Wanti-Wanti Ustadz Adi Hidayat, Hindari Sajadah Terlalu Empuk! Kenapa?

UAH menegaskan jangan gunakan alas sujud atau sajadah yang terlalu empuk, sampai-sampai tidak terasa pertemuan kening dengan tempat sujud.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 04:30 WIB
uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Sajadah adalah alas yang digunakan oleh umat Islam saat sholat, berfungsi sebagai pelindung antara tubuh dan lantai, sekaligus menciptakan ruang yang bersih untuk beribadah. Namun, bukan sekadar pelengkap, sajadah juga memiliki peran penting dalam menjaga kekhusyukan dan kualitas sujud.

Ketika seseorang sujud, posisi dahi yang menyentuh tanah melambangkan kerendahan hati dan ketundukan total kepada Allah.

Pilihan sajadah yang tepat, dengan ketebalan yang pas, memungkinkan perasaan "menyentuh bumi" yang lebih intens sehingga membantu jamaah merasakan hubungan yang lebih mendalam dengan Sang Pencipta dalam setiap sujudnya.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan sebuah pandangan yang menarik tentang pemilihan sajadah untuk sholat. Menurutnya, sajadah yang terlalu empuk bisa mengurangi kualitas sujud seorang muslim dalam beribadah.

UAH mewanti-wanti dan memberikan peringatan agar jamaah berhati-hati saat memilih sajadah untuk sholat. UAH menekankan pentingnya sensasi kontak langsung antara dahi dan permukaan tempat sujud.

Menurutnya, penggunaan sajadah yang terlalu empuk bisa membuat dahi terasa seperti “mengambang” sehingga mengurangi kepekaan dalam merasakan sujud. “Karena itu, jangan gunakan alas sujud yang terlalu empuk, sampai-sampai tidak terasa pertemuan kening dengan tempat sujud,” ujar UAH, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @AlBadru.

Ia melanjutkan, dalam memilih sajadah, jamaah sebaiknya lebih mempertimbangkan fungsi daripada penampilannya. “Sajadahnya mungkin bagus, tapi kalau terlalu empuk, sujud kita malah seperti tidur di bantal, tidak terasa mantap saat menyentuh lantai,” tambahnya. Menurutnya, sajadah yang terlalu empuk dapat mengganggu fokus dalam beribadah.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Inilah Pilihan Sajadah yang Baik

Bursa Sajadah telah siap menyambut Ramadhan 2024
ilustrasi koleksi terbaru varian sajadah yang semakin lengkap

Menurut UAH, sajadah yang terbaik adalah yang permukaannya rata dan cukup keras untuk memberikan kenyamanan tanpa mengurangi sensasi bersentuhan dengan lantai. “Sujud itu akan terasa lebih nyaman jika sajadah kita tidak terlalu empuk,” jelasnya lagi. Ia mengingatkan jamaah bahwa penggunaan sajadah yang tepat juga dapat meningkatkan kekhusyukan dalam sholat.

UAH juga mengungkapkan manfaat fisik dari sujud yang benar, di mana aliran darah ke otak akan lebih optimal. “Ketika kita sujud, darah mengalir ke otak, dan itu bermanfaat untuk kesehatan kita,” ungkapnya. Menurutnya, ada penelitian yang menunjukkan bahwa sujud memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa, salah satunya adalah meningkatkan aliran darah ke titik tertentu di otak.

Dalam kesempatan tersebut, UAH menyinggung tentang konsep “God spot” yang dikaitkan dengan titik di tengah dahi. Ia menjelaskan bahwa sujud yang sempurna bisa mengaktifkan titik ini dan memberikan dampak positif bagi tubuh. Hal ini menambah pentingnya memilih sajadah yang tidak mengganggu sujud, sehingga manfaat sujud dapat dirasakan secara maksimal.

Selain dampak spiritual, UAH juga menyinggung tentang manfaat kesehatan yang terkait dengan postur sujud. Ia menyebutkan bahwa saat darah mengalir ke otak, ada efek positif yang dirasakan, terutama bagi mereka yang sudah terbiasa dengan posisi sujud yang sempurna. “Awalnya mungkin agak pusing bagi yang belum terbiasa, tapi lama-lama akan nyaman karena tubuh menyesuaikan,” ujar UAH.

Ustadz Adi juga mengingatkan bahwa pemilihan sajadah yang sesuai bukan sekadar masalah kenyamanan, tetapi juga untuk menjaga kesempurnaan dalam beribadah. Ia mengimbau jamaah untuk lebih selektif dalam memilih sajadah dan memastikan fungsinya mendukung kekhusyukan.

Tidak hanya itu, ia juga menyarankan jamaah agar tidak tergiur oleh sajadah yang terlihat mewah atau memiliki lapisan busa yang terlalu tebal. Menurutnya, hal itu justru bisa mengurangi esensi ibadah. “Jangan tergoda dengan sajadah yang terlihat bagus, lihat fungsinya juga,” jelas UAH.

UAH menambahkan bahwa kebiasaan memilih sajadah yang sesuai dapat membantu memperbaiki kualitas ibadah seseorang. Baginya, kekhusyukan dalam sholat sangat dipengaruhi oleh hal-hal kecil seperti pemilihan sajadah yang tepat. Ini penting agar tidak ada gangguan selama melaksanakan ibadah.

Pentingnya Sujud dan Khusyuk

Ilustrasi sujud, bersyukur.
Ilustrasi sujud, bersyukur. (Photo on Rawpixel)

Ia mendorong para jemaah untuk lebih memperhatikan kondisi sajadah mereka sebelum sholat. Menurutnya, ini adalah bagian dari persiapan yang perlu diperhatikan agar sholat bisa dilakukan dengan lebih baik. “Jangan anggap remeh pemilihan sajadah, karena itu juga bagian dari cara kita mendekatkan diri kepada Allah,” ujar UAH.

Tidak hanya sekadar panduan praktis, UAH juga mengaitkan hal ini dengan konsep tawadhu atau rendah hati dalam beribadah. Menurutnya, memilih sajadah yang tidak terlalu mewah atau terlalu empuk juga mencerminkan sikap tawadhu. Ia menekankan bahwa ibadah sholat sebaiknya dilakukan dengan sikap sederhana, fokus pada esensi tanpa terganggu oleh fasilitas yang tidak diperlukan.

Dalam konteks ini, UAH mengajak umat Islam untuk introspeksi dan memperhatikan hal-hal yang sering dianggap sepele, seperti sajadah. “Kadang kita terlalu fokus pada hal besar, tetapi melupakan hal-hal kecil yang juga penting dalam beribadah,” jelasnya.

UAH menegaskan bahwa pemilihan sajadah yang baik bukan soal mengurangi kenyamanan, tetapi agar ibadah tetap terjaga kekhusyukannya. Menurutnya, sikap ini adalah bagian dari semangat dalam menjaga kualitas ibadah. Dengan memilih sajadah yang tepat, seorang muslim bisa lebih mudah merasakan kekhusyukan dalam sujud.

Di akhir penyampaiannya, UAH mengajak umat untuk menjadikan ibadah sebagai momen refleksi dan mendekatkan diri kepada Allah tanpa gangguan eksternal. “Dengan sujud yang benar, kita merasakan kedekatan dengan Allah yang sesungguhnya,” ujar UAH.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya