Di beberapa metode diet, dikenal istilah Mindful Eating, di mana para pelaku boleh menyantap semua makanan seperti cokelat dan kentang goreng, dengan catatan jika memang benar-benar mengingikan makanan itu.
Contohnya saja, diet `non diet` yang diproklamirkan oleh Dr. Rick Kausman asal Australia, dalam bukunya berjudul `If Not Dieting, Then What?`. Dalam diet itu, diajarkan juga Mindful Eating, di mana semua makanan dirasa memiliki nilai yang sama oleh Rick Kausman.
Pakar Nutrisi dan Diet Klinik Gizi Keluarga dari Universitas of Sidney, Leona Victoria Djajadi MnD, menjelaskan, Mindful Eating ini membedakan antara lapar perut dan lapar mata. Bahkan jika si pelaku diet lapar mata saat melihat cokelat, tetap boleh memakannya.
"Nikmati bentuknya, rasanya, aromanya, teksturnya sebelum dan di suapan pertama. Biasanya, kepuasan makan akan semakin menurun setelah 1 sampai 2 suap pertama, jika kita benar-benar menikmatinya secara perlahan," kata Leona Victoria Djajadi, saat berbincang dengan tim Health Liputan6.com, Kamis (12/9/2013)
Pelaku diet pun diminta untuk menyadari saat mulai terasa kenyang. Ada saat di mana, saat makan sebenarnya si pelaku bisa merasakan waktu antara tidak lapar, tapi tidak terlalu kenyang juga. "Nah, di titik inilah yang kita cari, untuk mulai berhenti makan," tambah Leona.
Dr Rick dan Leona sendiri percaya, bahwa jika pelaku diet menginginkan sesuatu misalnya cokelat, tapi karena dia sedang `ON` diet, dia akan merelakan keinginannya itu dan menggantinya dengan apel. Tapi, setelah menyantap apel, hati rasanya tidak tenang, dan pikirannya terus memikirkan cokelat tersebut, dan memilih untuk mengonsumsi kopi dengan gula untuk menghalau keinginannya.
"Tapi tetap galau, karena tetap maunya cokelat. Akhirnya, makan cokelat juga. Tapi akhirnya, makannya lebih banyak dibandingkan jika sejak awal sudah makan cokelatnya, dan dinikmati pelan-pelan 1 sampai 2 kotak kecil," tutup Leona.
(Adt/Abd)
Contohnya saja, diet `non diet` yang diproklamirkan oleh Dr. Rick Kausman asal Australia, dalam bukunya berjudul `If Not Dieting, Then What?`. Dalam diet itu, diajarkan juga Mindful Eating, di mana semua makanan dirasa memiliki nilai yang sama oleh Rick Kausman.
Pakar Nutrisi dan Diet Klinik Gizi Keluarga dari Universitas of Sidney, Leona Victoria Djajadi MnD, menjelaskan, Mindful Eating ini membedakan antara lapar perut dan lapar mata. Bahkan jika si pelaku diet lapar mata saat melihat cokelat, tetap boleh memakannya.
"Nikmati bentuknya, rasanya, aromanya, teksturnya sebelum dan di suapan pertama. Biasanya, kepuasan makan akan semakin menurun setelah 1 sampai 2 suap pertama, jika kita benar-benar menikmatinya secara perlahan," kata Leona Victoria Djajadi, saat berbincang dengan tim Health Liputan6.com, Kamis (12/9/2013)
Pelaku diet pun diminta untuk menyadari saat mulai terasa kenyang. Ada saat di mana, saat makan sebenarnya si pelaku bisa merasakan waktu antara tidak lapar, tapi tidak terlalu kenyang juga. "Nah, di titik inilah yang kita cari, untuk mulai berhenti makan," tambah Leona.
Dr Rick dan Leona sendiri percaya, bahwa jika pelaku diet menginginkan sesuatu misalnya cokelat, tapi karena dia sedang `ON` diet, dia akan merelakan keinginannya itu dan menggantinya dengan apel. Tapi, setelah menyantap apel, hati rasanya tidak tenang, dan pikirannya terus memikirkan cokelat tersebut, dan memilih untuk mengonsumsi kopi dengan gula untuk menghalau keinginannya.
"Tapi tetap galau, karena tetap maunya cokelat. Akhirnya, makan cokelat juga. Tapi akhirnya, makannya lebih banyak dibandingkan jika sejak awal sudah makan cokelatnya, dan dinikmati pelan-pelan 1 sampai 2 kotak kecil," tutup Leona.
(Adt/Abd)