Liputan6.com, Jakarta Pada Rabu, 1 Mei 2019 menjadi salah satu momen bersejarah dan penting bagi kekaisaran dan seluruh rakyat Jepang. Hari ini Jepang telah menyambut seorang kaisar baru, yaitu Putra Mahkota Naruhito yang akan memimpin era baru kekaisaran Jepang, Reiwa (令和), yang memiliki arti memerintah dalam perdamaian.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Kabinet Yoshihide Suga menyatakan pada Senin (1/4/2019), nama Reiwa tersebut sebagai langkah awal inisiasi kenaikan takhta suksesi imperium Jepang, seperti yang Liputan6.com lansir dari Japan Times. Reiwa terdiri dari 2 karakter Kanji. Karakter pertama melambangkan “keberuntungan” dan karakter kedua melambangkan “kedamaian atau harmoni”.
Pangeran Naruhito akan menjadi penerus, menggantikan sang Ayah, Kaisar Akihito, yang memutuskan turun tahta setelah tiga dekade karena faktor pertambahan usianya dan kesehatannya menurun. Kaisar Akihito mengumumkan hal ini pada tanggal 8 Agustus 2018, melalui rekaman video yang disiarkan oleh stasiun televisi di Jepang.
Sosok Putra Mahkota Naruhito
Hironomiya Naruhito lahir pada 23 Februari 1960 (era Showa tahun ke-35). Dia merupakan anak sulung Kaisar Akihito dan permaisuri Michiko. Dengan begitu, Naruhito langsung mewarisi tahta kekaisaran Jepang begitu ayahnya wafat atau mundur sebagai kaisar. Putra mahkota Naruhito memiliki hobi bermusik, memainkan biola, hingga mendaki gunung. Sejak usia empat tahun, Naruhito diketahui telah terdaftar dalam sistem sekolah Gakushuin yang bergengsi, yang secara otomatis menerima siswa dari bangsawan Jepang.
Naruhito menempuh pedidikan sarjana dan master di universitas Gakushuin pada tahun 1982 dan 1988 di jurusan sejarah. Kemudian di tahun berikutnya, Naruhito mendaftar untuk kursus bahasa Inggris intensif selama tiga bulan sebelum memasuki Universitas Oxford, di mana ia mempelajari pentingnya sejarah Sungai Thames sebagai sistem transportasi.
Naruhito merupakan suami dari Putri Masako Owada, yang akan resmi menyandang gelar permaisuri pada prosesi kenaikan tahta sang suami. Setelah menikah pada Juni 1993, pasangan ini sekarang telah memiliki satu orang anak, yaitu Putri Toshi yang lahir pada tahun 2001 silam. Di luar lingkup monarki Jepang, Naruhito aktif bergabung dalam organisasi dunia. Ia diketahui merupakan anggota kehormatan World Commission on Water for the 21st Century, dan sekaligus pelindung untuk Global Water Partnership. Banyak orang mengatakan putra mahkota Naruhito adalah sosok yang bersajaha. Berikut fakta menarik tentang Putra Mahkota Naruhito yang telah Liputan6.com lansir dari Nippon, Rabu (1/5/2019).
Advertisement
1. Pria Ramah.
Saat masih bersekolah Putra Mahkota Naruhito terlihat aktif mengikuti berbagai kegiatan darmawisata dan karyawisata. Kegiatan tersebut biasanya diadakan di daerah pelosok atau pedalaman Jepang. Pada agenda itu, dengan rendah hati sang pengeran menerima segala bentuk permintaan pertemuan dengan pejabat daerah tersebut. Para lurah ingin bertemu sekedar mengucapkan selamat datang. Bukan hanya itu saja. Putra Mahkota Naruhito juga terkenal ramah diantara teman-teman sekolahnya. Termasuk di antaranya kepada para pegawai yang bekerja di lingkungan kantor administrasi kekaisaran (kunaichou).
2. Masa Kecil yang Berbeda dari Kaisar Sebelumnya.
Pada era Kaisar Showa yang dipimpin oleh kakeknya, Naruhito lahir sebagai putra pertama Kaisar Akihito. Hingga umur 28 tahun, kakeknya, Hirohito masih menduduki tahta. Ini membuat kehidupan awal Naruhito sangat berbeda dari ayahnya.
Ketika ayahnya berusia 18 tahun, ia langsung sibuk dengan tugasnya sebagai putra mahkota atau bertindak sebagai perwakilan untuk Kaisar Showa. Ini membuktikan bahwa ayahnya tidak bisa bersekolah atau pun berkuliah dengan cara yang sama seperti siswa biasa di Jepang.
Berbeda dengan masa kecil sang ayah, Naruhito bisa merasakan bangku taman kanak-kanak. Kaisar Akihito sengaja memasukkan pangeran ke TK agar lebih merakyat dan bisa berbaur dengan orang biasa sejak usia dini.
Advertisement
3. Kisah Cintanya dengan Putri Masako.
Putra Mahkota Naruhito dengan permaisurinya bertemu untuk pertama kalinya di Touguu Gosho yang berlokasi di Akasaka. Saat itu mereka sedang menghadiri acara perjamuan untuk menyambut kedatangan Ratu Spanyol di Jepang. Putra Mahkota Naruhito saat itu berusia 26 tahun, dan Putri Masako berusia 22 tahun.
Pandangan pertama itu membuat sang pangeran jatuh hati kepada Putri Masako. Tidak hanya berakhir di pertemuannya pada malam itu, bahkan mereka berdua melakukan beberapa kali pertemuan. Kisah cinta mereka sempat dipisahkan jarah karena Putri Masako yang saat itu adalah seorang diplomat sehingga harus berkuliah di Universitas Oxford, Inggris.
Perjalanan cinta LDR selama tujuh tahun memantapkan hati Putra Mahkota Naruhito menikahi Putri Masako pada 9 Juni tahun 1993. Sekitar 190 ribu penduduk memadati jalan saat dilangsungkannya parade setelah upacara pernikahan mereka.