Liputan6.com, Samarinda - Berani merantau dan tinggal jauh dari orang tua dapat menjadikan seseorang lebih mandiri. Namun di saat berpuasa seperti saat ini, rasanya sangat sedih jika harus berjauhan dari kedua orang tua.
Seperti kisah Mareah, mahasiswa asal Thailand yang menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda. Sejak ditetapkan berstatus Pandemi Covid19, Provinsi Kalimantan Timur menutup akses keluar masuk kota melalui jalur bandara.
Mareah terpaksa menjalani ibadah puasa di Kota Samarinda, dan berjauhan dari orangtuanya yang berada di Negara Thailand.
Advertisement
Baca Juga
"Saya rindu keluarga, terutama ayah ibu” kata dia. Tidak sendiri, Mareah bertahan di Samarinda bersama 22 rekan sesama mahasiswa asal Thailand. Selama Bulan Ramadan, ke 23 mahasiswa itu mengisi Bulan Ramadaan dengan ibadah.
Walau pemerintah menganjurkan tidak ada salat tarawih di masjid, namun mereka masih melaksanakan salat tarawih berjamaah dalam jumlah kecil.
“Selama ini kami tinggal di asrama, kami hanya mengisi hari-hari dengan ibadah bersama. Kami selalu menjaga jarak dan tidak berkerumun, karena anjuran pemerintah,” sebutnya.
Mendekati Hari raya, Mareah masih menunggu keputusan negaranya untuk memulangkannya. Mareah berharap dapat merayakan lebaran bersama keluarga.
“Ada kabar dari kedutaan besar kalau ada pesawat carter yang akan memulangkan mahasiswa asal Thailand di Indonesia, kami menunggu kabar baik itu,” sebutnya.
Perjalanan Mareah sampai ke Kota Samarinda, karena niat menuntut ilmu dan pendidikan keagamaan. Menurutnya, Kota Samarinda memiliki kampus Islam yang mumpuni dan berkualitas.
“Sekolah di IAIN Samarinda itu pilihan sendiri, menuntut ilmu keagamaan. Karena di Thailand belum ada. Lebih suka Indonesia juga,” sebutnya.
Mereah mengaku memilih kuliah di Indonesia karena di Thailand tidak banyak universitas keagamaan. Mahasiswa semester IV itu menegaskan wabah virus Corona tidak akan menyurutkan semangatnya untuk belajar.
"Di Thailand itu minim universitas keagamaan. Jadi COVID-19 tidak menyurutkan semangat untuk tetap kuliah," ujarnya.
Pihak IAIN Samarinda juga tidak melepas tanggung jawab. Mereah dan ke 22 rekannya sampai saat ini mendapatkan bantuan makanan dan sembako dari pihak kampus.
"Alhamdulillah, kiriman orang tua lancar. Setiap hari kampus juga memberi makanan nasi kotak. Kami juga dapat mie instan dan telur. Semua kebutuhan terpenuhi, tapi tetap ingin lebaran di kampung halaman,” pungkasnya.