Hangatnya Kebersamaan dalam Secangkir Kopi Using

Festival Ngopi Sepuluh Ewu menjadi momen yang tepat untuk mengembalikan tradisi minum kopi dalam hangatnya kebersamaan keluarga.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 21 Okt 2015, 17:30 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2015, 17:30 WIB
[Bintang] Kamus Bahasa Koruptor
Ilustrasi kopi | Via: blog-netizen.com

Liputan6.com, Jakarta Saat kebanyakan orang tak punya banyak waktu untuk berkumpul dan minum kopi bersama keluarga, masyarakat Using, Banyuwangi, Jawa Timur, justru memiliki tradisi minum kopi yang dijadikan sebuah festival. Digelar di Desa Kemiren, kemarin malam, festival minum kopi bersama yang diberi nama Festival Ngopi Sepuluh Ewu dibanjiri ribuan penggemar kopi dari berbagai daerah.

Menurut informasi yang diterima tim Liputan6.com, Rabu (21/10/2015), menjelang malam seluruh rumah di Desa Kemiren disulap menjadi ruang tamu yang menyuguhkan kopi Using, ditemani dengan berbagai cemilan khas Banyuwangi.

Sak Corot Dadi Saduluran, begitu ungkapan yang terlontar saat warga Desa Kemiren mengundang orang untuk datang ke halaman rumah mereka untuk menyicip kopi Using yang sudah disiapkan. “Saya sangat senang kedatangan tamu-tamu ini. Apalagi kalau mereka menghabiskan kopi dan hidangan disajikan. Ini kan bisa menambah saudara,” tutur Ida, salah seorang warga Desa Kemiren saat berlangsungnya Festival Ngopi Sepuluh Ewu.

Dalam festival yang telah menjadi agenda rutin pemkab Banyuwangi ini, tiap pengunjung yang datang dipersilahkan untuk duduk di halaman rumah siapa saja. Uniknya, sang empunya rumah akan menyambutnya dengan keramahan, sembari mengajak pengunjung untuk berbincang hangat di ruang tamu. Suasana pun sekejap berubah menjadi guyub, layaknya bersama keluar sendiri.

foto: Pemkab Banyuwangi

Dalam kesempatan tersebut, Bupat Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengungkapkan, digelarnya Festival Ngopi Sepuluh Ewu merupakan upaya untuk memperkenalkan kekayaan kopi Banyuwangi kepada masyarakat yang lebih luas.

“Ngopi merupakan tradisi asli yang menggambarkan keramahan dan kemurahatian warga Using. Melalui festival ini, kami ingin melestarikan tradisi sekaligus menjadi ikhtiar pemkab untuk menjadikan Kemiren sebagai destinasi wisata daerah,” ungkap Bupati Anas kemudian.

Lebih jauh Bupati Anas menjelaskan, secara keseluruhan Banyuwangi mampu memproduksi hampir 9.000 ton kopi per tahun, dengan persentase 90% jenis robusta dan 10% berjenis arabika. Festival Ngopi Sepuluh Ewu diharapkan juga bisa mengedukasi masyarakat tentang kopi, mulai dari proses produksi, panyaringan, sampai penajian.

Adam Labionski, salah seorang pengunjung festival asal Polandia mengungkapkan kesan mendalam tentang even tahunan yang sudah digelar sejak 2014 itu. Adam mengungkapkan, “Acara ini sangat fantastik. Tiap rumah menyajikan kopi dan makanan secara gratis. Meski saya bukan penggemar kopi, tapi tadi saya merasakan rasa kopi yang enak sekali.” (Ibo/Nad)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya