Cerita Akhir Pekan: Gunung Banyak Memberi, Sedikit Menerima

Hari Gunung Internasional diperingati setiap 11 Desember, yang mana "wisata gunung berkelanjutan" jadi tema tahun ini.

oleh Asnida Riani diperbarui 11 Des 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 11 Des 2021, 08:30 WIB
Gunung Rinjani
Jalur pendakian Torean, Gunung Rinjani. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta - "Hari Gunung Internasional jadi momentum bagi kita semua untuk menghayati kembali betapa besarnya peran gunung dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lain," kata Oki Lutfi, desainer produk PT Eigerindo MPI, melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 10 Desember 2021.

Anggapan itu diamini Iben Yuzenho Ismarson, founder Sebumi. Ia menyebut, gunung sudah menyejahterakan kehidupan manusia sejak awal peradaban. Salah satu peran utamanya, kata Iben, adalah sebagai sumber air.

"Semua peradaban dimulai dari air. Peradaban punah salah satunya karena menurunnya kualitas dan ketersediaan air bersih yang berasal dari pegunungan yang mengalirkannya ke sungai-sungai di dataran rendah. Untuk menjaga keberlanjutan hidup, manusia perlu menjaga keberlanjutan dan kelestarian gunung-gunung," paparnya lewat pesan, Jumat, 10 Desember 2021.

Relevan dengan tema Hari Gunung Internasional tahun ini, yakni "wisata gunung berkelanjutan," pariwisata harus jadi salah satu dorongan yang berada di sisi narasi ini, bukan sebaliknya, sebut Iben.

Sementara Oki mengatakan, semangat berkelanjutan ini terkait erat dengan visi dan misi EIGER dalam tata kelola bisnisnya untuk lebih berperan dalam membangun masyarakat dan lingkungan secara lebih baik.

Menjelajahi Keindahan Gunung Sumbing
Tenda pendaki terlihat berada di Pos 2 Gunung Sumbing dengan latar belakang pemandangan Gunung Sindoro saat senja di Wonosobo, Jawa Tengah (3/4). Gunung ini memiliki pemandangan yang indah serta jalur terjal dan ekstrem dari basecamp hingga puncak Rajawali. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Iben menyetujui bahwa praktik wisata gunung berkelanjutan ini berdampak baik pada komunitas lokal, dengan catatan "dijabarkan dalam aksi nyata dengan melibatkan semua stakeholder terkait."

"Ketika pelaku ekowisata menerapkan konsep pelibatan masyarakat dan aksi konservasi dalam aktivitas wisatanya, akan terjadi interaksi dan pertukaran yang bermakna, tidak semata transaksional antara komunitas lokal dan pengunjung. Peran operator dan pengelola, dalam hal ini pemerintah, juga penting untuk mendukung proses ini terjadi," tuturnya.

Oki menyambung, pihaknya telah mempraktikkan pelibatan komunitas lokal dalam rangkaian kegiatan-kegiatan alam terbuka. "Pada ekspedisi 'Black Borneo' tahun 2015 di kawasan karst Merabu dan tahun 2016 pada perintisan jalur gunung Beriun Kalimantan Timur, tim ekspedisi kami merupakan gabungan antara para pendaki profesional dan warga setempat," ucap Oki.

Pemberdayaan komunitas lokal pun dilanjutkan pascaekspedisi dengan kegiatan-kegiatan pelatihan dari pendaki dan pemanjat tebing profesional terhadap warga setempat untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan mereka. 

"Dari pengalaman-pengalaman tersebut, kami berkesimpulan bahwa semangat kolaborasi dan pemberdayaan adalah langkah penting untuk saling belajar dan saling memahami bahwa kita memiliki semangat yang sama (dalam) berkegiatan di alam, yakni melestarikannya," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gunung Sudah Banyak Memberi, namun Sedikit Menerima?

Pendakian Gunung di Masa Pandemi
Wisatawan saat melakukan pendakian Gunung Sindoro via Jalur Alang-Alang Sewu, Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (11/9/2021).Wisata pendakian Gunung Sindoro kembali dibuka pasca meredanya kasus Covid-19 di Jawa-Bali yang memasuki PPKM Level 3. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Apakah benar jadinya gunung sudah banyak memberi, namun sedikit menerima? Iben mengiyakan.

"Dari kasat mata saja di pendakian terakhir Sebumi dan yang pertama di masa pandemi pada Oktober 2021 di Gunung Rinjani, volume sampah menurun karena jumlah pendaki juga turun drastis. Bukti bahwa memang jumlah pendaki berbanding lurus dengan volume sampah yang ditinggalkan di gunung," urainya.

Masyarakat lokal dan pengelola dinilai Iben sebagai ujung tombak pemberi dampak baik pada ekosistem gunung. Pendaki sebagai pelanggan, menurutnya, bisa diedukasi dan dipengaruhi ketika penjaga wilayah sudah memiliki kesadaran yang tinggi, keinginan, dan kedsiplinan untuk menjaga "rumahnya."

Di sisi lain, Oki menjelaskan, edukasi yang berkesinambungan jadi bagian dari peran pihaknya untuk membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian gunung. Beberapa inisiasinya termasuk Eiger Mountain Jungle Course, Eiger Survial Camp, dan Women Adventure Camp.

"Merencanakan perjalanan yang aman, nyaman, respek terhadap alam, sesama manusia, dan makhluk hidup lain merupakan bagian dari materi edukasi-edukasi tersebut," imbuhnya.

Selain, mereka juga telah melakukan riset untuk mengembangkan produk-produk lebih ramah lingkungan. Ini termasuk produk bermaterial bahan daur ulang botol plastik, mengembangkan material budidaya alam non-hutan yang lebih rendah emisi dalam proses produksi seperti bambu untuk substitusi material konvensional dari plastik dan logam.

Oki menyambung, "Kami juga mengembangkan fitur-fitur khusus pada produk agar sampah bisa dibawa turun kembali para pendaki. Kami pun telah memiliki peta jalan untuk produk ramah lingkungan kami yang proporsinya diproyeksikan akan semakin meningkat dari tahun ke tahun."

Ia menyarankan untuk memilih peralatan yang kuat dan awet, juga sesuai fungsi dan peruntukan perjalanan. Selain akan tahan digunakan di perjalanan gunung yang medan dan cuacanya berat, peralatan yang kuat dan awet akan punya umur pakai lebih lama, sehingga akan mengurangi sampah produk.

Jangan Dilihat sebagai Objek Mati

Menikmati Pengalaman Berbeda Mendaki Di Gunung Ciremai
Para pendaki tengah menikmati pemandangan alam di puncak Gunung Ciremai via jalur pendakian Apuy Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Di peringatan Hari Gunung Internasional, Iben mengajak untuk melihat gunung bukan sebagai objek mati, tapi makhluk hidup yang berperan krusial pada keberlanjutan kehidupan manusia. "Mari mengunjungi gunung untuk memahami akar kehidupan kita dan mengerti diri sendiri secara lebih baik," imbuhnya.

"Gunakan kesempatan saat mengunjungi atau mendaki gunung untuk dapat turut melestarikannya dan mendukung masyarakat lokal yang hidup bergantung secara langsung darinya. Karena kita semua ada di satu jaring ekosistem yang sama dan saling terkait satu sama lain," Iben mengatakan.

Sedangkan Oki menutup keterangannya dengan menyebut, "Menjaga gunung berarti menjaga kehidupan, jadi mari kita jaga bersama-sama."

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah
Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya