Polemik Labuan Bajo dan Konservasi Komodo Jadi Sorotan Media Asing

Media asing, South China Morning Post, menyoroti pembangunan di Labuan Bajo dan protes kenaikan harga tiket masuk Taman Nasional Komodo.

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Okt 2022, 09:37 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 09:30 WIB
Wisata NTT
Bukit Sylvia di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang terjadi di Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa waktu lalu, sepertinya masih enggan minggir dari lampu sorot atensi publik. Kali ini, perhatian itu kembali disinggung dalam laporan media asingSCMP.

Melansir situs webnya, Selasa (4/10/2022), publikasi itu menyebut Labuan Bajo berada di pusat tarik ulur antara pemulihan ekonomi pascapandemi dan pelestarian alam. "Jadi pintu gerbang ke Taman Nasional Komodo seluas 1.733 km persegi merupakan berkah sekaligus kutukan bagi kota ini," outlet itu menyambung.

Didirikan pada 1980 untuk melindungi komodo, taman nasional ini telah jadi situs Warisan Dunia UNESCO pada 1991. "Sejak itu, Komodo telah menempatkan Labuan Bajo, serta Flores, di peta," kata publikasi itu.

Investasi pun mulai mengalir ke desa nelayan yang mayoritas berpenduduk Muslim itu. Resor dan fasilitas wisata yang bermunculan di sebidang tanah pantai yang semakin mahal mulai bersisian dengan masjid, warung makan, toko selam, dan bistro Eropa di sepanjang jalan raya pantai utama Labuan Bajo, Soekarno Hatta.

Di antara perkembangan terbaru yang menghadap ke laut adalah Starbucks; franchise hotel bintang lima Indonesia; dan esplanade dermaga wisata yang belum selesai, lengkap dengan food court terbuka. Pembangunan berlanjut di sepanjang garis pantai sampai semenanjung Waecicu di barat laut kota

"Sebuah situs bangunan besar sekarang membawa spanduk hotel Marriott dan harga real estat adalah yang tertinggi," outlet itu melaporkan.

Salah Satu dari 10 Bali Baru

Pulau Komodo Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Foto Istimewah
Pulau Komodo Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Foto Istimewa

Dalam laporannya, SCMP juga menyoroti bahwa Labuan Bajo tengah diubah jadi salah satu dari "10 Bali baru" sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya meningkatkan ekonomi dengan pariwisata.  Juli lalu, otoritas telah mengumumkan kenaikan 25 kali lipat dalam harga tiket masuk Taman Nasional Komodo, dari Rp150 ribu jadi Rp3,75 juta.

Antara 28 Juli dan 1 Agustus 2022, penduduk setempat yang kecewa turun ke jalan-jalan Labuan Bajo dalam protes damai. Mereka mengancam embargo selama sebulan terhadap semua layanan terkait pariwisata, sambungnya.

Pada hari terakhir protes, seorang jurnalis dan tiga orang lain ditahan pihak berwenang, mereka mencatat. Untuk alasan itu, sebagian besar orang yang diajak bicara untuk artikel tersebut bersikeras tidak disebutkan namanya.

"Fakta bahwa sebagian besar penduduk setempat tidak mau berbicara di depan umum menunjukkan bahwa mereka takut akan kemungkinan pembalasan," kata penulis Andreas Harsono, yang telah meliput di Indonesia untuk Human Rights Watch sejak 2008. "Mungkin tidak berdasar, tapi itu menunjukkan bahwa ada ketakutan."

"Frustrasi pada proposal yang tidak tepat waktu setelah dua tahun tanpa pariwisata dapat dimengerti, tapi ini bukan pertama kalinya pemerintah berusaha menaikkan biaya," publikasi itu menyambung.

Pulau Rinca Bukan Alternatif yang Baik?

Ilustrasi Keindahan Alam Indonesia
Keindahan Pulau Padar, Labuan Bajo. (Bola.com/Pixabay)

Konservasi Taman Nasional Komodo telah jadi agenda sejak 2019, ketika diusulkan agar area itu ditutup selama setahun untuk membantu memulihkan populasi komodo dan rusa yang mereka makan. Setelah keributan lokal, kenaikan besar dalam biaya masuk untuk mengontrol jumlah pengunjung diusulkan, kendati sekarang masih ditunda penerapannya.

"Tiket yang sangat mahal" ini akan memungkinkan pengunjung memasuki taman nasional beberapa kali dalam satu tahun. "Tapi realitanya, siapa yang mau, atau bisa, datang lagi, apalagi kalau bepergian dari luar negeri?" kata Edgar Lembor, pemilik Raes Cafe Labuan Bajo.

Jokowi mengomentari masalah ini pada 21 Juli 2022 di kanal YouTube Sekretariat Presiden, mengatakan bahwa pemerintah telah memutuskan fokus pada konservasi di Pulau Komodo dan Pulau Padar. "Membiarkan pariwisata lebih terjangkau berkembang di Pulau Rinca, yang diperkirakan memiliki 1.300 individu komodo," outlet itu mencatat.

"Pulau Rinca juga memiliki komodo yang mirip seperti yang ada di Pulau Komodo," kata Presiden. "Jika wisatawan ingin melihat komodo, mereka bisa pergi ke Pulau Rinca."

Tapi menurut beberapa operator perjalanan di Labuan Bajo, sebagian besar wisatawan akan menganggap Rinca sebagai alternatif yang buruk, dan lebih memilih mengunjungi Pulau Komodo dan Padar, di mana sudut pandang yang tinggi dan Pantai Pink adalah tempat Instagram yang populer.

Dibagi Menurut Kategori Pengunjung

Pulau Padar
Ilustrasi Pulau Padar di Nusa Tenggara Timur. (Sumber foto: Pexels.com).

Rencana pemerintah juga akan membuat banyak situs menyelam terbaik di Taman Nasional Komodo terlarang bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya masuk yang mahal. "Kami berdemonstrasi damai di jalan selama tiga atau empat hari sampai pemerintah memikirkan kembali keputusannya dan menunda kenaikan harga hingga 1 Januari 2023," kata Lembor. "Tapi tahun depan, kita akan memiliki masalah yang sama."

Jika keseimbangan koheren antara konservasi dan pengelolaan pariwisata dapat ditemukan, sebagian besar operator pariwisata lokal setuju bahwa tarif masuk taman nasional semestinya dibagi menurut kategori pengunjung. Juga, harus ada kontrol jangka panjang terhadap dampak jumlah pengunjung.

"Harga tiket masuk adalah satu hal, tapi bagaimana manfaatnya bagi taman nasional? Akan sangat bagus jika dana dimasukkan kembali ke infrastruktur taman nasional secara keseluruhan," kata operator kapal pesiar liveaboard yang telah bekerja di Labuan Bajo dan Komodo selama lebih dari 10 tahun.

"Tidak ada tambatan tetap yang ditunjuk dan aman untuk semua kapal; (jumlah yang cukup) dapat mengakhiri kerusakan karang oleh jangkar dan rantainya. Ini adalah masalah nyata yang perlu ditangani di salah satu situs snorkeling dan menyelam yang mudah dijangkau," ia menyambung. "Juga, harus ada penegakan zona larangan penangkapan ikan yang lebih terfokus di kawasan lindung UNESCO."

Siap Protes Lagi

Pink Beach
Jika Yunani punya Balos Lagoon sebagai pantai berpasir merah jambu, maka Indonesia memiliki Pink Beach yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo).

Tiket harga masuk Taman Nasional Komodo yang lebih mahal mungkin juga membunyikan lonceng kematian bagi pariwisata di seluruh Pulau Flores.

"Komodo masih jadi prioritas karena Labuan Bajo mendapat perhatian lebih dengan wisata super premium, dan karena itu, semua program pembangunan tidak terfokus pada Flores secara umum, tapi hanya di Labuan Bajo,” kata seorang pemandu wisata yang berbasis di Ruteng.

"Saat penjaga membantu wisatawan berpose dengan aman bersama komodo, beberapa penduduk lokal dengan riuh menjajakan bisnis, menawarkan patung-patung kayu, kaus, batik, dan pernak-pernik wisata terkait komodo lainnya," publikasi itu melaporkan.

Si reporter kemudian bertanya pada pemandunya apakah ia berpikir bahwa menaikkan harga masuk ke sarang komodo akan baik untuk wilayah tersebut, dan pemandu itu menggelengkan kepala. "Kalau terpaksa, Januari tahun depan (saat harga tiket Rp3,75 juta per tahun per pengunjung rencananya diterapkan setelah penundaan), kami siap protes lagi," katanya.

Infografis Wacana Tiket Terusan Taman Nasional Komodo Senilai Rp 3,75 Juta. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Wacana Tiket Terusan Taman Nasional Komodo Senilai Rp 3,75 Juta. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya