Kisah Pria Tionghoa Adopsi 4 Anak Muslim, Siapkan Sahur dan Antar Salat Tarawih

Sebuah perbedaan dalam keyakinan tidak seharusnya menjadi penghambat dalam berbuat kebaikan.

oleh Muhammad Fahrur Safi'i diperbarui 30 Mei 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2019, 08:00 WIB
Tak Harap Imbalan, Pria Tionghoa Ini Adopsi 4 Anak Muslim Selama 30 Tahun
Lim Peng Chik (Sumber: worldofbuzz)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah perbedaan keyakinan tidak menjadikan sebuah halangan untuk berbagi kebaikan maupun menyerbarkan kebaikan. Meski di dunia ini masih terjadi sebuah kejahatan, namun harus percaya bahwa kebaikan antar umat manusia masih ada.

Seperti yang dilakukan oleh pria berusia 74 tahun bernama Lim Peng Chik. Dirinya memiliki hati yang sangat besar, karena dirinya percaya bahwa ras dan agama tidak menghentikan untuk saling mencintai.

Melansir NST dari worldofbuzz menulis bahwa Lim Peng Chik telah mengadopsi empat anak Melayu, dua anak laki-laki berusia 5 tahun dan 8 tahun, dan dua anak perempuan berusia 15 tahun, dan ia membesarkan mereka seperti anak-anaknya sendiri.

Berikut kisah Lim Peng Chik yang Liputan6.com lansir dari worldofbuzz, Rabu (29/5/2019). 

Kisah Lim yang mengadopsi 4 anak melayu

Lim mengungkapkan bahwa ia telah mengadopsi dan merawat anak-anak Melayu selama hampir 30 tahun. Dia menjelaskan bahwa dia mulai mengadopsi dan merawat anak-anak ini ketika dia tinggal di sebelah keluarga Melayu yang miskin di Taman Desa Tambun.

“Fakta bahwa kami dari berbagai ras dan agama tidak mengganggu saya. Saya tidak meminta imbalan apa pun karena saya senang bisa membantu mereka dan melihat mereka bahagia."

Lim yang baik hati ini bahkan membangunkan mereka untuk sahur dan akan memastikan bahwa mereka menghadiri salat tarawih mereka setiap malam. Lim, yang tinggal di rumah sewaan di Taman Cempaka, Ipoh, tersebut juga mengatakan

“Setiap Ramadan aku membangunkan mereka untuk sahur. Setiap malam, saya akan mengirim mereka ke masjid untuk salat tarawih. Saya menjaga pendidikan mereka karena mereka berasal dari keluarga miskin dan bermasalah. Saya mengirim mereka ke sekolah dan menjemput mereka di sore hari. "

 

 

 

 

Lim hanya hidup sendirian

Lim Peng Chik (Sumber: worldofbuzz)
Lim Peng Chik (Sumber: worldofbuzz)

“Saya tahu mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi saya membantu mereka dengan menyediakan beras, makanan dan minuman, dan uang saku. Saya tidak pernah berpikir dua kali tentang hal itu. ”

Lim, yang hidup sendirian saat itu, merasa bahwa apa yang ia miliki lebih dari cukup, dan tidak memiliki masalah dengan menyediakan kebutuhan keluarga.

"Saya mengurus pendidikan mereka karena mereka berasal dari keluarga miskin dan bermasalah. Saya mengirim mereka ke sekolah dan menjemput mereka di sore hari.

Lim ditemui oleh wartawan pada saat penyerahan sumbangan kepada 60 mualaf baru dan 20 non-Muslim bersamaan dengan Ramadan. Program ini diselenggarakan oleh Organisasi Kesejahteraan Muslim Malaysia (Perkim) Cabang Kampung Paloh dengan Pertubuhan Mualaf India SeMalaysia (MIRA) di masjid Paloh, Jalan Datoh di sini baru-baru ini.

Lim mengatakan bahwa ia telah tinggal bersama dan merawat anak-anak angkat Melayu selama hampir 30 tahun. Semuanya berawal ketika dia tinggal di Taman Desa Tambun di sebelah keluarga Melayu yang miskin.

"Saya tahu mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi saya membantu mereka dengan menyediakan beras, makanan dan minuman, dan uang saku. Saya tidak pernah berpikir dua kali tentang itu," katanya.

 

Jejak karir Lim Peng Chik

Lim memang terlihat sederhana, namun Lim termasuk orang yang memiliki kecukupan. Dirinya adalah lulusan kimia dari Universitas Malaya bekerja di salah satu laboratorium di Singapura selama dua tahun, sebelum kembali ke rumah dan terlibat dalam bisnis ekspor minyak kelapa sawit di Port Klang, sebelum melayani Otoritas Pengembangan Tanah Federal (Felda) selama hampir 20 tahun.

"Saya kemudian pergi ke Manila dan bekerja dengan perusahaan kilang minyak selama dua tahun, tetapi kembali ke Malaysia sebagai manajer di perusahaan yang berhubungan dengan bahan kimia. Kemudian saya bekerja sebagai pengembang perumahan tetapi hanya bertahan selama delapan bulan karena saya tidak memiliki pengalaman di lapangan," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya