Liputan6.com, Jakarta - Setelah sukses dengan Frozen pertama, Disney kembali meluncurkan seri keduanya pada November 2019 lalu. Film yang menceritakan kehidupan keluarga raja itu difavoritkan banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Selain filmnya dikemas dengan apik dan menarik, Disney pun menampilkan lokasi-lokasi yang memukau. Salah satu yang terkenal ialah Desa Arendelle yang memiliki hamparan bukit dan birunya laut yang memesona.
Advertisement
Baca Juga
Desa fiktif dalam film Frozen disebut-sebut mirip dengan salah satu daerah di Austria, yaitu Hallstatt. Kecantikan desa yangg berada di Austria tersebut diakui dunia, bahkan masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1997.
Desa yang berpenduduk sekitar 750 orang ini dihadapkan dengan luasnya Danau Hallstattet. Di sekeliling desa tersebut terdapat hamparan Pegunungan Alpen yang memukau mata penunjung. Saat berkunjung ke sini, para wisatawan bisa mendapatkan ketenangan dan segarnya udara pegunungan.
Untuk merasakan suasana layaknya di film Frozen ini, pelancong bisa berangkat dari Salzburg lewat jalan darat dan akan menghabiskan waktu sekitar satu jam. Atau, Anda bisa pula menumpang kereta api dari Wina dengan waktu tempuh selama tiga jam.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tidak Suka Wisatawan Datang
Akibat keindahannya, desa ini mampu mendatangkan turis enam kali lebih banyak Venesia, yaitu lokasi wisata ternama di Italia yang terkenal sering dibanjiri oleh pelancong harian.
Namun, bukannya senang karena mendatangkan banyak wisatawan, pengunjung di sana justru bersikap sebaliknya. Dilansir dari Stuff (stuff.co.nz), Selasa, 7 Januari 2020, pendatang yang menjadikan lokasi tempat tinggal warga setempat sebagai spot untuk wisata selfie justru menjadi beban bagi infrastruktur desanya. Â
Setiap harinya, desa tersebut akan dikerumuni oleh beraneka drone yang berdengung di mana-mana. Wisatawan bahkan rela mengantri untuk mendapatkan spot foto terbaik di Hallstatt. Akibatnya, Wali Kota Hallstatt, Alexander Scheutz, mengatakan sudah cukup dan meminta para wisatawan untuk menjauh dari desanya.
"Hallstatt adalah bagian penting dari sejarah budaya, bukan museum," ujarnya. "Kami ingin mengurangi angka setidaknya sepertiga, tetapi kami tidak memiliki cara untuk menghentikannya," tutup Scheutz. (Tri Ayu Lutfiani)
Advertisement