Alasan Ustadz Adi Hidayat Tak Setuju Penggunaan Alat Kontrasepsi bagi Remaja

Ustadz Adi Hidayat tentang alat kontrasepsi bagi remaja, ini musibah besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Agu 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2024, 07:30 WIB
uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Penceramah muda yang juga Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menentang keras penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja dan anak usia sekolah.

Ia menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi pada kelompok usia tersebut tidak hanya bertentangan dengan ajaran agama, tetapi juga dapat merusak moral dan karakter generasi muda.

Menurut UAH, pendidikan moral dan agama seharusnya menjadi fokus utama dalam membimbing remaja, bukan kontrasepsi yang dianggapnya sebagai solusi jangka pendek yang tidak efektif.

Baru-baru ini, isu mengenai kontrasepsi bagi remaja menjadi viral dan menimbulkan perdebatan luas di masyarakat.

Banyak pihak yang khawatir bahwa pengenalan kontrasepsi untuk remaja dapat mendorong perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya.

UAH menegaskan bahwa keluarga dan pendidikan agama memiliki peran penting dalam mencegah perilaku yang menyimpang, serta dalam membentuk generasi yang bermoral dan berkarakter kuat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Musibah Besar

Banner Infografis Gaduh PP Kesehatan Atur Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Gaduh PP Kesehatan Atur Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja. (Liputan6.com/Abdillah)

Dalam video yang dirilis di akun YouTube-nya, UAH merespons Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan yang mendukung pemberian alat kontrasepsi kepada kelompok usia muda.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, pemberian alat kontrasepsi kepada remaja bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan dan keagamaan yang seharusnya dijunjung tinggi dalam masyarakat.

"Ini adalah musibah besar jika benar pemberian alat kontrasepsi diusulkan untuk anak sekolah dan remaja sebagai respons terhadap aktivitas seksual di usia muda," ujar UAH dengan penuh kekhawatiran.

Dalam kajiannya, UAH membacakan pasal terkait dari peraturan tersebut dan mengkritik pemerintah karena mengadopsi kebijakan yang, menurutnya, tidak sesuai dengan nilai-nilai ketimuran dan pendidikan karakter yang seharusnya diberikan kepada generasi muda.

"Pengadaan alat kontrasepsi justru memberikan sinyal yang salah kepada remaja, bahwa negara memfasilitasi perilaku yang seharusnya tidak mereka lakukan," tegasnya.

Ustadz Adi Hidayat, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menekankan bahwa pendidikan tentang reproduksi seharusnya lebih fokus pada pencegahan dan pendidikan karakter, bukan pemberian fasilitas yang dapat mendukung perilaku seksual bebas.

"Kita harus kembali kepada undang-undang yang meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, bukan mengkontradiksinya," jelasnya.

Video yang diunggah tersebut telah menarik perhatian signifikan di media sosial, memicu diskusi luas tentang pendekatan yang seharusnya diambil dalam pendidikan seksual di sekolah.


Peran Pemerintah Harus Selaras

Alat kontrasepsi (iStock)
Berbagai metode kontrasepsi atau KB (iStockphoto)

Banyak yang berpendapat bahwa peran pemerintah dalam mendukung kesehatan reproduksi remaja harus selaras dengan nilai-nilai budaya dan agama di Tanah Air.

Ustadz Adi Hidayat juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter yang kuat sejak dini. Ia menekankan bahwa pemahaman remaja tentang reproduksi harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan agama yang benar.

"Kita harus membentuk generasi yang memahami tanggung jawab mereka, bukan hanya memberikan solusi instan yang justru bisa menjerumuskan," tambahnya.

Dalam kajian tersebut, UAH mengajak para pendidik dan orang tua untuk lebih aktif dalam memberikan pendidikan yang benar kepada anak-anak mereka.

Ia menekankan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam membentuk moral dan karakter anak, yang tidak bisa digantikan oleh kebijakan pemerintah.

"Pendidikan karakter harus dimulai dari rumah, bukan dari kebijakan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kita," kata UAH.

Respons masyarakat terhadap pernyataan UAH menunjukkan betapa sensitifnya isu ini di tengah masyarakat.

Banyak yang mendukung pandangan UAH dan menekankan bahwa solusi yang ditawarkan pemerintah tidak menyelesaikan akar masalah.

"Pendidikan moral dan agama harus menjadi prioritas utama," ujar salah satu netizen di kolom komentar video tersebut.

Di akhir video, ustadz Adi Hidayat menyampaikan seruannya kepada para pemangku kebijakan untuk mempertimbangkan ulang peraturan yang ada dan memastikan bahwa semua kebijakan kesehatan dan pendidikan mendukung pengembangan fisik dan moral remaja Indonesia.

"Mari kita prioritaskan pembangunan karakter dan kesehatan yang sebenarnya untuk anak-anak kita," tegasnya.

Pernyataan tegas ustadz Adi Hidayat ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih bijaksana dan sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di Indonesia.

UAH berharap, dengan pendekatan yang lebih tepat, generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat baik secara moral maupun fisik.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya