Liputan6.com, Jakarta - Thailand merupakan salah satu negara yang kerap menjadi destinasi favorit banyak orang. Kekayaan alam dan budayanya adalah daya tarik mereka. Selain itu, biaya liburan yang masih terjangkau juga membuat banyak wisatawan mancanegara (wisman) ingin berkunjung ke sini.
Bangkok, Pattaya, dan Phuket adalah beberapa kota favorit yang selalu ramai pengunjung, tetapi Phuket memegang juara sebagai kota yang paling banyak dikunjungi. Dari total wisman yang ada, seperempatnya berasal dari Cina.
Advertisement
Baca Juga
Namun, angka ini menurun akibat terjadi perang dagang antara Cina dan Amerika di 2019. Hal ini membuat pemilik hotel sampai harus menurunkan tarifnya agar menarik banyak peminat.
Melansir dari South China Morning Post, 21 Oktober 2019, sektor pariwisata di Thailand menjadi penyumpang GDP hingga 18 persen. Pada 2018, tercatat ada 2,2 juta wisatawan dari Cina yang datang ke Thailand, tapi angka tersebut menurun hingga lima kali lipat pada periode Januari-September 2019.
Tensi perang dagang yang masih berlangsung menyebabkan para turis menjadi enggan untuk berlibur. Lalu, nilai tukar mata uang baht juga naik hingga 10 persen terhadap yuan.
Claude de Crissey, konsultan kehormatan Paris di Phuket sekaligus pemilik dari sebuah hotel berisi 40 kamar sampai harus memberikan diskon hingga 50 persen untuk hotelnya karena sepi pengunjung. Dia mengatakan turis asal Cina biasanya hadir bukan di waktu liburan (high season).
"Ini tidak terjadi di tahun ini," ungkapnya.
Selain karena perang dagang, kecelakaan kapal yang terjadi pada 2018 lalu juga memberikan ketakutan tersendiri bagi para wisatawan asal Cina. Setidaknya ada 47 turis Cina yang meninggal atas insiden ini.
"Kami khawatir," ujar seorang warga negara Cina yang ingin disamarkan namanya.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menargetkan Turis India
Hal ini berdampak cukup signifikan pada industri hotel. Setidaknya ada tiga ribu kamar hotel baru yang sedang dibangun, dan penurunan ini memberikan pertanyaan siapa yang akan tinggal di hotel tersebut.
"Dalam dunia bisnis, ini menjadi hal yang tidak baik," kata Kongsak Khoopongsakorn, wakil ketua dari asosiasi hotel di Thailand.
Kendati demikian, Yuthasak Supasorn selaku Ketua Otoritas Pariwisata Thailand tetap optimistis mereka bisa menarik wisman hingga 39,8 juta orang di 2019. Pada 2018, total wisman yang berkunjung ke Thailand mencapai 38,2 juta orang.
Setelah sulit menggapai turis dari Cina, kini mereka mulai mengubah haluan untuk menargetkan turis dari India. Asosiasi hotel dan penyedia paket tur melihat India sebagai pasar yang dapat dimaksimalkan.
"Kami sedang menargetkan India untuk menghidupkan kembali sektor (pariwisata) ini," tambah Kongsak.
Berbagai upaya dilakukan, seperti mendorong adanya penambahan jumlah penerbangan langsung ke Thailand serta visa gratis. Mereka menargetkan dua juta turis asal India untuk tahun 2019. Angka tersebut didapatkan setelah melihat perbandingan pada tahun sebelumnya dan mendapatkan kenaikan hingga 25 persen.
(Novi Thedora)
Advertisement