Rencana China Perketat Aturan Iklan Produk Kecantikan karena Banyak Kasus Penipuan

Sejumlah iklan produk kecantikan di China dianggap membuat klaim yang berlebihan atau palsu.

oleh Henry diperbarui 17 Sep 2021, 04:01 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2021, 04:01 WIB
ilustrasi produk kecantikan - makeup
ilustrasi produk kecantikan - makeup (unsplash.com/ Jake)

Liputan6.com, Jakarta - Iklan produk kecantikan di China mendapat sorotan dari pemerintah setempat, mengingat banyak dari promosi itu dianggap menipu pembeli. Surat kabar milik pemerintah China, People's Daily, mengkritik iklan kecantikan yang mendorong orang menjalani operasi plastik, prosedur maupun perawatan kecantikan.

Iklan tersebut dinilai berlebihan dan membuat klaim palsu. Poster layanan kecantikan bertebaran di mana-mana, mulai dari halte bus, kereta bawah tanah, sampai media sosial.

Dilansir dari Global Times, Kamis (16/9/2021), penertiban iklan tentang operasi, prosedur, dan perawatan kecantikan adalah hal penting dan mendesak. Menurut mereka, sejumlah iklan mengaitkan ketampanan dengan "kualitas tinggi," "ketekunan" dan "kesuksesan."

Juga, dituding mengarang cerita tentang "operasi plastik mengubah nasib seseorang," dan mendistorsi persepsi publik tentang estetika. Kritik terhadap bisnis ini muncul setelah pemerintah China bertindak keras terhadap beberapa sektor industri, dari teknologi hingga pendidikan.

Tindakan itu dilakukan untuk memperkuat kontrol pemerintah atas sektor ekonomi dan masyarakat yang dianggap berkembang secara tak terkendali selama bertahun-tahun. Pengaturan sejumlah sektor bisnis telah memicu kekhawatiran investor tentang sektor mana lagi yang akan ditertibkan.

Agustus lalu, regulator pasar China tengah menyusun pedoman untuk mengatur praktik periklanan di sektor estetika medis karena dinilai memicu kecemasan orang tentang penampilan mereka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Operasi Plastik

Iklan Digital
Iklan Digital. (ilustrasi)

Permintaan layanan operasi plastik atau perawatan estetika medis meningkat pesat di China dalam beberapa tahun terakhir. Operasi untuk membuat mata lebih lebar atau hidung lebih mancung masuk dalam daftar layanan terpopuler.

Namun, para penyedia layanan dikritik karena gagal memperingatkan klien mereka tentang risiko prosedur semacam itu. Pada Juli 2021, seorang influencer berusia 33 tahun meninggal karena komplikasi setelah gagal menjalani operasi sedot lemak.

Pasar operasi plastik di China cukup besar. Tahun depan diperkirakan akan tumbuh menjadi sekitar 46,54 miliar dolar AS atau sekitar Rp667 triliun, menurut kantor berita Xinhua.


Klinik Tanpa Izin

Covid-19 Kembali, Warga Wuhan Langsung Padati Supermarket
Orang-orang membeli barang di supermarket di Wuhan, provinsi Hubei pada 2 Agustus 2021. Pihak berwenang di Wuhan akan melakukan tes COVID-19 terhadap seluruh penduduk, setelah kota di China Tengah ini melaporkan infeksi lokal pertamanya dalam lebih dari setahun. (STR / AFP)

Menurut laporan Global Times, China memiliki lebih dari 60 ribu klinik bedah plastik tanpa izin pada 2019.  Klinik-klinik itu bertanggung jawab atas sekitar 40 ribu kecelakaan medis setiap tahun, rata-rata 110 operasi yang gagal per hari, tambah laporan itu.

Dalam salah satu kasus paling terkenal, aktris Gao Liu berbagi gambar secara online tentang prosedur kosmetik yang membuatnya mengalami nekrosis pada hidung, yang berarti jaringan di pucuk hidungnya telah mati. Ia mengatakan untuk perbaikan membutuhkan lebih banyak operasi.

Komplikasinya telah menelan biaya lebih dari 400 ribu yuan (sekitar Rp 890 juta) untuk memperbaiki selaput. Pada Juni 2021, Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan kampanye yang menargetkan penyedia bedah kosmetik tanpa izin, termasuk menyelidiki keluhan pelanggan dengan lebih cepat.


Infografis Fenomena Operasi Plastik

Infografis Fenomena Operasi Plastik
Infografis Fenomena Operasi Plastik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya