Cara Cegah Omicron pada Anak di Tengah Kasus Omicron Meningkat, Begini Saran IDAI

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI membeberkan cara mencegah Covid-19 varian Omicron pada anak.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 10 Feb 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2022, 18:30 WIB
Cara Cegah Omicron pada Anak di Tengah Kasus Omicron Meningkat, Begini Saran IDAI
Seorang anak memakai masker saat mengunjungi taman Jingshan pada hari bersalju di Beijing, China, Selasa (19/1/2021). China sekarang berurusan dengan pandemi virus corona di timur lautnya yang dingin, mendorong penguncian ketat dan pembatasan perjalanan. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta Anak memiliki risiko terinfeksi varian Omicron seperti orang dewasa. Terbaru, kasus positif Covid-19 varian Omicron pada anak sedang melonjak tinggi di Indonesia. Bahkan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga mencatat proporsi kasus Omicron pada anak jauh lebih tinggi daripada varian sebelumnya.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan kasus terkonfirmasi anak yang positif Covid-19 di Indonesia meningkat 1.000 persen atau 10 kali lipat dari bulan Januari 2022.

"Kalau dibandingkan (bulan) Januari (jumlahnya kasusnya) 676 menjadi 7.990, berarti udah (naik) 1.000 persen lebih ya, 10 kali lipat lebih kalau dari Januari. Kalau dari pekan kemarin naik 300 persen," lanjutnya."Data yang penambahannya ya, per 24 Januari itu 676 peningkatan yang kasus terkonfirmasi. Per 31 Januari meningkat menjadi 2.775 yang kasus terkonfirmasi dan per 7 Februari kemarin, meningkat menjadi 7.990. Artinya naiknya 300 persen ya. Laporan dari teman-teman di cabang kenaikannya 300 persen dari sebelumnya, ya ini pasien anak. Semua pasien anak," tutur dr Piprim dalam webinar konferensi persnya.

Takut kasus positif Covid-19 varian Omicron pada anak terus bertambah, dr Piprim menjelaskan sejumlah cara untuk mencegah anak dapat terinfeksi Covid-19 varian Omicron. Berikut Liputan6.com ulas dari berbagai sumber, Kamis (10/2/2022).

Cara Pencegahan Omicron pada Anak

Cara Cegah Omicron pada Anak di Tengah Kasus Omicron Meningkat, Begini Saran IDAI
Seorang anak berolahraga di sekitar taman Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Minggu (6/12/2020). Setiap pagi dan sore hari pihak RSD Wisma Atlet memperbolehkan pasien Covid-19 keluar kamar untuk berolahraga sekaligus menikmati udara segar. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Menurut  Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), terdapat beberapa cara mencegah penularan Covid-19 varian Omicron pada anak, antara lain:

1. Bagi anak-anak usia di atas 2 tahun harus bisa memakai masker dengan benar.

2. Budidayakan anak untuk mencuci tangan.

3. Menjaga jarak dari orang lain.

4. Menghindari kontak erat dengan orang terinfeksi Covid-19 varian Omicron.

5. Menjauhi kerumunan.

6. Tidak disarankan membawa anak ke tempat ramai, seperti mal, pusat perbelanjaan, dan nonton bioskop.

7. Hindari tempat atau lingkungan yang memiliki ventilasi tertutup.

Hal-hal tersebut juga perlu diperhatikan oleh orang tua, supaya anak dapat terhindar dari Covid-19 varian Omicron. Orang tua juga penting mengetahui bagaimana gejala hingga panduan isolasi mandiri apabila anak terinfeksi Covid-19 varian Omicron.

Gejala Omicron pada Anak

Cara Cegah Omicron pada Anak di Tengah Kasus Omicron Meningkat, Begini Saran IDAI
Kasus Covid-19 varian Omicron pada anak meningkat, ketahui gejala khas-nya menurut IDAI. (pexels/gustavo fring).

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), mengatakan bahwa kasus Covid-19 pada anak sebagian besar tanpa gejala dan gejala ringan. Pada yang gejala ringan ditunjukkan dengan batuk, pilek, badan hangat, nyeri tenggorokan. Lebih banyak yang mengeluhkan infeksi pada saluran pernapasan atas.

"Jadi, kalau saat ini anak batuk, pilek, hangat. Orangtua mesti hati-hati atau waspada, bisa ada kemungkinan tertular Omicron," kata Piprim dalam launching bukunya pada Rabu (9/2/2022).

Kemungkinan tertular Omicron, terlebih bila tidak jalankan protokol kesehatan ketat, memang besar saat ini. Varian Omicron memang memiliki kecepatan penularan yang tinggi, sebut Piprim. Selain tanpa gejala dan gejala ringan ada ada juga anak yang alami kondisi berat dan alami penyakit kronis usai terpapar Covid-19.

"Jadi, jangan terlena dengan gejala ringan," katanya.

"Kasus berat mulai dilaporkan. Ada yang MIS-C dengan penurunan kemampuan jantung sehingga pasien alami gagal jantung. Ada juga yang alami diabetes melitus pasca kena COVID-19," lanjutnya.

Tentu saja untuk menegakkan diagnosis tidak cuma dengan melihat gejala saja melainkan dengan tes PCR. Bila memang hasil tes PCR menunjukkan anak positif terpapar Covid-19, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah tenang.

"Orang tua kalau tahu anaknya positif biasanya panik tuh. Maka, yang pertama adalah jangan panik. Kepanikan menutup akal kita, jadi enggak bisa mikir apa-apa," ujar dokter spesialis anak konsultan jantung ini.

Lalu, segera hubungi dokter lewat layanan telekonsultasi. Sampaikan ke dokter gejala yang dialami anak.

"Sebaiknya segera lakukan layanan telekonsultasi. Lalu, cek tanda-tanda kegawatdaruratan atau ada tidaknya tanda bahaya yang dialami anak," pesannya.

Jangan memberikan obat tanpa resep dokter. Sebab obat diberikan berdasarkan resep dokter pada yang bergejala sedang dan berat atau pada mereka yang bergejala ringan dengan komorbid seperti disampaikan Piprim.

Kapan anak harus Isoman?

Cara Cegah Omicron pada Anak di Tengah Kasus Omicron Meningkat, Begini Saran IDAI
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan panduan khusus untuk anak yang terpapar virus Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri di rumah. (FOTO: Unsplash.com/atoms).

Berikut kriteria kapan anak harus melakukan isolasi mandiri, antara lain:

1. masuk kriteria kontak erat

2. Anak positif Covid- 19 yang tidak bergejala.

3. Anak positif Covid-19 yang bergejala ringan: demam, batuk, nyeri tenggorokkan, sakit kepala, mual muntah, diare, lemas, anosmia/kehilangan indera penciuman, ageusia atau kehilangan indera pengecapan, ruam-ruam, saturasi oksigen ≥ 95%.

4. Anak positif Covid-19 yang tidak memiliki komorbid (penyakit penyerta) seperti: obesitas, kanker, ginjal menahun, autoimun, kelainan bawaan, jantung, kencing manis/diabetes melitus, penyakit paru menahun, sesuai diagnosa tenaga kesehatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya