Survei Psikologi: Motivasi Berkuasa Prabowo Paling Tinggi

Sementara Jokowi memiliki motivasi afiliasi atau menjalin hubungan paling besar dibanding Prabowo.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 03 Jul 2014, 20:17 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2014, 20:17 WIB
KPU Beberkan Harta 2 Capres-Cawapres
Capres-cawapres Jokowi-Jk dan Prabowo-Hatta meperlihatkan surat laporan di KPU. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, Ikatan Psikologi Sosial Indonesia dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran menyurvei aspek kepribadian calon pesiden dan wakil presiden 2014.

Psikolog UI Hamdi Muluk mengatakan, biasanya motivasi sosial dibagi menjadi 3, yakni motivasi berkuasa, beprestasi, dan berafiliasi. Hasil survei diketahui, capres Prabowo Subianto memiliki motivasi berkuasa paling tinggi dibanding Joko Widodo (Jokowi), maupun cawapres Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.

"Prabowo berada pada angka 8,64%, diikuti JK 7,31%, Hatta 7,17% dan Joko Widodo 6,36%," ujar Hamdi di D' Consulate, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2014).

Sementara kata Hamdi, Jokowi memiliki motivasi afiliasi paling besar yakni 7,95%. Disusul JK 7,45%, Hatta 6,41% dan Prabowo 6,02%.

"Joko Widodo paling unggul motivasi berafiliasi. Artinya, suka silaturahim, menjaga hubungan, berkumpul bersama orang. Itu motif afiliasi. Tapi tidak ada yang di bawah rata-rata," kata Hamdi.

Sedangkan motivasi berprestasi, lanjut Hamdi, JK unggul dari yang lain. JK meraih 8,15%, Jokowi 8,06%, Prabowo 7,41% dan Hatta paling rendah 6,59%.  "JK dianggap lebih punya kemampuan di antara yang lain," tandas Hamdi.

Hamdi menjelaskan, responden dalam survei ini adalah 204 psikolog, yang memiliki pengetahuan dan pengalaman melakukan penilaian kepribadian. Pengambilan data dilakukan 18 Juni hingga 27 Juni 2014.

"Orang akan melihat karakter kepribadian capres-cawapres seperti apa? Itu faktor yang dipakai oleh voter menentukan siapa presiden yang akan kita pilih," kata Hamdi.

Menurut Hamdi, responden terlebih dahulu diminta membaca bagian biografi para calon, kemudian mereka menilai aspek kepribadian dan memberikan prediksi ke depan.

Penelitian ini menggunakan 3 pendekatan. Yakni analisis psikobiografi, analisis pidato dan wawancara kandidat di berbagai media dan survei ke 204 psikolog untuk menilai aspek kepribadian. (Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya