Media Pemersatu Budaya Dua Benua, Asia Afrika Festival 2020 Bakal Lebih Meriah

Budaya dari dua benua akan disatukan kembali melalui Asia Afrika Festival 2020. Menjadi harmoni Asia dan Afrika, edisi ke-6 festival digelar pada Sabtu (11/4) di Kawasan Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat.

oleh Gilar Ramdhani pada 18 Feb 2020, 14:57 WIB
Diperbarui 18 Feb 2020, 15:27 WIB
Media Pemersatu Budaya Dua Benua, Bandung Janjikan Asia Afrika Festival 2020 Lebih Meriah
Asia Africa Carnival 2019. (Foto: Kemenpar)
Liputan6.com, Bandung Budaya dari dua benua akan disatukan kembali melalui Asia Afrika Festival 2020. Menjadi harmoni Asia dan Afrika, edisi ke-6 festival digelar pada Sabtu (11/4). Lokasinya ada di Kawasan Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat.
 
Asia Afrika Festival biasanya digelar dalam dua konten utama. Ada Asia Afrika Expo dengan tematik budaya dan Parade Budaya Asia Afrika. Parade Budaya tersebut menjadi representasi harmoni antara masyarakat Asia dan Afrika. Menggunakan konsep Asia Africa Carnival 2019, parade diikuti banyak negara. Komposisinya diantaranya, Jepang, Korea Selatan, India, Tiongkok, dan beberapa negara Afrika.
 
“Asia Afrika Festival 2020 akan digelar meriah. Sebab, momentum ini jadi penegas persahabatan negara-negara di Asia dan Afrika. Budaya dari Asia dan Afrika disatukan. Lalu, nilai sejarah tetap ditonjolkan. Bagaimanapun, pesan besar dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika waktu itu harus tetap hidup dan lestari,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Dewi Kaniasari.
 
 

Terinspirasi dari KAA

Asia Afrika Festival 2020 memang terinspirasi dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KAA). Bila mengacu kepada sejarahnya, KAA digelar 18-24 April 1955. Momentum bersejarah tersebut digelar di Gedung Merdeka, Bandung. KAA sejatinya pertemuan negara-negara di Asia-Afrika yang kebanyakan baru Merdeka. Tujuannya, mempromosikan kerjasama ekonomi dan budaya juga melawan kolonialisme.
 
Pelopor KAA adalah lima negara, yaitu Indonesia, Pakistan, India, Sri Lanka (Ceylon), hingga Myanmar (Burma). Nama-nama besar yang menginspirasinya adalah Ali Sastroamidjojo (Indonesia), Mohammad Ali Bogra (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India), Sir John Kotelawala (Sri Lanka), dan U Nu (Myanmar). Adapun konferensi ini diikuti oleh 29 negara dari Asia dan Afrika.
 
KAA sendiri menghasilkan sepuluh point hasil pertemuan atau terkenal sebagai Dasasila Bandung. Inti dari Dasasila Bandung berupa pernyataan dukungan bagi kerukunan juga perdamaian dunia. Hasil itu seolah menjadi representasi dari perinsip Piagam PBB. Lebih lanjut, KAA pun menjadi inspirasi bagi lahirnya Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
 
“Beragam konten yang disajikan Asia Afrika Festival 2020 tetap merefleksikan KAA. Di situ ada warna budaya yang kental. Bagaimanapun, ini pesta besar masyarakat Asia dan Afrika. Kami optimistis, event ini akan menarik arus wisatawan dalam jumlah yang besar,” terang Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Wawan Gunawan.
 
Asia Afrika Festival 2020 Media Pemersatu Budaya Dua Benua
Asia Africa Carnival 2019. (Foto: Kemenpar)
Menjadi event yang dinantikan, Asia Afrika Festival selalu sukses mengumpulkan massa dalam jumlah besar. Pada penyelenggaraan festival tahun lalu, Asia Africa Carnival 2019 saja mampu menghadirkan 2.000 peserta. Event tersebut juga dihadiri oleh duta besar dari 19 negara sahabat. Turut bergabung juga bupati/walikota se-Indonesia. Menariknya, mereka juga melakukan historical walk.
 
Bagaimana respon publik? Puluhan ribu wisatawan terlihat mengular di lintasan Asia Africa Carnival 2019. Parade ini memiliki panjang rute 1,2 Km, melintasi beberapa ruas jalan utama Kota Bandung. Ada Jalan Asia Afrika, Cikapundung Barat, Naripan, Tamblong, lalu kembali lagi menuju Jalan Asia Afrika. Wisatawan terlihat menikmati budaya dari beragam busana yang disajikan peserta carnival.
 
“Asia Afrika Festival 2020 merupakan event yang luar biasa. Sejarah dan budaya Asia-Afrika tetap hidup dari masa ke masa. Mendapatkan apresiasi besar dari publik. Semoga penyelenggaraan festival tahun ini semakin menginspirasi untuk menghasilkan karya terbaik bagi dunia,” tutup Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelengggara Kegiatan (Event) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Rizki Handayani.
 
 
(*)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya