Beda Waktu Puasa Arafah 2024 Indonesia dan Arab Saudi, Kita Ikut Mana? Ini Kata Buya Yahya dan UAH

Puasa Arafah di Arab Saudi dilaksanakan pada Sabtu, 15 Juni 2024, sedangkan di Indonesia dilakukan pada Ahad, 16 Juni 2024. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan dalam melaksanakan puasa Arafah, terkhusus masyarakat Indonesia.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 10 Jun 2024, 12:31 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 02:00 WIB
Buya Yahya dan UAH
Kolase Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat atau UAH. (Foto: Instagram @buyayahya_albahjah dan YouTube Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Mahkamah Agung Arab Saudi mengumumkan bahwa 1 Dzulhijjah 1445 H jatuh pada Jumat, 7 Juni 2024. Sementara, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan awal Dzulhijjah 1445 H bertepatan pada Sabtu, 8 Juni 2024.

Perbedaan awal Dzulhijjah di Arab Saudi dan Indonesia otomatis membuat Hari Raya Idul Adha di dua negara tersebut juga berbeda. Arab Saudi akan merayakan Idul Adha pada Ahad, 16 Juni 2024, sedangkan Idul Adha di Indonesia jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.

Dengan begitu, hari Arafah Arab Saudi lebih awal dibanding Indonesia. Puasa Arafah di Arab Saudi dilaksanakan pada Sabtu, 15 Juni 2024, sedangkan di Indonesia dilakukan pada Ahad, 16 Juni 2024. 

Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan dalam melaksanakan puasa Arafah, terkhusus masyarakat Indonesia. Muslim Indonesia ikut waktu puasa Arafah yang mana? Waktu Indonesia atau Arab Saudi?  

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan gamblang dari dua ulama kharismatik Indonesia, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat atau UAH.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan Buya Yahya

Buya Yahya
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Buya Yahya menjelaskan, dalam jumhur ulama selain mazhab Imam Syafi’i terdapat Ittihadul Mathla'. Ittihadul Mathla’ adalah persatuan tempat melihat hilal tanpa dibatasi oleh perbedaan geografis dan batas daerah kekuasaan.

“Maksudnya gini. Kita boleh saja kalau seandainya (puasa) Arafah ngikut yang di Makkah karena Ittihadul Mathla' bisa saja 1 Dzulhijjah-nya dilihat di Makkah, maka tanggal 9-nya juga mengikuti Makkah, boleh,” kata Buya Yahya dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Ahad (9/6/2024).

Sementara itu, dalam mazhab Imam Syafi’i dikenal Ikhtilaful Mathali. Artinya, umat Islam berpuasa sesuai tanggal di masing-masing wilayahnya.

“Dua-duanya boleh. Akan tetapi, ketahuilah kaidah besar yang dihadirkan para ulama hukmul hakim yarfa'ul khilaf, negara memutuskan kayak gimana,” jelas Buya Yahya. 


Penjelasan UAH

Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)
Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisi kajian Islam di Uluu Camii Moskee, Utrecht. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Terkait perbedaan waktu puasa Arafah Indonesia dan Arab Saudi, Ustadz Adi Hidayat atau UAH mengutip hadis riwayat Muslim nomor 1162 dari Abu Qatadah Al-Ansari. Berikut hadisnya.

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ 

Artinya: “Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162) 

UAH mengatakan, hadis tersebut bukan menggunakan kata ‘shiyam Arafah’ yang artinya puasa Arafah. Arafah itu menunjuk pada momentum orang wukuf. 

“Jadi, kalau bahasanya puasa Arafah, maka tidak ada penafsiran. Semua di seluruh negeri ini harus berpuasa bersamaan dengan orang wukuf. Jadi, begitu di Arab Saudi wukuf sekarang, kita ikut puasanya di hari itu. Itu kalau tidak menggunakan (kata) yaum,” terang UAH dikutip dari tayangan YouTube Zayyan Channel.

Sementara dalam hadis tersebut menggunakan kata ‘yaum’. UAH mengatakan, yaum disebut dengan huruf yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan momentumnya. 

“Jadi, yaum itu menunjuk pada waktu. Maksudnya apa? Hadis ini ingin menegaskan puasa ini dilakukan bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya,” jelas UAH.

Artinya, jika di suatu negara sudah masuk tanggal 9 Dzulhijjah sekalipun tidak sama dengan tempat orang wukuf di Arab Saudi, maka itu sudah harus menunaikan puasanya sesuai waktu negara tersebut.

“Jadi, jatuh puasanya pada tanggalnya, bukan pada momentum wukufnya pada tempat tertentu,” UAH menegaskan lagi.


Kesimpulan

Amalan Sunnah di Hari Arafah
Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/pixabay

Dari penjelasan Buya Yahya dan UAH dapat disimpulkan bahwa umat Islam Indonesia terutama yang bermazhab Imam Syafi’i dapat melaksanakan puasa Arafah 9 Dzulhijjah 1445 H sesuai waktu yang ditetapkan pemerintah Indonesia, yakni pada Ahad, 16 Juni 2024.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya