Alasan Diabetesi Rentan Alami Gula Darah Rendah Selama Puasa Ramadan

Selama Ramadan, risiko hipoglikemia pada pasien diabetes tipe dua meningkat hingga 7,5 kali lipat.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Mei 2020, 06:15 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2020, 06:15 WIB
diabetes mellitus Tipe 2
diabetes mellitus Tipe 2 (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Orang dengan diabetes atau diabetesi perlu berhati-hati ketika menjalankan puasa Ramadan. Ini karena diabetesi rentan mengalami kadar gula darah rendah atau hipoglikemia.

Selama Ramadan, risiko hipoglikemia pada pasien diabetes tipe dua meningkat hingga 7,5 kali lipat.

Sebuah studi dari EPIDIAR pada 2001 di 13 negara dengan populasi Muslim terbesar, menunjukkan kenaikan angka hipoglikemia saat bulan puasa. Maka dari itu, kondisi ini perlu diwaspadai oleh mereka yang memiliki diabetes namun tetap ingin menjalankan ibadah puasa.

"Selama Ramadan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2 (Diabetes Melitus tipe 2). Hal ini karena pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis," kata dokter endokrin Ketut Suastika beberapa waktu silam di Jakarta.

Ketut menambahkan, ada beberapa risiko apabila seseorang terkena hipoglikemia saat bulan puasa. Yang paling utama, tentu saja ibadah menjadi terganggu. Selain itu, secara fisik, mereka juga berisiko terserang berbagai masalah kesehatan seperti kejang dan hilang kesadaran.

 

Perlu perhatikan pengobatan

Selain itu, pola pengobatan juga harus diperhatikan pada orang dengan diabetes, ketika ingin melakukan ibadah puasa. Meski, ada beberapa obat yang terbilang aman.

"Tetap saja itu berpengaruh pada gula darah," kata Ketut pada Health Liputan6.com.

Sehingga, untuk menghindari hipoglikemia, disarankan untuk mengubah pola konsumsi obat. Misalnya, dengan menggunakan obat yang biasanya dipakai di pagi hari, bisa digunakan di malam hari.

"Biasanya dosisnya juga dikurangi. Kalau secara umum, mereka kan mengurangi makanan sehingga dosis obat juga dikurangi, " kata profesor yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ini.

 

Gejala hipoglikemia

Sementara, untuk apa yang harus dimakan, pasien juga harus mengaturnya sesuai kebutuhan. Yang pasti, apabila seorang dengan diabetes ingin berpuasa, konsultasikan terlebih dulu dengan dokter sebelum melakukannya.

"Penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia, " tambahnya.

Ketut mengatakan, pasien diabetes bisa menghindari masalah ini dengan menjalankan pola makan seimbang, aktif beraktivitas fisik, rutin memantau kadar gula secara berkala, serta melakukan pengubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan.

Beberapa gejala hipoglikemia adalah jantung berdebar, gemetar, lapar, keringat dingin, cemas, lemas, sulit mengontrol emosi dan konsentrasi, serta kebingungan. Ketika angkanya mencapai di bawah 50 mg/dL, pasien bisa kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah, kontraksi detak jantung, hingga kematian.

Adapun, seseorang bisa dikatakan hipoglikemia ketika kadar gula dalam darahnya di bawah 70 mg/dL.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya