Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan bahwa kasus DBD di Indonesia 2024 mencapai 35.556 jiwa dengan 290 kematian. "Padahal 2024 baru 11 minggu," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Imram Pambudi dalam diskusi media #Ayo3MPlusVaksinDBD baru-baru ini.
Dari laporan yang dipaparkan Imran, kasus dan kematian DBD terbanyak ditemukan di Jawa Barat, dengan 10.428 kasus dan 94 kematian. Dilaporkan juga bahwa per Maret 2024, terdapat 18 provinsi yang mengalami peningkatan kasus DBD, di antaranya:
Baca Juga
- Sumatera Barat
- Sumatera Selatan
- Lampung
- Bengkulu
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Banten
- Kalimantan Selatan
- Kalimantan Timur
- Kalimantan Tengah
- Bali
- Nusa Tenggara Barat
- Gorontalo
- Sulawesi Tenggara
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Selatan, dan
- DKI Jakarta.
Menurut Imran, ada beberapa tantangan dalam penanganan DBD, di antaranya kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini dan kurang optimalnya budaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Di kesempatan yang sama, Imran juga menyoroti kondisi cuaca yang aneh, dengan hujan yang diikuti oleh panas yang terjadi selama tiga hari berturut-turut dalam minggu ini.
Advertisement
Dijelaskannya bahwa hal ini menyebabkan genangan air dari hujan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebab demam berdarah dengue.
Imran mengungkapkan bahwa ada beberapa strategi dalam penanggulangan DBD, seperti manajemen risiko, peningkatan akses layanan publik, penguatan surveilans, serta pelibatan masyarakat.
Â
Kasus DBD di Indonesia pada 2023 Sempat Turun
Sementara itu, kasus DBD di Indonesia mengalami penurunan sebesar 30 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Imran mengungkapkan bahwa jumlah kumulatif kasus DBD pada 2023 mencapai 114.720 dengan 894 kematian.
"Kasus terbanyak ditemukan di Jawa Barat mencapai 19.328 kasus. Sedangkan untuk kasus kematian terbanyak pada tahun itu terjadi di Jawa Tengah dengan 143 kasus," katanya. Lebih lanjut Imran mencatat bahwa pada 2022 terdapat 143.176 kasus DBD dengan 1.236 kematian.
Tantangan Penanggulangan DBD
Lebih lanjut Imran mengungkapkan bahwa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan sosialisasi nyamuk berteknologi Wolbachia menjadi tantangan utama pemerintah dalam penanggulangan demam berdarah dengue (DBD).
Ia, mengatakan, pengetahuan masyarakat tentang PSN dan DBD masih belum optimal. Selain itu, budaya pemberantasan sarang nyamuk juga masih kurang disiplin di masyarakat. Tantangan lainnya adalah kurangnya anggaran untuk program pencegahan dan pengendalian DBD di tingkat kelurahan/desa maupun kabupaten/kota.
Â
Advertisement
Vaksinasi Dibutuhkan dalam Menurunkan Kasus DBD di Indonesia
Imran juga mencatat bahwa inovasi strategi teknologi pengendalian DBD melalui Wolbachia dan vaksinasi DBD juga dihadapi dengan resistensi dari masyarakat. Dia menyoroti penyebaran hoaks tentang Wolbachia yang diklaim menyebabkan penyakit lain dan tentang vaksin yang diduga mengandung chip, yang berdampak pada persepsi masyarakat.
Kemenkes RI telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi ketiga tantangan tersebut. Upaya tersebut mencakup revitalisasi program pokjanal DBD di daerah, gerakan inovasi PSN 3M Plus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, dan pemeriksaan jentik secara berkala. Selain itu, penguatan komitmen melalui Koalisi Bersama Lawan Dengue (Kobar Lawan Dengue) bersama Komisi IX DPR RI juga telah dilakukan.
Imran menambahkan bahwa Kemenkes juga berupaya memperkuat regulasi dan perencanaan di daerah serta meningkatkan kemitraan dengan bupati atau walikota.