Penjualan Alat Bela Diri di Korea Selatan Meningkat Imbas Kasus Pembunuhan di Stasiun Sindang

Insiden pembunuhan di Stasiun Sindang, Korea Selatan,menyebabkan peningkatan penjualan alat dan senjata bela diri.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 26 Sep 2022, 18:01 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2022, 18:01 WIB
Jelang Liburan Chuseok, Stasiun Kereta Seoul Ramai
Orang-orang yang memakai masker berbaris untuk naik kereta menjelang liburan "Chuseok" di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Kamis (8/9/2022). Chuseok" atau Hari Thanksgiving versi Korea, jatuh pada 10 September 2022. ( AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini publik Negeri Ginseng dikejutkan dengan kejadian pembunuhan yang terjadi di Stasiun Sindang, Korea Selatan di jalur 2 dan 6. Seorang karyawan Seoul Metro membuntuti dan menikam mantan rekan perempuannya yang berusia 20-an hingga tewas di kamar mandi stasiun.

Dikutip dari The Korean Times, Senin (26/9/2022), seorang pekerja kantor yang berbasis di Provinsi Gyeonggi berusia awal 30-an, mengaku membeli perangkat alarm dan semprotan merica untuk melindungi diri. Perempuan yang tidak ingin diketahui identitas aslinya itu mengatakan membeli perangkat alarm dan semprotan merica untuk perlindungannya setelah pemberitaan tentang pembunuhan di stasiun kereta bawah tanah.

"Saya pikir siapa pun bisa menjadi korban insiden seperti itu kapan saja, jadi saya memutuskan untuk membawa senjata untuk perlindungan diri," kata Kim. "Jika insiden mengerikan seperti itu bisa terjadi di lingkungan yang sibuk seperti itu, saya harus menjadi orang yang bisa menjaga keselamatan saya sendiri,".

Pekerja kantor lain yang berbasis di Gyeonggi, dengan nama belakangnya Kwon, mengatakan kepada The Korea Times bahwa dia juga mulai membawa semprotan merica dan pistol setrum portabel dalam perjalanannya ke tempat kerja setiap pagi.

Dia mengatakan mendengar tentang kejahatan dan pelecehan seksual yang menargetkan perempuan di media setiap hari dan mengatakan "merasa tidak aman tanpa alat pertahanan diri sejak insiden pembunuhan Stasiun Sindang,".

Kwon menambahkan bahwa dia mengaktifkan kembali fungsi SOS darurat pada jam tangan pintarnya, yang secara otomatis memungkinkan dia untuk memanggil kontak darurat dengan menekan sebuah tombol. Ia bahkan juga telah memilih untuk memakai sepatu kets daripada sepatu bertumit agar mudah melarikan diri dari orang asing yang mungkin menyerangnya. 


Merasa Tidak Aman

Ilustrasi
Ilustrasi stasiun kereta. (dok. unsplash/Carina Sze)

Kekhawatiran serupa juga banyak dialami perempuan lain di Korea Selatan, termasuk Kim dan Kwon, yang tidak lagi percaya bahwa mereka aman atau berada di bawah perlindungan. Hal ini menyebabkan peningkatan penjualan senjata dan peralatan pertahanan diri.

Beberapa alat bela diri, termasuk semprotan merica, alarm darurat, pentungan, dan pistol setrum portabel tersedia dengan harga mulai dari 7.000 won hingga 30.000 won online, setara Rp74.000 hingga Rp317.000. Seorang pejabat situs web yang menjual barang-barang pertahanan diri, mengatakan bahwa penjualan perusahaan hampir naik dua kali lipat sejak insiden pembunuhan di stasiun kereta bawah tanah.

Di situs web, banyak klien meninggalkan ulasan tentang pembeliannya. Ia mengatakan bahwa mereka merasa tidak aman untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan pada malam hari atau takut seseorang akan mengikuti mereka ke lift atau toilet umum dan menyakiti.

Pejabat itu mengatakan bahwa rasio jenis kelamin kliennya mendekati 50:50 akhir-akhir ini, karena banyak pria memilih untuk membeli peralatan pertahanan diri sebagai hadiah untuk anggota keluarga atau pasangan perempuan mereka. Banyak ulasan dari pelanggan pria di situs web mengatakan bahwa mereka telah membeli barang untuk putri atau pasangan mereka yang baru bekerja.

Ciri-ciri dan petunjuk penggunaan beberapa jenis alat bela diri juga sudah tersebar secara online. Seorang pengguna online merekomendasikan senter taktis sebagai taktik pertahanan diri yang lebih efektif dan lebih aman, karena dapat mengulur waktu bagi korban untuk melarikan diri, sambil membingungkan penyerang tanpa melukainya secara fisik. Hal ini lebih aman karena nantinya  penyerang bisa mengajukan tuntutan hukum.


Di Metro NYC

FOTO: Penembakan Penumpang Kereta Bawah Tanah di New York
Penumpang berlari dari gerbong kereta bawah tanah di sebuah stasiun di wilayah Brooklyn, New York, Amerika Serikat, 12 April 2022. Polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan. (Will B Wylde via AP)

Antisipasi insiden serupa juga dilakukan penduduk kota New York yang sehari-hari memakai kereta bawah tanah. Penumpang mengaku takut naik kereta bawah tanah setelah penembakan di Brooklyn yang menyebabkan 29 orang terluka dan ketika kejahatan sistem transit melonjak hampir 50 persen.

Mengutip Daily Mail, Senin 26 September 2022, Walikota Eric Adams bahkan bersumpah untuk memulihkan hukum dan ketertiban untuk warganya. Seorang warga, Taina Arroyo (39) yang dalam perjalanan melihat putranya bermain di pertandingan bisbol dekat stasiun Union Square di Manhattan mengatakan merasa makin takut dari sebelumnya untuk bepergian dari rumahnya di dekat Jembatan Brooklyn.

"Saya memiliki semprotan merica setiap saat sekarang," kata Arroyo. Ia menambahkan, "Aku juga punya perlengkapan bela diri,".

Serangan dalam sistem transit bawah tanah negara Big Apple merupakan yang terbaru dalam gelombang kejahatan melanda kota itu dan melumpuhkan kembalinya ekonominya setelah dua tahun pembatasan pandemi. Menurut catatan kejahatan di area transportasi publik telah melonjak 46 persen dengan 224 insiden sejak tahun lalu ketika kota dibuka kembali.

Penumpang pada hari kerja di kereta bawah tanah masih sekitar 60 persen dari sebelum awal pandemi pada Maret 2020 dengan 3,3 juta pengendara menggunakan sistem tersebut. Pada Maret saja, jumlah kejahatan di kereta bawah tanah melonjak 55 persen, dari periode yang sama tahun lalu, menurut statistik Departemen Kepolisian Kota New York terbaru. Setidaknya ada 180 kejahatan yang dilaporkan pada bulan Maret tahun ini dibandingkan dengan 118 kejahatan pada 2021.

 

Aturan Kepemilikan Senjata

FOTO: Penembakan Penumpang Kereta Bawah Tanah di New York
Seorang pejabat MTA membantu mengarahkan penumpang di stasiun kereta bawah tanah di New York, 12 April 2022. Sejumlah orang terluka dalam penembakan yang terjadi pada jam sibuk. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya pemerintah di New York sempat menghadapi kendala dalam menangani kekerasan akibat serangan senjata jika pemerintah federal Amerika Serikat mempertahankan undang-undang sebelumnya dan tidak memiliki perubahan, menurut seorang ahli dari New York dikutip dari Global Liputan6.com, Senin 26 September 2022.

"Tanpa perubahan dalam undang-undang federal tertentu, kita terbatas pada apa yang dapat kita lakukan di tingkat lokal," kata Christopher Herrmann, asisten profesor di John Jay College of Criminal Justice, City University of New York. "Kota-kota seperti New York tidak akan dapat mengendalikan banyak senjata yang masuk ke negara bagian dan masuk ke kota. Tapi ini telah menjadi masalah yang berlangsung selama beberapa dekade."

Tak banyak yang bisa dilakukan Kota New York untuk mengendalikan senjata, terutama jika mayoritas senjata datang dari luar negara bagian, kata Herrmann kepada Xinhua dalam sebuah wawancara. Undang-undang kontrol senjata di negara bagian seperti Florida, Georgia, Carolina Selatan, Carolina Utara, Virginia dan bahkan Pennsylvania agak berdampak di New York, menurut Herrmann.

"New York City punya beberapa undang-undang senjata terberat di negara ini, tetapi masalahnya adalah bahwa sebagian besar senjata yang digunakan dalam kejahatan di New York City adalah senjata yang dibeli di luar negara bagian," sebut Herrmann.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya