Makna Tradisi Lebaran Ketupat Bagi Umat Islam di Jawa

Makna tradisi lebaran ketupat berasal dari masyarakat Jawa.

oleh Husnul Abdi diperbarui 13 Jun 2019, 08:20 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2019, 08:20 WIB
Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Liputan6.com, Jakarta Makna tradisi lebaran ketupat tentunya menjadi salah satu hal yang membuat penasaran sebagian besar umat Islam. Apalagi di daerah yang memang memiliki tradisi tersebut setiap tahunnya pada hari raya Idul fitri.

Perayaan hari raya Idul fitri rasanya belum lengkap bila tidak ada ketupat. Begitu pula dengan ketupat yang sudah sangat identik dengan perayaan hari raya lebaran ini. Namun, lebaran ketupat ternyata berbeda dengan lebaran 1 Syawal yang biasa dirayakan umat Islam.

Makna tradisi lebaran ketupat berasal dari masyarakat Jawa. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada tanggal 8 Syawal, seminggu setelah hari raya Idul fitri.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (11/6/2019) tentang makna tradisi lebaran ketupat

Tradisi Lebaran Ketupat

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Berbagai tradisi dilakukan dalam rangka menyambut hari raya Idul fitri. Salah satu tradisi tersebut adalah lebaran ketupat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa. Makna tradisi lebaran ketupat ini dianggap sebagai pelengkap hari kemenangan.

Jadi bagi masyarakat Jawa, terdapat dua kali perayaan pelaksanaan lebaran. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lebaran ketupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya Idul fitri, yaitu pada tanggal 8 syawal. Hal ini dilakukan dalam rangka merayakan selesainya pelaksanaan ibadah puasa 6 hari di bulan Syawal.

Puasa 6 hari di bulan Syawal yang dimulai pada hari kedua bulan Syawal akan berakhir pada tanggal 7 Syawal, sehingga makna tradisi lebaran ketupat ini adalah sebagai perayaan selesainya puasa 6 hari di bulan Syawal ini.

Puasa 6 hari di bulan syawal ini merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena keutamaannya yang sangat besar.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR Muslim).

Sunan Kalijaga merupakan orang pertama yang memperkenalkan makna tradisi lebaran ketupat pada masyarakat Jawa. Saat itu ada dua istilah yang dikenalkan oleh Sunan Kalijaga yaitu, Bakda lebaran yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat Idul fitri, dan Bakda Kupat yang merupakan perayaan seminggu setelahnya.

Perayaan tradisi lebaran ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan dengan memasak ketupat dan mengantarkannya kepada sanak kerabat pada tradisi masyarakat Jawa.

Berbagai macam ketupat disajikan dalam menyambut makna tradisi lebaran ketupat oleh masyarakat Jawa ini. Ada ketupat glabed yang berasal dari Tegal, ketupat babanci dari Betawi serta ketupat bawang khas Madura.

Ngaku lepat

Ilustrasi maaf-maafan (Foto: iStock)
Ilustrasi maaf-maafan (Foto: iStock)

Makna tradisi Lebaran ketupat tentunya perlu dilihat dari asal istilah ketupat. Dalam bahasa Jawa, kata ketupat atau kupat ternyata berasal dari istilah ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat yang berarti empat tindakan. Makna tradisi lebaran ketupat tersebut memiliki filosofi yang berbeda-beda pula.

Ngaku lepat atau mengakui kesalahan ini dilakukan dengan pelaksanaan tradisi sungkeman. Tradisi ini dilakukan untuk memohon maaf kepada orangtua. Makna tradisi lebaran ketupat satu ini mengajarkan kamu untuk selalu menghormati orang tua dan selalu mengharapkan bimbingan mereka.

Melakukan tradisi ini juga memiliki makna sebagai bukti kasih sayang antara anak dan orang tua. Sungkeman juga dilakukan kepada sanak kerabat lainnya, tetangga, serta teman-teman, tidak hanya sebatas dalam kelaurga saja.

Jadi, makna tradisi Lebaran ketupat di sini juga berarti untuk menuntun umat islam saling memaafkan dengan penuh ikhlas. Ketupat di sini juga memiliki makna sebagai simbol “maaf” tersebut.

Laku Papat

Ilustrasi Masjid (Istimewa)
Ilustrasi Masjid (Istimewa)

Selain itu, untuk istilah selanjutnya yaitu laku papat atau empat tindakan memiliki 4 arti bagi masyarakat Jawa. Yang pertama adalah lebaran yang berarti usai, menandakan bahwa puasa Ramadan telah berakhir. Yang kedua adalah luberan atau melimpah seperti air yang tumpah.

Luberan ini memiliki makna berbagi kepada fakir miskin bagi orang-orang yang mampu atau memiliki kelebihan harta. Selanjutnya adalah leburan. Leburan memiliki makna untuk meleburkan dosa dengan saling bermaaf-maafan satu sama lain.

Dengan begitu, dosa yang telah kamu perbuat dapat melebur dan kembali suci. Sedangkan yang terakhir adalah laburan. Kata ini berasal dari kata labor atau kapur. Makna laburan ini adalah hati seorang muslim akan kembali jernih dan suci dengan berbagai ibadah yang telah dilakukan.

Tradisi lebaran ketupat yang biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Jawa ini merupakan salah satu tradisi baik yang telah dilakukan sejak dahulu kala. Masyarakat jawa serasa belum lengkap merayakan hari raya idul fitri tanpa melaksanakan tradisi lebaran ketupat ini.

Makna tradisi lebaran ketupat yang mengajak seorang muslim untuk menjadi pribadi yang baik dan luhur akhlaknya dan meningkatkan amalan ibadah tentunya layak untuk dilestarikan.

Jangan sampai tradisi baik ini punah dan dilupakan masyarakat Jawa. Semoga dengan melaksanakan tradisi Lebaran ketupat kita bisa semakin bertakwa kepada Allah SWT dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya