7 Penyebab Stroke di Usia Muda, Ada Kaitannya dengan IQ

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena yang mengkhawatirkan telah terjadi di mana stroke juga mulai mengancam orang-orang yang masih muda, terutama di usia 20 hingga 30an.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 01 Jul 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2024, 17:30 WIB
Sakit stroke (Sumber: alodokter.com)
Sakit stroke (Sumber: alodokter.com)

Liputan6.com, Jakarta Stroke adalah suatu kondisi medis yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, entah karena pembuluh darah melebar atau pecah. Biasanya, stroke dianggap sebagai penyakit yang lebih umum terjadi pada orang yang sudah lanjut usia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena yang mengkhawatirkan telah terjadi di mana kondisi ini juga mulai mengancam orang-orang yang masih muda, terutama di usia 20 hingga 30an. Hal ini menjadi alarm bagi banyak orang, karena dampak stroke pada usia muda dapat sangat merugikan dan bahkan mengancam kehidupan.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab meningkatnya risiko stroke pada usia muda. Salah satu faktor yang signifikan adalah IQ rendah. Penelitian telah menemukan hubungan antara IQ rendah dengan peningkatan risiko stroke pada usia muda. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menjadi faktor penyebab stroke pada usia muda.

Dengan segala kemajuan teknologi dan gaya hidup yang serba cepat, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko stroke pada usia muda. Oleh karena itu penting juga bagi kita untuk memahami kebiasaan buruk apa saja yang dapat meningkatkan risiko terkena stroke.

Berikut adalah sejumlah kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan risiko terkena stroke, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (1/7/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kebiasaan Begadang

Kebiasaan begadang, yang sering kali diasosiasikan dengan orang-orang muda, dapat meningkatkan risiko penyakit stroke di usia muda antara 20-30 tahun. Begadang adalah kegiatan yang dilakukan dengan tidur di luar jam normal tidur. Ini terjadi karena gaya hidup modern yang sibuk, seperti bekerja larut malam, mengakses media sosial, atau bermain game.

Terlalu sedikit tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat mempengaruhi kesehatan tubuh, termasuk meningkatkan risiko stroke. Saat begadang, tubuh dan otak tidak memiliki waktu yang cukup untuk memulihkan diri dan memperbaiki kerusakan yang terjadi selama aktivitas sehari-hari. Ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan penumpukan plak di pembuluh darah.

Selain itu, begadang seringkali dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji, minuman beralkohol, atau merokok. Semua faktor ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Begadang juga dapat menyebabkan stres kronis, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu peradangan di dalam pembuluh darah.

Untuk mencegah risiko stroke di usia muda, penting bagi orang-orang muda untuk memperhatikan kualitas tidur dan menghindari kebiasaan begadang. Mengatur jadwal tidur yang teratur, menghindari minuman berkafein di malam hari, dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur dapat membantu meningkatkan tidur yang berkualitas. Selain itu, mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres dengan baik, juga dapat mengurangi risiko penyakit stroke di usia muda.

 


Jarang Berolahraga

Ilustrasi perempuan sedang berolahraga
Ilustrasi perempuan sedang berolahraga. (Shutterstock/EduLife Photos)

Meningkatnya risiko penyakit stroke pada orang muda, khususnya di usia 20-30 tahun, dapat dikaitkan dengan kebiasaan jarang berolahraga. Olahraga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh, terutama dalam mencegah penyakit stroke. Berikut ini penjelasan mengenai bagaimana kebiasaan jarang berolahraga dapat meningkatkan risiko penyakit stroke di usia muda.

  1. Merangsang aliran darah: Olahraga secara teratur membantu merangsang aliran darah ke otak. Aliran darah yang lancar dan adekuat memastikan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup ke otak. Jika seseorang jarang berolahraga, aliran darah ke otak dapat terhambat, memicu terjadinya gangguan sirkulasi dan risiko stroke.
  2. Mengendalikan tekanan darah: Penyakit stroke sering kali dipicu oleh tekanan darah tinggi. Olahraga membantu mengendalikan tekanan darah dan mencegah terjadinya hipertensi. Ketika seseorang jarang berolahraga, kemungkinan untuk mengalami tekanan darah tinggi akan semakin besar, meningkatkan risiko terkena stroke.
  3. Menurunkan kadar lemak dan kolesterol: Olahraga secara teratur dapat membantu menurunkan kadar lemak dan kolesterol jahat dalam tubuh. Kadar lemak dan kolesterol tinggi dapat menyebabkan pembentukan plak pada arteri, yang dapat menghambat aliran darah ke otak. Dengan jarang berolahraga, kadar lemak dan kolesterol tidak terkontrol dan meningkatkan risiko terkena stroke.
  4. Mengendalikan berat badan: Kebiasaan jarang berolahraga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan peningkatan berat badan. Obesitas menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit stroke. Dengan menjaga berat badan ideal melalui olahraga, risiko penyakit stroke juga dapat dikurangi.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang muda untuk menjaga kebiasaan berolahraga secara teratur guna mengurangi risiko terkena penyakit stroke. Mengombinasikan olahraga dengan gaya hidup sehat lainnya, seperti pola makan yang seimbang dan menjauhi kebiasaan merokok, juga akan lebih meningkatkan kesehatan dan mencegah stroke di usia muda.

 


Faktor Genetik

Faktor Genetik
Ilustrasi Faktor Genetik Credit: pexels.com/Gem

Faktor genetik memiliki peran penting dalam meningkatkan risiko penyakit stroke pada usia muda antara 20-30 tahun. Meskipun stroke umumnya terjadi pada orang yang lebih tua, tetapi jumlah kasus stroke pada kelompok usia muda juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa faktor genetik yang dapat membantu menjelaskan mengapa orang muda dapat mengalami stroke adalah sebagai berikut:

  1. Faktor keluarga: Keberadaan riwayat stroke dalam keluarga dapat meningkatkan risiko penyakit pada generasi berikutnya. Sejumlah studi menunjukkan adanya keterkaitan genetik dalam risiko stroke pada keluarga.
  2. Faktor genetik spesifik: Beberapa variasi genetik tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke pada usia muda. Misalnya, keberadaan faktor risiko seperti hiperhomosisteinemia, yang merupakan kondisi dimana tubuh tidak dapat mengatur kadar homosistein (asam amino) dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang berkontribusi dalam terjadinya stroke.
  3. Faktor genetik dalam patogenesis aterosklerosis: Aterosklerosis adalah penyakit di mana plak menumpuk pada dinding arteri, menyebabkan penyempitan dan pembekuan darah. Faktor genetik seperti polimorfisme genetik yang terkait dengan aterosklerosis dapat meningkatkan risiko stroke pada usia muda.

Meskipun faktor genetik memiliki peran dalam meningkatkan risiko stroke pada usia muda, penting untuk dicatat bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup juga memainkan peran yang signifikan. Mengadopsi gaya hidup sehat termasuk makanan seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, dan menjaga berat badan ideal dapat membantu mengurangi risiko stroke pada usia muda.


Riwayat Darah Tinggi

Contoh ilustrasi tekanan darah tinggi pada tubuh
Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk)

Riwayat darah tinggi atau hipertensi telah diketahui menjadi faktor risiko utama penyakit stroke pada orang tua. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kasus stroke pada orang muda, yaitu mereka yang berusia antara 20 hingga 30 tahun. Salah satu faktor penyebab utama adalah riwayat darah tinggi.

Hipertensi merupakan kondisi saat tekanan darah seseorang secara terus-menerus tinggi. Kondisi ini menyebabkan tekanan yang berlebih pada pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat merusak dinding arteri. Dalam jangka waktu yang lama, kerusakan ini dapat menyebabkan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, yang membatasi aliran darah ke otak.

Pada orang muda, faktor-faktor tertentu seperti gaya hidup yang tidak sehat, stres, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan bisa meningkatkan risiko darah tinggi. Selain itu, faktor genetik juga dapat berperan dalam meningkatkan kemungkinan hipertensi pada usia muda.

Selain itu, adanya faktor risiko lain seperti obesitas, diabetes, merokok, atau kolesterol tinggi juga dapat memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko terkena stroke pada usia muda. Oleh karena itu, penting bagi orang muda untuk menjaga kesehatan mereka, mengikuti gaya hidup yang sehat, dan melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau tekanan darah mereka.

Dalam kesimpulannya, riwayat darah tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit stroke pada usia muda. Dengan mengenali faktor-faktor risiko ini dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat membantu mengurangi kemungkinan terkena stroke pada usia muda.


Kelebihan Berat Badan

Orang Obesitas
Ilustrasi orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Credits: pexels.com by Towfiqu barbhuiya

Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko yang penting dalam perkembangan penyakit stroke di usia muda, terutama antara usia 20 hingga 30 tahun.

Kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, dislipidemia, resistensi insulin, dan peradangan kronis, yang semuanya merupakan faktor risiko utama untuk perkembangan aterosklerosis dan stroke.

Aterosklerosis adalah suatu kondisi di mana endapan lemak menumpuk di dinding arteri, menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan pembentukan plak. Jika plak pecah, dapat terbentuk bekuan darah yang dapat menyumbat aliran darah ke otak, menyebabkan stroke.

Selain itu, kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan perubahan pada metabolisme tubuh, seperti peningkatan kadar lemak dan gula darah. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke otak, yang kemudian meningkatkan risiko stroke iskemik.

Selain aterosklerosis dan perubahan metabolisme, kelebihan berat badan juga dapat mempengaruhi fungsi pembuluh darah dan kualitas tidur, yang juga dapat meningkatkan risiko stroke pada usia muda.

Oleh karena itu, sangat penting bagi individu muda untuk menjaga berat badan yang sehat untuk mencegah risiko stroke. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok, risiko stroke pada usia muda dapat dikurangi secara signifikan.


Pola Makan yang Tidak Sehat

Contoh ilustrasi makanan junk food
Penyebab penuaan dini juga disebabkan karena konsumsi fast food. (Foto: Pexels.com/Caleb Oquendo)

Stroke, sebelumnya dikenal sebagai penyakit yang umum terjadi pada orang lanjut usia, saat ini menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan bagi orang-orang yang berusia muda, terutama di rentang usia 20-30 tahun. Faktanya, pola makan yang tidak sehat telah menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena stroke pada usia yang relatif muda ini.

Pola makan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan kandungan kolesterol tinggi, membuat tubuh rentan terhadap pembentukan plak di arteri. Plak ini dapat menyumbat aliran darah ke otak, yang merupakan salah satu faktor pemicu utama stroke. Selain itu, makanan olahan yang banyak mengandung bahan tambahan dan pengawet juga dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pembuluh darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan stroke.

Konsumsi makanan cepat saji atau junk food yang tinggi akan lemak dan gula juga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan dan obesitas. Kondisi ini, pada gilirannya, dapat memicu tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama penyakit stroke pada populasi yang lebih muda.

Agar dapat mencegah terjadinya stroke pada usia muda, sangat penting untuk mengadopsi pola makan yang sehat dan seimbang. Makanan yang rendah lemak jenuh, gula, dan garam, serta tinggi serat, vitamin, dan mineral, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, dan daging tanpa lemak, dianjurkan untuk dikonsumsi secara teratur. Selain itu, menghindari makanan olahan dan makanan cepat saji juga penting dalam menjaga kesehatan pembuluh darah dan mencegah terbentuknya plak yang dapat menyebabkan stroke.

Dengan mengadopsi pola makan yang sehat sejak dini, kita dapat mengurangi risiko terkena stroke pada usia muda. Lebih penting lagi, menciptakan kesadaran akan pentingnya makanan sehat dan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya kebiasaan makan yang baik dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan kita semua.


IQ Rendah

Indonesia Tempati Urutan Kedua IQ Terendah di Asia Tenggara Versi World Population Review
Berapa IQ Orang Indonesia? (pexels/andreapiacquadio).

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, diketahui bahwa individu muda berusia antara 20-30 tahun dengan IQ rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dini. Penelitian ini melibatkan 1,7 juta individu muda dari Israel yang telah menjalani tes fungsi kognitif komprehensif sebelum wajib militer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan kognitif rendah memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih besar untuk mengalami stroke sebelum usia 50 tahun, dibandingkan dengan individu yang memiliki kemampuan kognitif tinggi. Bahkan individu dengan kemampuan kognitif sedang memiliki kemungkinan 78% lebih tinggi untuk mengalami stroke.

Untuk mengukur kemampuan kognitif, para peneliti menggunakan tes IQ dan mengelompokkan peserta menjadi kelompok kecerdasan rendah, sedang, atau tinggi. Data peserta kemudian dihubungkan dengan Israel National Stroke Registry, yang mencatat 908 kasus stroke selama periode penelitian.

Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko stroke pada individu muda tidak terbatas pada faktor usia saja, tetapi juga terkait dengan kemampuan kognitif. Bagi individu dengan IQ rendah, risiko stroke hampir dua kali lipat, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor potensial lainnya. Oleh karena itu, penting bagi individu muda untuk menjaga kesehatan kognitif mereka melalui latihan otak, pola makan sehat, dan gaya hidup sehat secara keseluruhan guna mengurangi risiko stroke.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya