Jelang Ramadan 2019, Emirat Arab Bebaskan Lebih dari 3.000 Tahanan

Beberapa hari menjelang Ramadan 2019, Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan membebaskan lebih dari 3.000 tahanan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Mei 2019, 21:20 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2019, 21:20 WIB
Penangkapan Ditangkap Penahanan Ditahan
Ilustrasi Foto Penangkapan (iStockphoto).

Liputan6.com, Dubai - Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan melakukan remisi tahanan. Ia memutuskan untuk membebaskan 3.005 narapidana menjelang Ramadan tahun ini.

Proses tersebut dilakukan pada Kamis 2 Mei 2019, tinggal hitungan jari menuju bulan suci Ramadan 2019, demikian menurut kantor berita negara UEA WAM.

Menurut laporan Gulf News, yang dikutip Jumat (3/5/2019), Sheikh Khalifa juga berjanji untuk melunasi kewajiban keuangan tahanan.

"Langkah ini bertujuan memberikan tahanan dan keluarga mereka kesempatan untuk memulai kehidupan baru," tambah laporan itu.

Para pemimpin UEA memang secara tradisional kerap membebaskan banyak narapidana menjelang Ramadan. Penguasa emirat lain juga tak ketinggalan turut mengeluarkan grasi pada hari Kamis.

Menurut laporan WAM, penguasa Sharjah Sheikh Sultan bin Mohammed Al Qasimi mengumumkan pembebasan 377 tahanan, lalu penguasa Ras Al Khaimah Sheikh Saud bin Saqr Al Qasimi juga memerintahkan pembebasan 306 narapidana di Punitive and Correctional Institutions.

Selain itu, penguasa Umm Al Quwain Sheikh Saud bin Rashid Al Mu'alla juga memerintahkan pembebasan sejumlah tahanan.

Astronom: Awal Ramadan Mulai 6 Mei

Ilustrasi Ramadan. (Pixabay)
Ilustrasi Ramadan. (Pixabay)

Sementara itu, International Astronomical Centre atau Pusat Astronomi Internasional telah memperkirakan awal Ramadan. Menurut pengamatan mereka, dimulainya bulan suci umat Muslim itu jatuh pada 6 Mei di sebagian besar negara-negara pemeluk Islam.

"Mengamati bulan sabit akan mustahil dari Asia Timur dan Tenggara serta Eropa Selatan dan sebagian besar negara-negara Arab pada Minggu, 5 Mei," kata Direktur Pusat Astronomi, Mohammad Shawkat seperti dikutip dari Gulf News, Jumat 2 Mei 2019.

Mohammad Shawkat kemudian menegaskan bahwa akan mungkin untuk melihat bulan hanya dengan teleskop.

"Melihat bulan akan sulit di negara-negara Afrika Barat dan Selatan dan sebagian besar AS, sementara itu akan relatif lebih mudah di Amerika Tengah," tambahnya.

Sebelumnya, seorang astronom Kuwait juga menyebut bahwa bulan puasa Ramadan akan dimulai pada Senin 6 Mei.

Adel Al Saadoon mengatakan bulan sabit yang menandai awal bulan yang dimuliakan oleh umat Islam akan mudah terlihat pada Minggu 5 Mei. Namun ia tak menyebut detail di mana lokasi penampakan bulan akan mudah terlihat.

"Itu bisa dilihat dengan mudah tanpa perlu teleskop," tambahnya. "Bulan Ramadan akan berlangsung 29 hari tahun ini."

Ramadan adalah bulan kesembilan dari kalender Islam berbasis 12 bulan bulan yang diikuti oleh umat Islam. Bulan hijriyah berlangsung selama 29 atau 30 hari tergantung pada penampakan bulan sabit untuk total 354 hari dalam setahun.

Baca selengkapnya di sini...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya