Pakar UGM: Pengendalian Covid-19 Non-Obat Bisa Bantu Tekan Kasus Baru

Pengendalian non obat terbukti meminimalkan kasus baru Covid-19.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 24 Mei 2021, 21:10 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2021, 21:10 WIB
Masker
Ilustrasi pemakaian masker. (dok. Unsplash/ Kobby Mendez)

Liputan6.com, Yogyakarta Kasus Covid-19 masih terus bertambah di seluruh dunia. Berbagai langkah dilakukan sebagai pencegahan dan pengendalian kasus baru Covid-19. Pakar Statistika UGM, Prof. Dr. Dedi Rosadi mengungkapkan metode pengendalian non obat bisa membantu meminimalkan munculnya kasus baru Covid-19.

Dedi Rosadi menuturkan dari data statistik pengendalian kasus baru di tingkat global, ia menyebutkan metode pengendalian non obat terbukti efektif dalam meminimalkan munculnya kasus baru Covid-19. Beberapa negara yang berhasil menekan kasus baru tersebut adalah China, Australia dan Selandia Baru.

“Sampai saat ini memang secara global fokus masih di pengendalian non obat,” kata Dedi Rosadi, Sabtu (22/5).

Yang dimaksud dari pengendalian non-obat misalnya seperti penerapan protokol kesehatan. Namun begitu, pengendalian lewat vaksin dan obat secara global tetap harus terus digalakan di tengah belum disiplinnya masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan, masih terbatasnya vaksin dan obat serta adanya mutasi virus.


Efektifitas penerapan pengendalian non-obat

FOTO: Mural Imbauan Protokol Kesehatan COVID-19 Hiasi Cakung Barat
Pengendara motor melintasi mural bertema imbauan protokol kesehatan COVID-19 di kawasan Cakung Barat, Jakarta, Minggu (18/10/2020). Mural karya warga setempat tersebut bertujuan mengingatkan masyarakat akan pentingnya memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pengendalian non obat, kata Rosadi, tingkat efektifitasnya beragam dari berhasil menekan munculnya kasus baru dalam beberapa bulan terakhir tapi di beberapa negara tertentu juga terjadi gelombang kedua dan ketiga penularan Covid-19.

“Efektifitasnya beragam, ada yang sudah sampai multi waves, namun banyak juga yang masih single wave seperti di Indonesia, Maroko, Paraguay, Uruguay,“ imbuhnya.

Meski pengendalian non obat terbukti efektif untuk di beberapa negara, namun belum tentu efektifnya di negara lain karena berbagai faktor seperti ketegasan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga kesehatan. Namun, jika ini diterapkan secara global ia yakin bisa mencegah terjadinya endemi.

“Saya yakin ini akan sangat sulit sehingga endemik wilayah atau global sangat mungkin akan terjadi. Tapi kalau ini bisa dilakukan efektif secara global, kejadian endemik tidak akan terjadi,” tambahnya.


Vaksin harus tetap jalan

Ketua IDI Terpilih Vaksinasi COVID-19 Bersama Nakes RSUD Cengkareng
Petugas vaksinator menyiapkan vaksin CoronaVac dari SinoVac di RSUD Cengkareng, Jakarta, Kamis (14/01/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap awal dijadwalkan berlangsung dari Januari hingga Februari 2021. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selain pengendalian non obat, untuk menekan laju penularan Covid-19 menurutnya juga perlu lewat vaksin dan obat. Meski efektifitas vaksin yang harus terus diuji dan teknik pengobatan efektif terhadap penyakit yang terus diupayakan. Namun, apabila salah satu atau keduanya bisa berjalan efektif dalam waktu dekat, masih sangat mungkin endemik bisa dihindarkan dan pandemi bisa berakhir dalam waktu dekat.

“Banyak faktor yang menjadi kendala utama dan tetap terus harus diwaspadai dari permintaan dan ketersediaan vaksin dan obat, mutasi virus, faktor sosial masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya