Liputan6.com, Jakarta Saat melintasi Jalan Yos Sudarso, Surabaya, Jawa Timur, sekitar 50 km setelah melwati jembatan yang di bawahnya mengalir sungai Kalimas, Anda akan menyaksikan sebuah taman yang bentuknya memanjang membelah jalan. Di tengah taman yang dikelilingi bunga-bunga bermekaran tersebut, berdiri sesosok patung tentara lengkap dengan senjata di pinggangnya. Sosok tersebut adalah Sudirman.
Monumen Panglima Besar Djenderal Soedirman diresmikan berdiri sejak 10 November 1970, oleh Presiden Soeharto, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan kala itu. Saat tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis pada Senin (5/10/2015), patung Jenderal Sudirman nampak mengenakan seragam PETA, lengkap dengan sepatu boot dan sebilah pedang yang menggantung di pinggang sebelah kirinya.
Baca Juga
Sementara tepat di bawah patung terdapat kubus yang pada sisi-sisinya terpampang kata-kata mutiara yang kerap dilontarkan Jenderal Sudirman selama revolusi fisik berlangsung. Monumen Jenderal Sudirman sendri dibangun dengan semangat untuk menghormati jasa-jasa yang pernah dilakukannya kepada republik.
Advertisement
Menurut catatan sejarah Republik Indonesia, pasca berakhirnya pertempuran Surabaya, Sudirman memimpin pasukan TKR dalam serangan serentak melawan tentara Inggris yang berkedudukan di Ambarawa. Pertempuran yang kemudian dikenal dengan Palagan Ambarawa ini berlangsung selama 5 hari dan berhasil memukul mundur tentara Inggris ke Semarang. Atas jasanya tersebut, Sudirman oleh Presiden Sukarno kemudian diangkat menjadi Panglima Besar TKR, atau yang saat itu dikenal dengan sebutan Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Pada usianya yang baru genap 34 tahun, Jenderal Sudirman wafat karena penyakit TBC yang ada pada dirinya. Jasadnya kemudian dikebumikan di Yogyakarta, tepatnya di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Semaki. Pada 1997, Presiden Soeharto memberinya gelar Jenderal Besar Anumerta bintang lima.
Monumen Jenderal Sudirman bukan hanya sekadar seonggok bangunan yang tidak bermakna. Lokasinya yang berada di tengah jalan, diharapkan mampu menyadarkan banyak orang tentang arti penting nasionalisme, sekaligus sebagai cara untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa yang pernah dilakukan Sudirman kepada bangsa Indonesia. (Ibo/Nad)