Liputan6.com, Jakarta Jika Anda ingin berwisata ke Jepang terutama ke wilayah Prefektur Hokkaido, Juli hingga Agustus menjadi waktu yang tepat. Pasalnya di bulan-bulan ini, cuaca di Jepang sedang bersahabat bagi Anda yang ingin berkeliling menikmati wilayah utara "Negeri matahari Terbit".
"Tapi Anda perlu siapkan payung atau jas hujan karena hujan bisa tiba-tiba datang," ujar Michiko Sasayama pemandu wisata lokal kepada Liputan6.com, Rabu (19/7/2017).
Baca Juga
Udara berasa hangat di siang hari seperti kebanyakan cuaca di kota-kota di Indonesia. Namun di malam hari bisa sampai 17 derajat Celsius. Bahkan ruangan ber-AC pun berasa lebih hangat.
Advertisement
Tim Liputan6.com yang sempat bertandang di Kota New Chitose, salah satu kota di Pulau Hokkaido merasakan udara yang dingin selama perjalanan berkeliling.
"Ini karena Hokkaido dekat Rusia. Angin dingin di Hokkaido datang dari Rusia," ujar Michiko.
Jangat kaget bila suasana di Hokkaido utamanya di Sapporo terasa lengang, jauh berbeda dibanding suasana di Jakarta atau kota yang lebih kecil di Indonesia. Bahkan bandara lokal pun tidak padat orang.
Dibanding Ibu Kota Tokyo, Hokkaido memang jauh lebih lengang. Kalau di Hokkaido 100 meter persegi hanya diisi 60 jiwa, sementara di Tokyo bisa 6.000 jiwa. Jadi, meski luas Hokkaido 15 kali Pulau Bali, jumlah penduduk hanya 5,6 juta orang.
Suasana lain yang terasa dengan Indonesia adalah datangnya matahari di pagi hari yang sudah menerangi daratan sejak pukul 04.00 pagi. Umumnya jam kerja dimulai pukul 08.00 pagi. Jadi Anda sudah mesti siap sarapan pagi pukul 06.00 pagi. Kurang lebih selisih dua jam lebih dahulu dengan waktu Indonesia bagian barat.
Beberapa hal penting yang perlu Anda pahami saat berkunjung ke Jepang adalah kebiasaan hemat atau irit serta tertib dan tepat waktu yang dilakukan orang Jepang. Jika Anda membuat janji dengan orang Jepang pukul 08.00 pagi misalnya, Anda harus siap lima menit sebelumnya.
Kamar hotel di Jepang juga kebanyakan tidak sebesar kamar hotel di Indonesia pada umumnya. "Tempat sampah pun kecil. Ini supaya kita tidak banyak buang sampah dan menghindari teroris yang biasanya menghasilkan sampah banyak sehingga kalau ada orang yang produksi sampahnya banyak bisa dideteksi dengan mudah," ujar Michiko.
Yang menarik, para perokok harus membawa kertas untuk membuang abu rokoknya. Bahkan air minum yang belum habis pun disarankan dihabiskan dahulu sebelum dibuang.
Simak juga video menarik berikut ini: