Alasan Maskapai Jepang Tetap Layani Rute Domestik Saat Pandemi Corona Covid-19

Dua maskapai terbesar Jepang, yaitu ANA dan JAL, telah memotong sekitar 90 persen dari jadwal penerbangan internasional mereka, namun rute domestik beroperasi seperti biasa.

oleh Henry diperbarui 21 Apr 2020, 20:01 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 20:01 WIB
Ilustrasi Japan Airlines
Ilustrasi Japan Airlines (Dok.Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 sangat berdampak pada dunia penerbangan. Banyak maskapai penerbangan yang tidak beroperasi untuk sementara waktu. Namun hal itu tidak terjadi di Jepang.

Maskapai Jepang tetap menjalankan setengah dari kapasitas rute domestik, walaupun kursi pesawat sebagian besar kosong. Hal ini dilakukan karena kurangnya arahan yang jelas dari pemerintah tentang fungsi infrastruktur transportasi dalam masa krisis.

Dilansir dari Channel News Asia, 19 April 2020, dua maskapai terbesar Jepang yaitu Air Nippon Airways (ANA) dan Japan Airlines (JAL) telah memotong sekitar 90 persen dari jadwal penerbangan internasional mereka, namun rute domestik beroperasi seperti biasa.

Kedua maskapai itu tetap mengoperasikan sekitar 800 penerbangan domestik. Sampai 17 April 2020, ANA dan JAL mengumumkan adanya pemotongan rute baru tapi tetap menerbangkan sekitar 2/3 dari kapasitas domestik dengan 10 persen merupakan permintaan penerbangan yang biasa mereka layani.

Padahal, pemerintah Jepang telah mengumumkan masa darurat selama satu bulan mulai 7 April 2020. JAL mengklaim akan mengoperasikan 40 persen kapasitas rute domestik sampai akhir April ini. Sedangkan ANA akan mengurangi kapasitas menjadi 49 persen.

Keputusan untuk tetap membiarkan maskapai beroperasi sebenarnya telah menambah ketegangan finansial pada maskapai Jepang. Negara lainnya seperti India, Thailand, dan Filipina telah menghentikan seluruh penerbangannya sesuai dengan perintah pemerintah mereka.

Sementara itu, di Australia dan Selandia Baru, maskapai terbang kurang dari lima persen dari total jadwal penerbangan mereka karena adanya pembatasan perjalanan dan pengurangan permintaan.

Jepang tidak membatasi perjalanan domestik. Pihak pemerintah juga hanya meminta warganya untuk tinggal di rumah dan meminta bar dan restoran untuk sementara ditutup tanpa adanya hukuman maupun denda.

Kerugian Rp72 Triliun

Kabin Pesawat
Ilustrasi kabin pesawat. (iStockphoto)

Menurut sebuah sumber yang dekat dengan maskapai di Jepang, beberapa pesawat, terbang dengan kurang dari 10 penumpang, namun mereka tetap beroperasi seperti biasa demi menjaga infrastruktur transportasi itu.

Seorang pejabat di Biro Penerbangan Sipil Jepang yang mengawasi maskapai penerbangan, menggambarkannya sebagai "bisnis seperti biasa", dengan maskapai penerbangan yang mengatur jadwal berdasarkan kondisi bisnis.

Ia mengatakan, pemerintah mengharuskan mereka untuk menawarkan pengembalian uang atau pemesanan baru kepada penumpang yang batal melakukan penerbangan.

Tidak ada maskapai yang murni dimiliki oleh pemerintah namun maskapai punya hubungan dekat dengan regulator, pejabat dan politisi yang bersedia memberikan bantuan keuangan di masa-masa sulit untuk mendukung jaringan penerbangan domestik.

Pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe sudah menjanjikan dukungan keuangan untuk operator meskipun belum mengatakan jumlah pastinya.

Asosiasi Maskapai Penerbangan Terjadwal Jepang, yang mewakili ANA, JAL, dan 17 maskapai lainnya, memperkirakan bahwa pandemi corona telah menghilangkan pendapatan mereka sekitar 500 miliar Yen (sekitar Rp72 triliun) pada akhir Mei 2020 nanti. Kalau pandemi berlangsung lebih dari setahun, defisit itu bisa membengkak menjadi 2 triliun Yen (sekitar Rp289 triliun).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya