Kejutan Arab Saudi Tumbangkan Argentina dan Kisah Ulama Betawi Survive di Makkah Berkat Sepak Bola

Secara mengejutkan Arab Saudi menumbangkan Argentina 2-1 dalam pertandingan pertama Grup C Piala Dunia Qatar 2022 di Stadion Lusail, Qatar, Selasa malam WIB

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2022, 00:30 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2022, 00:30 WIB
Timnas Argentina vs Timnas Arab Saudi Grup C Piala Dunia 2022
Selebrasi pemain Arab Saudi usai menjebol gawang Argentina di pertandingan Grup C Piala Dunia Qatar 2022 yang berlangsung di Stadion Lusail, Doha, Selasa (22/11/2022). (AFP/Odd Andersen)

Liputan6.com, Jakarta - Secara mengejutkan Arab Saudi menumbangkan Argentina 2-1 dalam pertandingan pertama Grup C Piala Dunia Qatar 2022 di Stadion Lusail, Qatar, Selasa malam WIB. Pertandingan ini bak Nabi Daud melawan Jalut, dalam tarikh-tarikh Nabi yang diperdengarkan.

Bagaimana bisa Arab Saudi, tim yang dianggap terlemah Grup C mampu mengalahkan favorit juara Piala Dunia sekaligu juara Copa America sebelumnya. Tapi itulah yang terjadi. Bola itu bundar, berlaku di sini.

Dua gol babak kedua dalam kurun waktu lima menit membuat Saudi berbalik unggul 2-1 setelah tertinggal lebih dulu dari gol penalti Lionel Messi pada menit kesepuluh.

Saudi yang bermain cerdik dengan memasang jebakan offside yang terbukti ampuh terutama pada babak pertama, menciptakan gol pada menit ke-48 lewat Saleh Alshehri, yang lima menit kemudian disusul gol Salem Aldawsari.

Kemenangan Arab Saudi atas Argentina itu pun disambut gegap gempita. Terutama oleh masyarakat Asia, termasuk Indonesia, terutama umat Islam.

Masyarakat muslim dunia memang memiliki kedekatan khusus dengan Arab Saudi. Di kerajaan Saud itu lah, terletak dua kota suci, Makkah dan Madinah.

Banyak pelajar-pelajar dunia yang memperdalam ilmu di kedua kota ini. Pun, dengan ulama-ulama terdahulu, seperti KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, dan KH Hasyim Asy'ari, pendiri sekaligus Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU).

Bicara sepak bola, ternyata ada kisah ketika seorang ulama Betawi, pada masa mudanya bertahan hidup alias survive di Makkah dari kepiawaiannya bermain sepak bola. Dia adalah KH Muallim Muhammad Radjiun, alias Muallim Radjiun Pekojan.

Nama ini tidaklah asing. Banyak muridnya yang lantas menjadi ulama dan dai terkemuka. Salah satunya, KH Zainuddin MZ.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

KH Muallim Radjiun Bermain di Klub Nejed

Muallim Radjiun Pekojan adalah Mohammad Radjiun bin Abdurrahim bin Muhammad Nafe bin Abdulhalim, ulama Betawi, Indonesia. (Foto: Istimewa via NU Online)
Muallim Radjiun Pekojan adalah Mohammad Radjiun bin Abdurrahim bin Muhammad Nafe bin Abdulhalim, ulama Betawi, Indonesia. (Foto: Istimewa via NU Online)

Ulasan mengenai KH Muallim Radjiun yang survive di Makkah dengan keterampilan sepak bolanya ditulis oleh Rakhmad Zailani Kiki dan dimuat di laman NU. Dia juga telah menulis tentang sosok Muallim Radjiun Pekojan di buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi terbitan Jakarta Islamic Centre.

Nama lengkap Muallim Radjiun Pekojan adalah Mohammad Radjiun bin Abdurrahim bin Muhammad Nafe bin Abdulhalim. Seorang peneliti Betawi, Abdul Aziz, menulisnya dengan Rojiun. Namun di dalam manaqib berjudul Duo Radjiun Teduhkan Langit Betawi yang ditulis oleh putranya, KH. Abdurrahim Radjiun, sebagai sumber dari penulisan ini, namanya tertulis Radjiun.

Nama aslinya sendiri adalah Muhammad, tidak ada tambahan Radjiun. Kata Radjiun disematkan karena ia pernah mati suri. Peristiwa ini menggegerkan keluarga dan kerabatnya karena mereka menyangka ia sudah wafat.

Namun, ia tiba-tiba bangun dari mati surinya, kembali hidup, yang dalam bahasa Arab disebut dengan rājiun, orang yang telah kembali. Dalam kasus mati suri ia maksudnya adalah kembali dari kematiannya. Sejak saat itu, ditambahkanlah nama Radjiun setelah nama Muhammad, menjadi Muhammad Radjiun.

Kejadian mati suri ini juga dialami oleh putra ia yang menjadi ulama sufi Betawi terkemuka, KH Abdurrahim. Kata "Radjiun" kemudian disematkan juga di namanya, menjadi KH Abdurrahim Radjiun.

Muallim Muhammad Radjiun lahir di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Menghabiskan masa mudanya untuk menimba ilmu dari beberapa ulama Betawi, di antaranya Guru Manshur Jembatan Lima dan Guru Abdul Madjid Pekojan, sampai pada akhirnya bersama sang adik, Hasanat, pergi ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama.

Muallim Radjiun hobi bermain sepak bola. Perkenalannya dengan dunia sepak bola terjadi ketika Perang Dunia II mulai pecah yang memutuskan jalur laut dan otomatis memutuskan kiriman uang dari tanah air.

Untuk menyambung hidup, ia akhirnya menjadi pemain sepak bola di kesebelasan Nejed. Hasil dari bermain bola ini bukan untuk dinikmatinya sendiri tetapi juga dibagikan kepada puluhan teman-teman dan mukimin dari pelosok Nusantara, di antara temannya tersebut yang menjadi ulama Betawi terkemuka adalah KH Noer Alie, pahlawan nasional dari Bekasi.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya