Liputan6.com, Jakarta Musim panas dianggap sebagai musimnya orang untuk berselingkuh, sedangkan musim dingin dianggap sebagai musim yang buruk untuk hubungan pernikahan, maka kedua musim ini biasa dianggap sebagai musim perceraian, menurut penelitian terbaru dari University of Washington.
Dilansir dari mydomaine.com, Rabu (24/8/2016), Julie Brines seorang profesor sosiologi dan Brian Serafini selaku kandidat doktor telah berhasil menemukan bukti bahwa pada kedua musim tersebut, orang-orang banyak mengajukan perceraian.
Advertisement
Baca Juga
Pada rentang waktu antara tahun 2001 sampai 2015, kedua analisis ini menemukan bahwa pengajuan perceraian di negara bagian Washington memuncak di bulan Maret dan Agustus dari tahun ke tahun.
Dan temuan ini tercermin di beberapa negara lain dengan hukum perceraian yang sama, seperti Ohio, Minnesota, Florida, dan Arizona.
"Orang-orang cenderung menghadapi liburan dengan harapan yang tinggi, walaupun mereka telah melewati kekecewaan di beberapa waktu yang lalu. Mereka seolah selalu memiliki harapan akan awal yang baru, sesuatu yang berbeda, seperti siklus optimisme," jelas Julie.
Namun, ketika harapan tersebut gagal, orang-orang ini akan berbondong-bondong beralih kepada perceraian.
Agustus adalah waktu di mana para orang tua mengikuti waktu libur anak-anak, sebelum mereka kembali ke sekolah. Sedangkan Maret adalah bulan yang baik untuk mengawali musim semi.
Hal yang perlu Anda ingat adalah penemuan ini hanya sekedar penemuan. Hubungan pernikahan akan berjalan baik dan lancar bagi pasangan yang berusaha menjalankannya dengan baik.