Liputan6.com, Jakarta - Junjungan kita, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa umat Islam berada di akhir zaman. Beliau juga merupakan Nabi terakhir dan Rasul akhiruzzaman.
Tak yang tahu kapan kiamat akan terjadi, terkecuali Allah SWT. Hanya saja, Allah SWT memberi petunjuk mengenai tanda-tanda kiamat.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu pertanda kiamat sudah dekat adalah munculnya fitnah akhir zaman.
Karena itu, ada baiknya pada Jumat pertengahan Desember 2022 ini, mengetengahkan tema tersebut.
Materi Khutbah Jumat ini dinukil dari disusun oleh Abdul Halim Hantoro dan dimuat di dakwah.id dengan Judul '4 Bekal Menghadapi Fitnah Akhir Zaman'.
Teks khutbah Jumat ini relevan dengan yang kini tengah terjadi, di mana fitnah terjadi di mana-mana. Semoga dengan khutbah Jumat ini, umat Islam dan khusunya jamaah Jumat terhindar dari fitnah akhir zaman.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَأَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَمَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَصَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَإِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَالْوَفَا.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji syukur kita ke hadirat Allah ‘azza wajalla karena pada siang hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat Jumat secara berjamaah. Ini adalah indikator ketakwaan kita kepada Allah ‘azza wajalla.
Shalawat dan salam tetap Allah ‘azza wajalla limpahkah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. yang dengan risalah yang dibawanya, sanggup mengantarkan umatnya pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah ‘azza wajalla dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Zaman yang sedang dijalani orang beriman saat ini merupakan zaman yang sarat akan fitnah. Banyak pesan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai fitnah di akhir zaman yang sangat cocok menggambarkan zaman yang sedang kita lalui saat ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ.
“Akan terjadi berbagai fitnah, maka seorang yang duduk dalam perkara itu (tidak ikut) lebih baik dari orang yang berdiri, dan yang berdiri lebih baik dari yang berjalan menyongsongnya, dan yang berjalan masih lebih baik dari yang berlari padanya, barangsiapa yang larut padanya akan terjebak, maka barangsiapa yang dapat menghindar melarikan diri darinya hendaklah dia lakukan.” (HR. Al-Bukhari)
Ini merupakan zaman di mana Allah subhanahu wata’ala menguji orang-orang beriman. Siapa di antara mereka yang terseret arus besar fitnah akhir zaman, dan siapa di antara mereka yang mampu teguh dan sabar.
Dari Abu Tsa’labah al-Khusyani, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ.
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ؟
قَالَ: أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
“Sesungguhnya setelah kalian akan datang hari-hari kesabaran, orang yang sabar pada hari itu bagaikan orang yang menggenggam bara, orang yang beramal tatkala itu memperoleh pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalannya,”
Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lima puluh orang di antara mereka?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, tapi lima puluh dari kalangan kalian.” (HR. Abu Dawud No. 3778; HR. At-Tirmizi No. 2984; dan HR. Ibnu Majah No. 4004)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Menurut Ibnu Arabi, pengertian fitnah adalah:
الفِتْنَةُ الإِخْتِبَارُ، وَالفِتْنَةُ المِحْنَةُ، وَالفِتْنَةُ المَالُ، وَالفِتْنَةُ الأَوْلاَدُ، وَالفِتْنَةُ الكُفْرُ، وَالفِتْنَةُ اخْتِلاَفُ النَّاسِ بِالآرَاءِ
“Fitnah bermakna ujian, fitnah bermakna cobaan, fitnah bermakna harta, fitnah bermakna anak-anak, fitnah bermakna kekafiran, fitnah bermakna perselisihan pendapat di antara manusia.” (Linasul Arab, Ibnu Mandzur al-Ifriqi, 13/317)
Materi Khutbah Jumat: Kuatkan Tsiqah kepada Allah di Masa Wabah
Bahkan, banyaknya pembunuhan dan kematian juga termasuk fitnah akhir zaman. Sebagaimana Nabi pernah bersabda,
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فِيهَا الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلُ.
“Menjelang datangnya hari Kiamat ada hari-hari dimana kebodohan diturunkan, ilmu diangkat, dan banyak terjadi Al-Harj. Al-Harj itu adalah pembunuhan.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah banyaknya kematian yang terjadi secara mendadak.
Rasulullah bersabda,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلالُ قِبَلا، فَيُقَالُ: لِلَيْلَتَيْنِ، وَأَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدَ طُرُقًا، وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجَاءَةِ
Dari Anas bin Malik, dia meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Di antara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal dua’, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.” (HR. Thabrani)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Melihat realita derasnya arus fitnah akhir zaman ini berikut dahsyatnya tiupan badainya, tidak ada pilihan bagi orang yang beriman melainkan berusaha dengan mujahadah puncak untuk bisa tsabat (teguh) di atas agama Allah yang telah kita yakini kebenarannya dan telah diyakini akan mengantarkan siapa saja yang meniti di atasnya, yaitu kepada Jannah Allah ‘azza wajalla.
Lalu, bagaimanakah cara kita bisa melewati arus dan badai fitnah akhir zaman ini sehingga bisa mengantarkan kita kepada ujung yang membahagiakan?
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Pertama: Meminta Perlindungan Kepada AllahSeorang muslim hendaklah kembali kepada Allah ‘azza wajalla dan senantiasa meminta perlindungan kepada-Nya dalam menghadapi fitnah.
Sesungguhnya kapan saja seorang muslim menghadapkan dirinya kepada Allah ‘azza wajalla dalam meminta pertolongan, menggantungkan harapan, melambungkan keinginan maka Allah ‘azza wajalla menjaganya, melindunginya dan meneguhkannya di atas jalan Islam.
Oleh karenanya, beliau selalu memohon perlindungan kepada Allah ‘azza wajalla dan memerintahkan umatnya untuk mengerjakannya.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْغِنَى وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْفَقْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa meminta perlindungan dengan (membaca): Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan siksa neraka, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kubur dan siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kekayaan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kefakiran dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal.” (HR. Al-Bukhari No. 5899)
Beliau juga bersabda, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa, ‘Ya Allah aku meminta perlindungan padamu dari azab kubur, dan dari azab neraka dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian dan dari fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Bathal rahimahullah berkata ketika menjelaskan doa Nabi (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian), “Ini adalah kalimat yang Jami’ (konprehensif) karena memiliki berbagai macam makna. Maka seyogyanya seseorang berharap kepada Allah untuk mengangkat ujian yang telah terjadi dan menolak ujian yang belum terjadi.”
Beliau melanjutkan penjelasannya, “Hendaknya ia merasa butuh kepada Allah ‘azza wajalla dengan doa-doa tersebut, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga berdoa kepada Allah agar semua fitnah tersebut tidak menimpa umatnya.” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 12/468)
Kedua: Bersabar Saat MenghadapinyaIbnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, tidak ada obat bagi fitnah kecuali sabar, karena sabar merupakan penempa seseorang dan pembersih dirinya dari dosa sebagaimana pembakaran merupakan tempaan untuk menghasilkan perhiasan emas dan perak. Fitnah itu tempaan untuk menghasilkan seorang mukmin yang jujur. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ighatsatul Lahfan, 2/162)
Allah ‘azza wajalla berfirman:
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 30)
Seorang mukmin tidak akan dibiarkan menikmati keimanannya tanpa terlebih dahulu diberikan ujian dan cobaan atau fitnah. Dengan itu akan diketahui siapa di antara mereka yang jujur dalam keimanannya dan siapa yang dusta dalam keimanannya.
Fitnah yang ditimpakan kepada umat akhir zaman ini bukanlah satu-satunya fitnah akan tetapi ia merupakan sunnatulloh yang juga diperjalankan terhadap umat-umat terdahulu. Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2)
Imam az-Zamakhsyari mengatakan, apakah orang-orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan-lisan mereka, dan menampakkan keimanan itu akan dibiarkan Allah tanpa diuji terlebih dahulu? Bahkan Allah benar-benar akan menguji mereka dengan berbagi macam ujian sehingga kesabaran mereka tinggi, kaki-kaki mereka kuat, akidah mereka benar dan niat mereka itu tulus. Agar kelak bisa diketahui siapakah yang ikhlas dan yang tidak ikhlas, siapakah yang teguh dan lemah. (Al-Imam Zamakhsyari, Tafsir Al-Kassyaf, 3/345)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Ketiga: Bersegera Melakukan KetaatanSesungguhnya menyibukkan diri dengan ketaatan dan bersegera menuju peribadatan kepada Allah saat fitnah akhir zaman terjadi merupakan faktor besar yang mendukung seorang mukmin bisa tsabat (teguh) di jalan Allah ‘azza wajalla.
Karena ibadah itu merupakan tali pengikat antara seorang hamba dengan Rabbnya yang akan melindungi dan menjaganya dari fitnah. Ibadah juga dapat menguatkan iman seseorang sehingga tiada lagi jalan bagi fitnah untuk menyusup ke dalam hati yang dipenuhi dengan keimanan.
Allah ‘azza wajalla berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 133)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga menghasung umatnya untuk segera melakukan amal saleh saat terjadi fitnah dalam sabdanya,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” (HR. Muslim)
Artikel Tsaqafah: Gempa Bumi di Zaman Rasulullah, Apakah Benar Pernah Terjadi?
Bersegera dalam beramal saleh dan berlomba-lomba dalam ketaatan merupakan perkara yang dicintai oleh Allah ‘azza wajalla untuk dilakukan di setiap waktu dan keadaan meskipun fitnah belum menimpa.
Oleh karena itu Allah ‘azza wajalla memuji para Nabi-Nya lantaran kecekatan mereka dalam beramal saleh.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada Rabbnya, “Wahai Rabbku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik.” (QS. Al-Anbiya: 89)
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Kalau bersegera beramal dalam kondisi normal saja begitu diperintahkan, apalagi jika kondisinya sudah banyak fitnah yang menimpa manusia, tentu ia lebih ditekankan lagi.
Nabi Muhammad pernah memerintahkan istri-istrinya untuk bersegera menegakkan shalat dan menyibukkan diri dengan ibadah tatkala fitnah muncul, agar Allah ‘azza wajalla memberikan kekuatan untuk menghadapinya dan keluar dari bahayanya.
Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bahwa pada suatu malam Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun lalu bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنْ الْفِتْنَةِ مَاذَا أُنْزِلَ مِنْ الْخَزَائِنِ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ يَا رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الْآخِرَةِ
“Subhanallah (Maha suci Allah), fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? Dan apa yang diturunkan pada dua perbendaharaan/kekayaan (Romawi dan Parsi)? Siapa yang membangunkan orang-orang yang ada di kamar-kamar (maksudnya istri-istrinya)?, karena betapa banyak orang hidup menikmati nikmat-nikmat dari Allah di dunia ini namun akan telanjang nanti di akhirat (tidak mendapatkan kebaikan).” (HR. Al-Bukhari)
Menyibukkan diri dengan ibadah di zaman penuh fitnah juga memiliki faedah besar,
الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
“Beribadah di masa haraj (sulit), seperti berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim No. 2948)
Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan, sebab dari mendapatkan keutamaan itu adalah kebanyakan manusia pada zaman fitnah selalu memperturutkan hawa nafsunya dan tidak mau kembali kepada agama. Kondisi mereka sebagaimana orang Jahiliyah zaman dahulu.
Beliau melanjutkan, maka apabila di antara mereka ada seseorang yang mau berpegang teguh kepada agamanya dan menyembah Rabbnya, mencari ridha-Nya dan menjauhi murka-Nya, itu seperti halnya orang yang berhijrah dari komunitas Jahiliyah menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beriman kepadanya, menaati perintah dan menjauhi larangannya. (Ibnu Rajab Hanbali, Lathaiful Ma’arif, 156)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Keempat: Memohon Kematian yang BaikTidak bisa dipungkiri bahwasanya fitnah akhir zaman adalah ujian besar yang menimpa diri dan hati orang beriman, bahkan sampai pada keadaan hilangnya agama dan keimanan dari dirinya (kafir/murtad), dan itu adalah kerugian yang amat besar.
Maka yang paling baik bagi seorang mukmin adalah memohon kepada Allah agar bisa diberikan kematian yang baik, yaitu mati tetap teguh di atas agama Islam. Karena mati dalam keadaan Islam itu lebih baik dari pada hidup kehilangan iman.
Oleh karenanya baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ الْمَوْتُ وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنْ الْفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقَلُّ لِلْحِسَابِ
“Dua hal yang dibenci oleh manusia; kematian padahal kematian itu lebih baik bagi orang mukmin dari pada fitnah dan benci sedikitnya harta padahal sedikitnya harta itu lebih ringan untuk hisab.” (HR. Ahmad)
Sebagaimana juga ibunda Maryam berkata yang diabadikan dalam al-Quran:
فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.’” (QS. Maryam: 23)
Sesungguhnya ibunda Maryam takut akan omongan atau cemoohan manusia. Ia juga takut kalau tidak kuat berpegang kepada agama dan bersabar atas ujian di dalamnya. Oleh karena itu, ia meminta kematian kepada Allah sebelum fitnah itu datang.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, ayat di atas menjadi dalil bolehnya berangan-angan mati saat terjadi fitnah. Ibunda Maryam mengetahui bahwasanya ia akan diuji oleh Allah dengan bayi yang akan dikandungnya, dan manusia akan banyak yang tidak percaya tentang berita bahwa bayi dalam kandungannya itu adalah calon Nabiyullah. Oleh karena itu ia berucap, “Duhai andaikan…” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim, 3/189)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Demikian materi khutbah Jumat tentang 4 bekal menghadapi fitnah akhir zaman yang dapat kami sampaikan pada siang hari yang berbahagia ini. semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta melindungi kita semua dari pedihnya fitnah akhir zaman ini.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Advertisement
Khutbah II
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Tim Rembulan
Saksikan Video Pilihan Ini: