Mitos Menyimpan Bunga Kering di Rumah Sebabkan Kematian dan Rezeki Seret, Ini Pandangannya dalam Islam

Di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa banyak sekali mitos-mitos yang beredar. Mitos-mitos ini sangat diyakini oleh masyarakat, salah satunya mengenai larangan menyimpan bunga kering di rumah.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Des 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 09 Des 2023, 18:30 WIB
Bunga Kering
Cara mudah mengeringkan bunga (Credit: Unsplash/Georgia de Lotz)

Liputan6.com, Jakarta - Di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa banyak sekali mitos-mitos yang beredar. Mitos-mitos ini sangat diyakini oleh masyarakat, salah satunya mengenai larangan menyimpan bunga kering di rumah.

Pasalnya hal ini dipercaya akan membawa musibah dan kesialan. Musibah itu seperti akan menghambat rezeki dan menyebabkan kematian.

Permasalahan mitos menyimpan bunga kering ini yang diyakini bisa menyebabkan kesialan dan mara bahaya ini menjadi salah satu pertanyaan di laman Bahtsul Masail NU Online.

“Ada satu kepercayaan kalau menyimpan atau mengoleksi bunga kering bisa menjadikan  penghalang rezeki, atau bahkan bisa menjadi peluang makhluk halus bisa masuk ke rumah? Apakah benar yang demikian?,” demikian pertanyaan yang diajukan oleh Ulya Nafsh dikutip Jumat (08/12/2023).

Simak Video Pilihan Ini:

Mitos dalam Perspektif Islam

Ilustrasi Islam, Al-Qu'ran
Ilustrasi Islam, Al-Qu'ran. (Sumber: Pixabay)

Dalam Islam, pandangan bahwa bunga layu atau kering pertanda musibah yang buruk termasuk mitos yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Lebih dari itu, kepercayaan bahwa menyimpan bunga kering dapat membawa sial adalah salah satu bentuk takhayul atau kepercayaan yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah, dan biasanya berasal dari mitos atau legenda.

Islam telah dengan tegas melarang perbuatan khurafat karena bertentangan dengan ajarannya. Khurafat merupakan hal-hal yang tidak sesuai dengan akal sehat dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Melakukan khurafat berarti menyimpang dari jalan Allah dan membuka pintu bagi syirik, yang merupakan dosa besar dalam Islam.  

Larangan terhadap khurafat tercantum dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah saw. Allah berfirman dalam surat al-Jin ayat 6:

وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ يَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡهُمۡ رَهَقًا ۙ‏

Artinya: "Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat."  

Menurut Imam Al-Wahidi dalam kitab Al-Wajiz, halaman 1140, ayat tersebut mengajarkan ketidakbolehan meminta perlindungan kepada selain Allah. Hanya Allah yang dapat memberikan perlindungan yang sesungguhnya.

Mempercayai Mitos Kebiasaan Orang Jahiliyah

Ilustrasi unta
Ilustrasi muslim. Image by Free-Photos from Pixabay

Ibnu Hajar dalam kitab Fatul Bari, jilid X , halaman 226, mengatakan di zaman Jahiliyah dan era kerajaan Persia dulu, sudah ada kepercayaan dan mitos yang berkembang di masyarakat, terutama tentang meyakini tanda-tanda kesialan (tathayyur). Syariat Islam hadir untuk menghapuskan pelbagai mitos dan khurafat tersebut.  

وذكر البيهقي في الشعب عن الحليمي ما ملخصه كان التطير في الجاهلية في العرب ازعاج الطير عند إرادة الخروج للحاجة فذكر نحو ما تقدم ثم قال وهكذا كانوا يتطيرون بصوت الغراب وبمرور الظباء فسموا الكل تطيرا لان أصله الأول قال وكان التشاؤم في العجم إذا رأى الصبي ذاهبا إلى المعلم تشاءم أو راجعا تيمن وكذا إذا رأى الجمل موقرا حملا تشاءم فإن رآه واضعا حمله تيمن ونحو ذلك فجاء الشرع برفع ذلك كله  

Artinya: "Al-Baihaqi dalam kitabnya As-Syu'ab mengutip dari Al-Halimi yang mengatakan, "Pada zaman Jahiliyah, orang Arab biasa mengganggu burung ketika mereka hendak keluar untuk suatu keperluan." Al-Baihaqi kemudian menyebutkan contoh-contoh lainnya dari kepercayaan ini. Demikian pula, mereka biasa meramal dengan suara burung gagak dan dengan lewatnya kijang.

Mereka menamakan semua hal ini sebagai 'tathīr' karena asal mulanya adalah 'tha'ar'. Pada orang-orang Persia, jika mereka melihat seorang anak pergi menuntut ilmu, mereka akan meramal buruk. Namun, jika mereka melihat anak itu kembali, mereka akan meramal baik. Demikian pula, jika mereka melihat seekor unta yang sedang membawa beban, mereka akan meramal buruk. Namun, jika mereka melihat unta itu telah meletakkan bebannya, mereka akan meramal baik, dan seterusnya. Agama Islam datang untuk menghapus semua kepercayaan tersebut.”

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya