Liputan6.com, Jakarta - Taliban memutuskan tidak membuka sekolah untuk anak perempuan Afghanistan di atas kelas enam sekolah dasar (SD). Keputusan ini, mengutip New York Post, Kamis, 24 Maret 2022, mengingkari janji sebelumnya.
Keputusan yang dikonfirmasi seorang pejabat Taliban Rabu, 23 Maret 2022 datang saat awal tahun ajaran baru di Afghanistan. Di sisi lain, komunitas internasional telah mendesak para pemimpin Taliban untuk membuka sekolah dan memberi perempuan hak atas ruang publik.
Keputusan menunda kembalinya anak perempuan Afghanistan ke sekolah di tingkat yang lebih tinggi tampaknya merupakan konsesi untuk pedesaan dan komunitas di mana akar gerakan Taliban tertanam. Disebutkan bahwa "banyak bagian pedesaan enggan menyekolahkan anak perempuan mereka."
Advertisement
Baca Juga
Kebijakan membatalkan kembalinya anak perempuan ke sekolah secara resmi disebutkan Waheedullah Hashmi, perwakilan pemerintahan yang dipimpin Taliban, pada Associated Press. "Tadi malam kami menerima kabar dari pimpinan kami bahwa sekolah akan tetap ditutup untuk anak perempuan," kata Hashmi. "Kami tidak mengatakan sekolah akan ditutup selamanya."
Keputusan mengejutkan itu juga muncul saat kepemimpinan gerakan telah dipanggil ke Kandahar selatan oleh pemimpin tertutup Taliban, Haibatullah Akhunzada. Juga, menyeruak di tengah laporan perombakan Kabinet, menurut seorang pemimpin Afghanistan yang juga anggota dewan kepemimpinan.
Ia berbicara dengan syarat anonim, karena tidak berwenang untuk memberi keterangan pada media. Sumber ini mengatakan ada kemungkinan beberapa posisi senior Kabinet interim diubah.
Ada laporan terus-menerus sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu tentang perbedaan di antara para pemimpin senior, yang mana bertentangan dengan pragmatis di antara mereka. Para pragmatis dilaporkan ingin melihat keterlibatan yang lebih besar dengan dunia.
Tapi, "tetap setia pada keyakinan mereka dan jadi kurang keras daripada ketika terakhir memerintah Afghanistan." Ini termasuk tentang melarang perempuan bekerja dan anak perempuan bersekolah.
Sekarang, televisi diperbolehkan di Afghanistan, tidak seperti di masa lalu, dan wanita tidak diharuskan mengenakan burqa yang menutupi seluruh tubuh, alih-alih diwajibkan memakai hijab yang menutupi kepala. Perempuan juga telah kembali bekerja di kementerian kesehatan dan pendidikan, serta di Bandara Internasional Kabul di bagian pemeriksaan paspor dan bea cukai.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Beda Kondisi
Namun demikian, anak perempuan telah dilarang bersekolah di atas kelas enam di sebagian besar wilayah negara itu sejak kembalinya Taliban. Universitas dibuka awal tahun ini di sebagian besar wilayah, tapi dekrit Taliban acap kali tidak menentu dan sementara beberapa provinsi memberikan pendidikan untuk semua, sebagian besar provinsi menutup lembaga pendidikan untuk perempuan.
Di ibu kota Kabul, sekolah swasta dan universitas telah beroperasi tanpa gangguan. Kekhawatiran pemerintahan Taliban, yakni mendaftarkan gadis-gadis di atas kelas enam berarti dapat mengasingkan basis pedesaan mereka, kata Hashmi.
Advertisement
Belum Tahu Kapan
Hashmi menyambung, "Kepemimpinan belum memutuskan kapan atau bagaimana mereka akan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah." Sementara pusat-pusat kota sebagian besar mendukung pendidikan anak perempuan, sebagian besar pedesaan Afghanistan menentang, terutama di daerah suku Pashtun.
"Di beberapa daerah pedesaan, seorang saudara akan tidak mengakui saudaranya di kota jika tahu bahwa ia membiarkan putrinya pergi sekolah," kata Hashimi, yang mengatakan bahwa kepemimpinan Taliban sedang mencoba untuk memutuskan bagaimana membuka pendidikan untuk anak perempuan di atas kelas enam di seluruh negeri.
Tidak Jujur?
Kebanyakan Taliban adalah etnis Pashtun. Dalam penyisiran mereka di seluruh negeri tahun lalu, kelompok etnis lain, seperti Uzbek dan Tajik, di utara negara itu bergabung dalam pertempuran untuk memberi kemenangan pada Taliban atau memilih tidak berperang.
"Kami melakukan semua yang diminta Taliban dalam hal pakaian Islami dan mereka berjanji bahwa anak perempuan bisa pergi ke sekolah dan sekarang mereka telah melanggar janji mereka,” kata Mariam Naheebi, seorang jurnalis lokal yang berbicara pada Associated Press. Naheebi telah memprotes batasan hak-hak perempuan dan mengatakan "mereka (Taliban) tidak jujur pada kami."
Advertisement