Cara Ngemil Lebih Baik dan Sehat Saat Ramadan di Tengah Pandemi

Pada dasarnya orang Indonesia memang suka ngemil, bahkan 23 persen lebih banyak daripada rata-rata global.

oleh Henry diperbarui 16 Mei 2020, 01:40 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2020, 01:40 WIB
Terlalu Sering Memakan Cemilan
Ilustrasi Memakan Cemilan Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta - Disadari maupun tidak, perubahan kegiatan sehari-hari menjadi #dirumahaja selama masa pandemi corona COVID-19 ini membuat masyarakat ngemil secara berlebih. Bahkan di bulan Ramadan ini, kebiasaan ngemil itu tetap ada, biasanya di malam hari.

Tak jarang, timbul kekhawatiran akan efeknya nantinya. Memahami pentingnya manfaat camilan seimbang bagi masyarakat, Mondelez Indonesia meluncurkan kampanye #NgemilBijak guna mendorong setiap orang untuk lebih bijak mengkonsumsi camilan sehingga bisa mendapatkan manfaat secara lebih seimbang, baik untuk tubuh maupun pikiran.

Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia menjelaskan, kampanye #NgemilBijak merupakan inspirasi agar masyarakat memilih camilan yang tepat, mengkonsumsinya pada waktu yang tepat, serta menikmati camilan tersebut dengan cara yang tepat pula.

"Kampanye ini sejalan dengan tujuan global dari Mondelez International, yakni ‘Empower People to Snack Right’, untuk terus menginspirasi masyarakat mengkonsumsi camilan secara lebih bijak melalui produk-produknya yang ikonik, seperti biskuit Oreo, cokelat Cadbury atau keju KRAFT," jelas Khrisma.

Pada dasarnya orang Indonesia memang suka ngemil, bahkan 23 persen lebih banyak daripada rata-rata global, seperti diungkapkan melalui sebuah studi konsumen bertajuk ‘The State of Snacking’ yang dilakukan di Indonesia dan 11 negara lainnya.

Selain itu, hasil studi dari Mondelez Internasional tersebut juga menjelaskan bahwa rata-rata orang Indonesia bergantung pada camilan untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional.

Psikolog Klinis Tara De Thouars mengamini bahwa kebiasaan ngemil berlebih memang sangat rentan terjadi selama #dirumahaja di masa pandemi ini. Hal tersebut dipicu oleh rasa bosan atau kondisi emosi tidak stabil dikarenakan perubahan kebiasaan yang mendadak, ataupun ketakutan akan pandemi itu sendiri. Cara ngemil seperti ini lebih dikenal dengan sebutan emotional eater.

"Saat tekanan emosional hadir, tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar. Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respon terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif. Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin beresiko jika dilakukan secara berulang," jelas Tara.

3 Langkah Sederhana

Ngemil/dok. Mondelez
Ngemil/dok. Mondelez

Tara menambahkan, kita tetap bisa ngemil tapi dengan langkah yang lebih bijak. Kita bisa menerapkannya sehari-hari dengan tiga langkah sederhana yaitu:

1. Kenali isyarat tubuh mengapa Anda ingin ngemil, misalnya apakah karena lapar ataukah perlu untuk mengembalikan mood.

2. Lalu Anda bisa memilih apa camilan yang tepat berdasarkan isyarat tubuh tersebut, tentunya dengan memperhatikan porsi camilan dan waktu ketika Anda ngemil.

3. Perhatikan bagaimana Anda ngemil, dengan memaksimalkan semua indera Anda, karena Anda akan dapat mengenali isyarat tubuh, kapan harus berhenti ngemil. Karena itu, sebaiknya ngemil tidak dilakukan sambil berkegiatan lain, misalnya main gawai atau ponsel.

Ngemil lebih bijak merupakan langkah tepat untuk mendapatkan kepuasan dalam mengonsumsi camilan sehingga tidak menimbulkan penyesalan setelahnya. Juga menghindari ngemil secara berlebih karena memperhatikan isyarat tubuh,

"Kegiatan ngemil sebaiknya dilakukan secara sadar agar manfaat bisa didapatkan. Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitannya. Ajak seluruh indera tubuh Anda terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan," kata Tara.

Tara menjelaskan bahwa kebiasaan ngemil sesungguhnya bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh, asal dilakukan dengan bijak. Di bulan ramadan, kebiasaan ngemil pun perlu disesuaikan mengingat terbatasnya waktu makan.

Namun, sebagian orang terkadang tidak bisa makan banyak saat sahur ataupun berbuka puasa sehingga lebih berisiko akan kekurangan asupan kalori. Padahal kebutuhan kalori harian tubuh tetap sama, baik berpuasa ataupun tidak. Selain itu menikmati camilan secara lebih bijak bersama keluarga juga bisa menjadi pilihan tepat sebagai kegiatan ringan yang menyenangkan untuk mempererat ikatan dan kehangatan dalam keluarga.

"Momen ngemil atau membuat camilan bersama keluarga saat #dirumahaja memberi kesempatan bagi kita untuk terus bersama-sama memiliki pikiran yang positif menghadapi masa pandemi yang bertepatan dengan bulan suci Ramadan ini," tutup Khrisma.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya