Liputan6.com, Jakarta Seblak merupakan salah satu jajanan kesukaan anak-anak muda. Beragam isian seblak serta kadar pedas yang bisa ditentukan sendiri membuat makanan ini disukai banyak kaum muda. Namun, dokter mengingatkan risiko hipertensi yang bakal terjadi.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Lingga Ramot Gumelar mengonsumsi makanan seblak serta jajanan tinggi garam dapat meningkatkan risiko terkena penyakit hipertensi. Bila ditambah dengan minum minuman manis tinggi gula maka risiko diabetes juga naik.
Baca Juga
Kedua penyakit kronis tersebut merupakan pencetus dari terjadinya gagal ginjal. Hal itu lantaran ginjal bakal bekerja lebih keras untuk mengurai segala bentuk racun atau limbah hasil dari makanan yang telah dikonsumsi sebelumnya seperti mengutip Antara.
Advertisement
Makan Seblak Cetus Gangguan Pencernaan
Linngga menyebut bagian tubuh yang pertama kali terdampak dari keseringan makan seblak dan makanan bervetsin lainnya adalah lambung yang berujung pada gangguan sistem pencernaan. Tak heran kerap muncul keluhan seperti asam lambung yang meningkat.
“Jika kita memaksakan konsumsi makanan pedas secara berlebihan, tentunya akan menyebabkan iritasi pada lambung. Memang tidak secara langsung ke ginjal, tapi, pencernaan seperti lambung yang justru langsung terdampak,” ujar Lingga.
Jangan Lupa Batasi Gula, Garam, Lemak
Dia menyarankan agar masyarakat rutin mengonsumsi air putih dan harus mulai mengurangi asupan gula, garam dan lemak secara berlebihan.
Mengacu anjuran Kemenkes RI berikut anjuran konsumsi gula, garam dan lemak:
- Anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10 persen dari total energi (200 kkal) atau setara dengan 4 sendok makan per orang per hari (50 gram)
- Anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natrium atau setara dengan Garam 1 sendok teh (sdt) per orang per hari (5 gram)
- Anjuran konsumsi lemak per orang per hari adalah 20-25% dari total energi (702 kkal) atau setara dengan Lemak 5 sendok makan per orang per hari (67 gram)
Advertisement
Jangan Lupa Olahraga
Lingga juga mengingatkan untuk rajin beraktivitas fisik seperti berjalan kaki, lari kecil atau melakukan kardio bagi masyarakat yang berusia muda.
Lalu, bagi yang di atas 40 tahun juga tetap berolahraga secara rutin dengan intensitas ringan.
“Olahraganya tergantung kelompok usia, ya. Kalau usia 40 tahun ke atas itu harus dibatasi dan lebih ringan saja. Tapi, kalau usianya lebih muda bisa bulu tangkis, basket, sepak bola,” ujar dia.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)