Liputan6.com, Cilacap - Sungai nil disebut sebagai sungai terpanjang di dunia, dengan panjang 6.650 km dan dikenal sebagai ayah dari sungai-sungai di Afrika.
Namun di balik kepopuleran nama Sungai Nil itu, tersimpan kisah mengerikan nan menyayat hati pada zaman jahiliyah atau sebelum perabadan Islam zaman Rasulullah SAW.
Kala itu, sudah menjadi kebiasaan jika Sungai Nil mengering, penduduk setempat selalu mengadakan ritual yang sangat menyimpang dari ajaran agama dan kemanusiaan. Mereka melakukan ritual sadis dengan mengorbankan gadis perawan Mesir.
Advertisement
Baca Juga
Sebelum dikuasai umat Islam, Mesir berada dalam kekuasaan kekaisaran Byzantium atau Imperium Romawi Timur hingga zaman Nabi Muhammad SAW.
Tradisi menyimpang ini juga masih dilakukan saat Mesir berhasil ditaklukan oleh kaum muslimin di bawah kepemimpinan Amr bin Ash RA pada tanggal 1 Ramadhan 21 Hijriah atau tahun 641 M, atau sekitar sembilan tahun setelah Nabi Muhammad wafat. Hal ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khatab RA.
Atas keberhasilannya itu, Umar Bin Khattab RA mengangkat Amr bin Ash sebagai gubernur Mesir dan menjadikan kota Fustad yang sekarang adalah Kota Kairo sebagai pusat pemerintahan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ritual Tumbal Perawan untuk Sungai Nil
Suatu ketika penduduk Mesir datang menemui Amr bin Ash pada saat sudah masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat. Karena pada bulan sakral tersebut, sudah saatnya penduduk mesir melakukan persembahan untuk sungai nil.
Penduduk Mesir berkata, “Wahai Gubernur, saat ini sungai Nil sudah kering, sesungguhnya sungai Nil ini tidak akan mengalir kecuali kami melakukan tradisi yang selama ini dilakukan oleh nenek moyang kami”. Amr bin Ash bertanya: “tradisi apakah itu?”
“Jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan ke rumah orang tua mereka. Lalu kami minta kedua orang tuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang paling indah, kemudian kami lemparkan dia ke sungai Nil ini,” jawab penduduk.
Mendengar penjelasan penduduk mesir tersebut, Amr bin Ash melarang kebiasaan yang mereka lakukan, sebab hal ini sangat dilarang dalam Islam. Dengan kecewa, mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Amr bin Ash. Ternyata sungai Nil itu kering dan tidak mengalirkan air sedikit pun. Sehingga kebanyakan penduduk berencana untuk melakukan hijrah.
Tatakala melihat kondisi yang demikian, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab yang berada di Madinah. Dalam surat itu dia menerangkan kondisi yang kini dialami oleh masyarakat Mesir yang mengalami kekeringan. Khalifah Umar membalas surat dari Amr bin Ash dan membenarkan tindakannya menghentikan kebiasaan musyrik tersebut.
Advertisement
Surat Umar bin Khatab untuk Sungai Nil
Selain itu, Umar bin Khattab juga menuliskan surat khusus untuk sungai Nil dan Amr bin Ash disuruh melemparkan surat tersebut untuk sungai Nil yang sedang kering tersebut. Adapun isi surat Umar untuk sungai Nil adalah sebagai berikut.
Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Amma Ba’du. Jika kau (sungai Nil) mengalir karena dirimu maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkanmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah yang maha kuasa untuk mengalirkanmu kembali.
Amr bin Ash kemudian melemparkan surat tersebut ke sungai Nil. Dengan izin Allah Swt, sungai Nil kembali mengalir dengan tinggi air enam belas hasta dalam satu malam. Hingga kini pun sungai nil tetap mengalir meskipun pada musim kemarau. Dengan terjadinya peristiwa itu, penduduk Mesir menghentikan tradisi jahiliyahnya hingga sekarang.
Penasaran ingin melihat penampakan sungai Nil? Berikut ini Liputan6.com akan perlihatkan penampakan sungai Nil dari dekat.
Penulis : Khazim Mahrur