Liputan6.com, Jakarta - Rasanya aneh jika saat ini orang tak punya platform pesan instan paling populer di dunia, WhatsApp, sering orang menyebutnya dengan WA.
Apalagi sekaliber tokoh besar semacam KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Apakah sampai saat ini Gus Baha tak punya WA? Apakah salah Gus Baha tak punya WA?
Jika sampai tak punya, alasan apakah yang menjadikan murid Mbah Moen ini tak punya WA? Tidak tergodakah dengan kemudahan komunikasi seperti saat ini?
Advertisement
Soal ini, ternyata santri Mbah Moen ini pernah membahasnya. Dalam sebuah pengakuannya saat pengajian, yang videonya tersebar di berbagai media sosial, salah satunya di TikTok, secara gamblang Gus Baha mengaku tidak punya WA.
Alasan yang diungkapkan Gus Baha pun bisa membuat kita malu sendiri. Simak ulasannya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Alasan Gus Baha yang Bikin Geleng Kepala
"Makanya sampai saat ini saya ndak punya WA, karena saya ulama. Kalau WA an terus nanti saya ndak jadi ulama," kata Gus Baha, dikutip dari akun @ALALA Radio.
"Nggak jadi ulama, main WA terus. Itu termasuk rektor gak kober mikir, itu pasti kebanyakan WA," kata Gus Baha.
Menurut Gus Baha, dengan adanya WA, hal tersebut akan mendikte otak. "Karena otaknya didikte oleh informasi yang masuk, sesuatu yang dilihat itu akan mendikte kita. Beda kalau yang tidak WA-an kan," ujar Gus Baha.
"Kalau tidak WA an mikir apa kita yang menentukan, kalau WA nan, kita ditentukan. Mau mikir anaknya butuh apa, lihat situasi Jakarta, lha ngapain orang Malang mikir Jakarta? Jakarta belum selesai, ada informasi Sulawesi, jadi mikir Sulawesi," ujarnya memberi contoh.
Adanya WA tersebut, Gus Baha menyindir masyarakat awam, yang saat ini semua orang seolah-olah seperti tokoh nasional.
"Makanya semua orang sekarang merasa tokoh nasional semua," tandas Gus Baha.
Advertisement
Penting Bagi Orang Lain, Belum Tentu bagi Gus baha
Seperti diketahui, WhatsApp adalah salah satu platform pesan instan yang paling populer di dunia saat ini. Dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan, WhatsApp telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari bagi banyak orang.
Bagi sebagian orang berpendapat, tidak memiliki WhatsApp pada saat ini bisa memiliki beberapa implikasi yang signifikan.
Perlu diakui bersama, WhatsApp telah menjadi alat komunikasi yang vital bagi banyak orang, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Tanpa akses ke WhatsApp, seseorang mungkin merasa terputus dari lingkaran sosial dan bisnis mereka. Hal ini dapat menyulitkan untuk tetap terhubung dengan teman, keluarga, rekan kerja, dan klien.
Media sosial ini juga menyediakan berbagai fitur yang memudahkan komunikasi, seperti obrolan grup, panggilan suara, panggilan video, dan berbagi file. Tanpanya, seseorang mungkin harus bergantung pada platform komunikasi alternatif yang mungkin tidak seefisien atau sepopuler WhatsApp.
WhatsApp juga digunakan secara luas sebagai alat bisnis, baik untuk komunikasi internal di dalam perusahaan maupun dengan pelanggan. Tidak memiliki akses ke WhatsApp bisa membuat kesulitan dalam menjalankan operasi bisnis secara efektif, terutama jika sebagian besar interaksi bisnis terjadi melalui platform tersebut.
Tak hanya itu, WhatsApp juga memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi, baik yang bersifat pribadi maupun publik. Tanpa akses ke platform ini, seseorang mungkin akan melewatkan berita terkini, informasi acara, atau pembaruan penting lainnya yang biasanya dibagikan melalui WhatsApp.
Secara umum, tidak memiliki akses ke WhatsApp pada saat ini bisa memiliki dampak yang signifikan dalam hal komunikasi, integrasi digital, dan koneksi sosial seseorang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran WhatsApp dalam kehidupan modern.
Tetapi sepenting apapun Whatsapp bagi sebagian orang, Gus Baha sebagai alim alamah tetap memiliki pendirian dan dan alasan khusus. Toh Gus Baha tidak pernah ketinggalan informasi sedikitpun, termasuk informasi dari belahan dunia manapun.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul