Dokter Tirta Ngomongin Asam Lambung di Podcast Raditya Dika: Penyakit Lambung Tidak Mematikan, Tapi...

Penyakit Lambung vs Asam Lambung, Dokter Tirta Jelaskan Penyebabnya di Podcast Raditya Dika

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Okt 2024, 12:14 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 12:14 WIB
Simak Penjelasan Dokter Tirta tentang Penyakit Lambung dan Asam Lambung di Podcast Raditya Dika (Tangkapan Layar youtube.com/@radityadika)
Simak Penjelasan Dokter Tirta tentang Penyakit Lambung dan Asam Lambung di Podcast Raditya Dika (Tangkapan Layar youtube.com/@radityadika)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perbincangan di podcast Raditya Dika, Dokter Tirta dengan gaya khasnya membahas tuntas seluk-beluk asam lambung. Obrolan ini penuh insight menarik, dikemas ringan tapi 'daging banget'. Wajib didengarkan bagi siapa saja yang ingin memahami cara menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit terkait.

Apa yang Dimaksud dengan Asam Lambung?

"Asam lambung itu normal, semua orang punya," ujar Dokter Tirta. Lambung memproduksi asam dengan pH sekitar 3,5 untuk menghancurkan mikroorganisme berbahaya yang mungkin masuk melalui makanan.

Bahkan, makanan sehari-hari seperti bakso bisa mengandung jutaan bakteri yang tidak kasat mata. Oleh karena itu, tubuh bergantung pada asam lambung untuk melindungi dari infeksi.

Asam Lambung Itu Terjadi Karena Apa?

Asam lambung berperan menghancurkan bakteri yang masuk lewat mulut dan kerongkongan. Namun, gaya hidup buruk dapat menyebabkan asam lambung keluar tanpa terkendali, seperti ketika kita telat makan.

"Asam lambung itu keluar sesuai jadwal, kayak Google Calendar," canda Dokter Tirta. Saat tubuh terbiasa makan pada jam tertentu, tapi kita lupa makan, asam lambung tetap keluar.

Karena tidak ada makanan yang dicerna, asam tersebut malah menyerang dinding lambung, yang bisa menimbulkan sensasi panas atau sakit yang sangat menyiksa.

Gejala seperti ini seringkali dikira sebagai serangan jantung karena nyerinya bisa terasa hingga dada. Makanya, lanjut Tirta, kadang orang salah mengira heartburn atau GERD sebagai serangan jantung," tambahnya.

 

Apakah GERD dan Asam Lambung Sama?

GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) terjadi ketika asam lambung naik hingga ke kerongkongan (esofagus), memicu sensasi panas di dada yang dikenal sebagai heartburn.

"Dahak orang dengan GERD biasanya berwarna kuning atau hijau," ujar Dokter Tirta, karena asam lambung memang berwarna demikian.

Selain itu, gas dalam perut yang menumpuk menyebabkan orang sering sendawa dan dianggap 'masuk angin'.

"Kerokan bisa membantu, lho," kata Dokter Tirta sambil menegaskan bahwa efek kerokan lebih bersifat sugestif. Relaksasi otot saat dikerok membuat tubuh merasa lebih nyaman dan gas di lambung lebih mudah keluar melalui sendawa atau kentut.

 

Asam Lambung Itu Terjadi Karena Apa?

Salah satu penyebab utama masalah lambung adalah pola makan yang tidak teratur. "Kalau dibiarkan, lambung bisa bolong," kata Dokter Tirta. Kondisi ini bisa berbahaya karena asam lambung akan merembes keluar dan merusak organ sekitar, seperti usus. Dalam kasus ekstrem, ini bisa memerlukan operasi besar (laparotomi). 

"Penyakit lambung itu jarang menyebabkan kematian. Tapi kalau tidak diubah, dia berpotensi merusak. Jadi, dia tidak mematikan, tapi menyiksa," katanya.

 

Apa yang Harus Dilakukan agar Asam Lambung Tidak Naik?

Menurut Dokter Tirta, kunci utama untuk menjaga kesehatan lambung adalah makan dengan porsi kecil namun sering. "Jangan makan sekaligus banyak, nanti lambung bisa kaget," katanya sambil bercanda tentang kebiasaan makan berlebihan yang berbahaya.

Selain itu, dia juga menyarankan untuk tidak terlalu sering menunda makan agar tidak memicu produksi asam lambung berlebih.

Dokter Tirta mengingatkan bahwa gaya hidup sehat tidak hanya soal makan, tapi juga berolahraga. Dia menekankan pentingnya berolahraga minimal 150 menit per minggu.

"Olahraga itu bukan sekadar jalan ke minimarket. Harus bikin jantung berdebar di atas 90–100 BPM," ujarnya.

Terakhir, dia menyarankan agar menjaga keseimbangan konsumsi gula dan garam, karena terlalu banyak garam bisa menyebabkan hipertensi, dan kelebihan gula bisa memicu diabetes.

"Selama kamu makan sesuai takaran dan rutin olahraga, gak ada yang perlu ditakutkan," katanya menutup diskusi dengan penuh semangat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya