Liputan6.com, Jakarta - Jumanto tampak sibuk menyiapkan beberapa mangkok tongseng pesanan pembeli malam itu, Senin, 25 Februari 2019. Mengenakan kaus biru berkerah dipadu celana hitam, lelaki bertubuh jangkung itu berhenti sesaat ketika Liputan6.com tiba di tempatnya bekerja di Jalan Ciledug Raya, Cipadu, Tangerang.
Teman di sebelahnya lalu mengambil alih pekerjaan Jumanto. Ia kemudian menghampiri Liputan6.com dan meminta agar duduk di kursi plastik dalam ruangan. Beberapa pembeli terlihat sedang menyantap tongseng pesanannya.
Di dalam ruangan itu terdapat beberapa kursi plastik yang di depannya terdapat meja yang dilapisi taplak plastik dengan merek minuman teh. Selain foto Bung Karno yang ditempelkan di dinding ruangan, terdapat sebuah televisi 14 inchi.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Joko, pemilik Warung Sate Tongseng Solo duduk di belakang ruangan berdinding bambu. Dari belakang itu, ia bisa dengan mudah memantau para karyawannya.
"Saya buka usaha tongseng ini sejak 2008 lalu, setelah saya di-PHK dari sebuah pabrik di Tangerang pada 2007," kata Joko membuka percakapan.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Joko kemudian memberanikan diri untuk membuka tongseng kambing dan satai, meski dirinya belum memahami tentang dunia kuliner. Berbagai persiapan dilakukan, salah satunya meja tempat para pembeli makan.
"Saya sempat meminjam enam meja di daerah Serpong. Meja-meja itu saya tumpuk di atas motor. Pak Naryo (kini Ketua Paguyuban Tongseng Solo) yang terus memberikan semangat," kenang Joko.
Dengan penuh semangat dan keteguhan hati, usaha Joko secara perlahan mulai merangkak naik. Menu-menu yang ditawarkan pun kian variatif, tak hanya tongseng, tapi juga ada nasi goreng.
"Tapi para tamu kebanyakan membeli tongseng. Mereka kebanyakan datang dari Tangerang dan Jakarta," ujar Joko.
Perbedaan dengan Tongseng Lain
Selama ini, tak sedikit orang yang membuka usaha bisnis tongseng. Namun, mereka mempunyai resep tersendiri hingga memiliki cita rasa berbeda.
"Saya bersyukur, tongseng yang kami tawarkan digemari oleh banyak orang. Perbedaannya mungkin karena kami mempunyai resep tersendiri. Selain itu, tongseng kami memiliki kuah yang kental," kata Joko.
"Kuah yang kental itu juga yang mungkin banyak orang yang menggemari tongseng di sini," ujar Jumanto yang bekerja sejak 2008.
Sementara itu, Joko mengatakan harga satu porsi tongseng kambing 24 ribu rupiah. Harga tersebut, menurut Joko, masih bisa terjangkau oleh para pembeli.
"Mudah-mudahan harga yang kami tawarkan tidak terlalu mahal," harap Joko. "Harganya sebanding dengan cita rasanya. Saya sudah tiga kali makan tongseng di sini," kata Ika, pembeli dari Srengseng, Jakarta Barat.
Penilaian Eka senada dengan komentar Edwin Sebastian, mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan itu. Meski baru pertama menyantap tong di warung ini, Edwin justru memuji kelezatan tongseng Joko ini.
"Rasa tongseng di sini memang enak dibanding dengan satainya. Rasa kuahnya enak, tekstur dagingnya pun lembut," tandas Edwin.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement