virus serotype 2.
“Satu hal yang saya khawatirkan dan salah satu hipotesa saya bahwa di tahun ini kemungkinan dengue yang terdeteksi didominasi oleh serotype 2,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Jumat (1/3/2024).
Baca Juga
Dugaan ini merujuk pada kondisi di ASEAN, salah satunya data di Singapura menunjukkan bahwa serotype dari dengue yang terdeteksi didominasi oleh serotype 2. Dengue virus 2 secara riset telah terbukti menimbulkan gejala yang lebih berat.
Advertisement
“Nah ini tampaknya juga bisa terjadi di Indonesia dan kalau itu betul terjadi, artinya keparahannya bisa cenderung lebih besar di tahun ini, walaupun dengue serotype lainnya tetap ada dengan jumlah jauh lebih kecil,” tambahnya.
Mengingat potensi tersebut, Dicky menyarankan pemerintah Indonesia untuk melakukan deteksi menyeluruh seperti yang dilakukan di negara-negara maju.
Deteksi dan pemantauan dilakukan hingga pencarian serotype dari virus yang menginfeksi.
“Umumnya negara-negara maju sampai mencari serotype penyebab infeksi (DBD) dan itu sangat penting secara epidemiologi. Dan saya menyarankan kita juga melakukan itu sehingga kita punya pemetaannya.”
Dua Vektor DBD
Berbagai pihak juga perlu mengenal jenis nyamuk yang menjadi vektor atau pembawa virus dengue, lanjut Dicky.
“Untuk diketahui bahwa nyamuk atau vektor nyamuk pembawa infeksi dengue ini sebetulnya dua, aedes aegypti dan aedes albopictus, tapi yang lebih dominan memang aedes aegypti yang lebih banyak menggigit dan menghisap darah manusia,” papar Dicky.
Nyamuk yang biasanya menggigit manusia adalah nyamuk betina. Aedes aegypti dan albopictus betina membutuhkan protein darah untuk mematangkan telurnya.
Advertisement
Mengenal Karakteristik Nyamuk Bantu Perjelas Titik Pencegahan
Setelah mengetahui karakteristik nyamuknya, maka titik-titik pencegahan pun bisa lebih jelas.
“Artinya, untuk bisa melakukan pencegahan itu juga ada titik-titik yang perlu dipahami. Titik atau siklus supaya tidak digigit, supaya nyamuknya enggak dapat darah untuk mematangkan telurnya.”
“Termasuk, kalau nyamuknya sudah menggigit, bagaimana supaya nyamuknya tidak menemukan tempat untuk bertelur, maka genangan airnya harus dicegah.”
Maka dari itu, menguras genangan air dan menggunakan pembunuh larva nyamuk (larvasida) menjadi penting. Di samping menghindari kebiasaan menggantung baju karena akan menjadi tempat tinggal nyamuk.
Musim Hujan Tingkatkan Kasus DBD
Sebelumnya, perbincangan tentang DBD kembali naik setelah datangnya musim hujan. Musim hujan identik dengan kenaikan kasus demam berdarah dengue di Indonesia.
Dicky mengatakan, musim penghujan memperluas tempat perkembangbiakan nyamuk penyebar dengue. Pasalnya, hujan menyisakan genangan air di berbagai titik.
“Saat ini memang musim penghujan dan biasanya pada musim penghujan kasus demam berdarah bisa meningkat. Bisa dua, tiga, bahkan lima kali lipat dari biasanya. Terutama disebabkan karena jumlah atau sebaran genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk jadi lebih banyak dan lebih merata,” ucap Dicky.
Dicky menambahkan, kenaikan kasus dengue biasanya semakin terdeteksi ketika kasusnya menimpa banyak anak.
“Mereka (anak-anak) paling rentan terutama karena sistem imunitasnya belum matang, mereka juga umumnya sulit melakukan upaya pencegahan. Misalnya, jarang pakai baju tangan panjang.”
Selain itu, anak-anak juga lebih mudah mengalami keparahan. Selain karena imunitasnya belum matang, mereka juga sulit untuk minum.
“Dan ini yang akhirnya memperberat kondisinya.”
Dicky melihat, tren DBD mengalami peningkatan baik secara lokal di Indonesia maupun secara global. Hal ini tak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim, tapi juga akibat kepadatan penduduk terutama di kota-kota.
Advertisement