Bumi akan Berbicara di Hari Kiamat, Saksi Perbuatan Tiap Manusia di Dunia

Jadikanlah bumi sebagai tempat mempersiapkan amal ibadah dengan sebaik-baiknya, sebab ia akan menjadi saksi di hari kiamat kelak.

oleh Putry Damayanty diperbarui 13 Mar 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2024, 02:00 WIB
[Bintang] Gokil! NASA Bentuk Tim Khusus untuk Cegah Kiamat
Ilustrasi asteroid mendekati Bumi. (Via: telegraph.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta - Bumi merupakan tempat hidup manusia maka sudah semestinya bumi dijadikan tempat untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dilarang. 

Dalam mazhab Ahlussunnah wal Jamaah menyatakan bahwa kelak pada hari kiamat bumi akan diberi kehidupan, kemampuan berakal dan dapat berbicara.

Atas izin Allah pada hari kiamat nanti bumi akan mengabarkan sertiap perilaku manusia selama hidup di dunia baik-buruknya. Pernyataan ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Khazin dalam tafsirnya, Lubabut Ta'wil:

إن الله تعالى يخلق في الأرض الحياة، والعقل، والنطق حتى تخبر بما أمر الله به وهذا مذهب أهل السنة

Artinya: "Sesungguhnya Allah menciptakan kehidupan, akal dan kemampuan berbicara pada bumi, hingga ia nanti akan memberi kabar sesuatu yang telah Allah perintahkan padanya. Ini adalah mazhabc." (Abul Hasan Ali bin Muhammad Al-Khazin, Lubabut Ta'wil Fi Ma'ani Tanzil, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H], juz IV halaman 409).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Bumi Merekam Segala Perbuatan Manusia

Kiamat kecil di Bumi purba (5)
Ilustrasi hantaman benda planetoid pada Bumi sehingga terciptalah Bulan dari materi yang terlempar ke orbit. (Sumber Wikimedia Commons)

Mengutip dari laman NU Online, meminjam penjelasan Imam Ar-Razi, ini merupakan pendapat jumhur ulama dan menurut Ahlussunnah wal Jama'ah tidak jauh dari kebenaran.

Sebab bunyah (struktur makhluk hidup seperti manusia dan hewan) tidak menjadi syarat suatu benda menerima kehidupan. Bumi dengan tetap pada bentuknya, kering dan kotor, dapat diciptakan oleh Allah menjadi hidup dan berbicara. 

Kembali kepada Imam Al-Khazin. Ia menyampaikan penjelasan seperti itu saat menafsirkan Surat Az-Zalzalah ayat 4 dan 5:

Artinya: "(4) Pada hari itu (bumi) menyampaikan berita (tentang apa yang diperbuat manusia di atasnya); (5) karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya." 

Dijelaskan juga dalam hadis riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abu Hurairah sebagaimana disebutkan Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin bahwa segala perbuatan dan tingkah laku manusia di atas permukaan bumi baik-buruknya telah terekam oleh bumi. 

 

Persaksian Bumi di Hari Kiamat

Kiamat kecil di Bumi purba (3)
Ilustrasi hujan komet ke planet Bumi purba. (Sumber Jet Propulsion Library NASA)

Pada hari kiamat nanti, bumi akan menyampaikan rekaman tersebut. Karena itulah dalam fiqih mazhab Syafi'i disunahkan untuk berpindah-pindah tempat sholat, karena nanti tempat tersebut akan menjadi saksi sholatnya di akhirat. 

Dengan demikian, sudah semestinya bumi dijadikan tempat berbuat kebaikan atau untuk beribadah. Begitu pula sebaliknya, jika orang justru berbuat maksiat di suatu tempat, maka hendaknya ia tidak meninggalkan tempat itu begitu saja, sebelum menggunakannya untuk berbuat kebaikan atau beribadah, sebagaimana diwasiatkan oleh Syaikhul Akbar Ibnu Arabi: 

وصية: إذا عصيت الله تعالى بموضع، فلا تبرح من ذلك الموضع حتى تعمل فيه طاعة وتقيم فيه عبادة، فكما يشهد عليك، إن استشهد، يشهد لك وحينئذ تنتزح عنه، وكذلك ثوبك إن عصيت الله فيه، فكن كما ذكرته لك؛ اعبد الله فيه

Artinya: "Wasiat: Jika engkau bermaksiat kepada Allah SAW di suatu tempat, maka jangan engkau tinggalkan tempat itu hingga engkau berbuat ketaatan dan mendirikan ibadah di situ. Sebagaimana tempat itu akan bersaksi atas maksiatmu, ia pun jika diminta untuk bersaksi akan bersaksi untuk kebaikanmu. Kemudian baru tinggalkan tempat itu. Seperti itu juga pakaianmu, jika engkau gunakan untuk bermaksiat, maka lakukan seperti yang telah aku sebutkan kepadamu. Beribadahlah kepada Allah dengan pakaian itu." (Muhyiddin Ibnu Arabi, Al-Washaya lis Syaikhil Akbar Ibnu Arabi, [Damaskus, Darul Iman: 1988 H), halaman 15). Wallahu a'lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya