Patahan Sesar Garsela, Penyebab Gempa Besar Bandung

Sesar Garsela dikenal sebagai salah satu sesar paling aktif di Jawa Barat, dengan panjang sekitar 42 kilometer yang membentang dari Kabupaten Garut hingga wilayah selatan Bandung.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 23 Sep 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2024, 18:00 WIB
Gempa Bandung
Babinsa dan relawan gabungan berupaya menyelamatkan barang berharga dan membersihkan puing dari rumah warga yang roboh akibat diguncang gempabumi M 4.9 di Kertasari, Kabupaten Bandung, Kamis (19/9). (Foto BNPB).

Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Bandung baru saja diguncang gempa dengan magnitudo 5,0 pada Rabu, 18 September 2024, yang terasa hingga berbagai wilayah di sekitarnya. Gempa yang terjadi pada pukul 09.41 WIB ini memiliki pusat gempa di darat, tepatnya di koordinat 7.19° LS dan 107.67° BT, dengan kedalaman 10 kilometer.

Berdasarkan laporan dari BMKG, gempa ini merupakan gempa dangkal yang dipicu oleh aktivitas patahan aktif, yakni Sesar Garsela atau Sesar Garut Selatan. Sesar Garsela dikenal sebagai salah satu sesar paling aktif di Jawa Barat, dengan panjang sekitar 42 kilometer yang membentang dari Kabupaten Garut hingga wilayah selatan Bandung. 

Aktivitas seismik di sesar ini kerap memicu gempa, yang seperti peristiwa kali ini, berpotensi destruktif karena terjadi di kedalaman dangkal. Berikut ulasan lebih lanjut tentang Sesar Garsela yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (23/9/2024).

Apa itu Sesar Garsela?

Gempa Kabupaten Bandung
BMKG mencatat telah terjadi gempa di Kabupaten Bandung Jawa Barat pada Jumat siang (4/8/2023). (Dok BMKG)

Sesar Garsela atau Sesar Garut Selatan  adalah salah satu patahan paling aktif di Pulau Jawa dan berpotensi memicu gempa bumi besar di wilayah sekitarnya. Patahan ini membentang sepanjang 42 kilometer dari Kabupaten Garut hingga ke selatan Bandung. Terdiri dari dua segmen utama, Segmen Rakutai sepanjang 19 kilometer dan Segmen Kencana sepanjang 17 kilometer. Kedua segmen ini kerap memicu aktivitas seismik yang signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh gempa di Kabupaten Bandung dan Garut pada 18 September 2024.

Menurut BMKG, Sesar Garsela termasuk dalam zona deformasi aktif, yang berarti segmennya mungkin lebih banyak dari yang telah dipetakan, seperti Segmen Rakutai dan Kencana. Bahkan, gempa terbaru ini diperkirakan berasal dari segmen yang baru terbentuk. 

Penelitian tentang Sesar Garsela masih tergolong minim, namun sejumlah studi mengungkapkan adanya bukti patahan berupa longsoran, offset, dan kekar yang menunjukkan aktivitas patahan mendatar menganan (strike-slip dextral) dengan potensi adanya patahan naik yang memperkuat pergerakan sesar.

Keberadaan Sesar Garsela di dekat kawasan permukiman menjadikannya sebagai ancaman serius, mengingat gempa yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kerusakan besar, apalagi pada wilayah dengan batuan yang telah mengalami pelapukan. Hal ini memperkuat efek getaran gempa, seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung, di mana lapisan batuan kuarter yang rapuh memperburuk dampak gempa. Mengingat aktivitas sesar ini, penting untuk terus memantau pergerakan dan mengkaji lebih dalam guna meminimalkan risiko bencana di masa depan.

Kenapa Sesar Garsela Menjadi Zona Paling Aktif di Jawa?

Banner Infografis Gempa Bandung dan Pergerakan Sesar. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Gempa Bandung dan Pergerakan Sesar. (Liputan6.com/Abdillah)

Sesar Garsela menjadi zona gempa paling aktif di Jawa karena karakteristik geologis dan letak geografisnya yang rentan terhadap aktivitas seismik. Menurut para ahli, termasuk Firman, aktivitas kegempaan di Sesar Garsela didorong oleh posisi sesar yang berada di wilayah selatan Jawa, yang dekat dengan zona subduksi, yaitu pertemuan antara lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Subduksi ini menciptakan tekanan besar yang mengaktifkan sesar-sesar di sekitarnya, termasuk Sesar Garsela.

Selain faktor subduksi, wilayah tempat Sesar Garsela membentang, mulai dari timur laut Kertasari hingga dekat Gunung Papandayan, diperkirakan merupakan daerah dengan struktur geologi yang lebih lemah. Zona ini rentan terhadap pergerakan dan pergeseran lempeng, sehingga sering menjadi sumber gempa bumi. Panjang sesar yang mencapai 36 kilometer, dengan segmen Rakutai sepanjang 19 kilometer dan segmen Kencana sepanjang 17 kilometer, juga membuatnya berpotensi menghasilkan gempa yang sering dan kuat.

Namun, belum banyak penelitian yang mendalam terkait model bawah permukaan di area ini, sehingga detail struktur geologi dan distribusi zona lemah belum sepenuhnya dipetakan. Kurangnya data ini membatasi pemahaman tentang mengapa sesar ini begitu aktif dibandingkan dengan wilayah lain di Pulau Jawa. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi karakteristik sesar ini secara lebih akurat dan mengurangi risiko gempa di masa mendatang.

Potensi Gempa di Zona Sesar Garsela

Gempa Kabupaten bandung
Gempa Magnitudo 5,0 dengan pemutakhiran M4,9 yang mengguncang wilayah Kabupaten Bandung, Rabu (18/9/2024), menyebabkan sejumlah bangunan dan rumah warga rusak. (Liputan6.com/ Dok BNPB)

Potensi gempa akibat Sesar Garsela masih belum dapat dipastikan secara pasti, terutama terkait perkiraan kekuatan gempa maksimum yang dapat dipicu oleh patahan ini. Menurut Firman, hal ini disebabkan oleh kurangnya data lengkap dan komprehensif mengenai aktivitas sesar. Saat ini, Pusat Survei Geologi (PusSGeN) Kementerian ESDM sedang melakukan penelitian intensif terhadap Sesar Garsela untuk mendapatkan informasi lebih jelas, termasuk potensi magnitudo maksimum.

Meski demikian, berdasarkan referensi dari gempa yang disebabkan oleh sesar-sesar aktif lainnya di Pulau Jawa, Sesar Garsela diperkirakan mampu memicu gempa dengan kekuatan antara magnitudo 6 hingga 6,5. Hasil penelitian dari PuSGeN pada tahun 2017 juga telah mengonfirmasi bahwa sesar ini aktif, sehingga potensi terjadinya gempa besar di masa depan tetap ada.

Kerusakan yang diakibatkan oleh gempa dari Sesar Garsela akan sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk jarak dari sumber gempa, karakteristik tanah di wilayah terdampak, serta kualitas bangunan di kawasan tersebut. Seperti pada kejadian gempa terbaru, daerah Kertasari mengalami kerusakan yang cukup signifikan karena letaknya sangat dekat dengan pusat gempa. Dengan demikian, penting untuk terus memantau perkembangan penelitian Sesar Garsela untuk meminimalkan risiko bencana di kawasan yang berpotensi terdampak.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya