Bukan Garuda Indonesia, Apa Nama Maskapai Penerbangan Pertama Milik Indonesia?

Sebelum Garuda Indonesia mengudara, ada satu maskapai milik Indonesia yang pernah melangit lebih dahulu.

oleh Henry diperbarui 08 Nov 2022, 09:03 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2022, 09:03 WIB
Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin beranggapan bahwa Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan pertama yang beroperasi di Indonesia. Tapi, anggapan Anda ternyata salah karena sebelum Garuda mengudara, ada satu maskapai milik Indonesia yang melangit lebih dulu.

Indonesian Airways menjadi maskapai komersial pertama yang ada di negeri ini. Namun, maskapai itu justru tidak banyak beroperasi di Indonesia, melainkan berpusat di Burma (sekarang dikenal dengan Myanmar). Indonesian Airways juga diyakini sebagai maskapai yang pertama kali mengoperasikan penerbangan sipil.

"Penerbangan sipil Indonesia tercipta pertama kali atas inisiatif Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan menyewakan pesawat yang dinamai "Indonesian Airways" kepada pemerintah Burma pada 26 Januari 1949," tulis laman resmi Garuda Indonesia, Kamis, 3 November 2022.

[bacajuga:Baca Juga](/5114300 5103413 5087521)

Dilansir dari laman resmi TNI AU (Angkatan Udara), keberadaan Indonesian Airways tak lepas dari pembelian pesawat Dakota RI-001 Seulawah. Pembelian pesawat tersebut diprakarsai atas gagasan KSAU Komodor Udara S Suryadarma atas tindak lanjut dari pidato Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Karno.

Dalam pidato pertamanya, Presiden Sukarno menyampaikan pentingnya pertahanan udara bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Pidato yang dilakukan pada 16 Juni 1948 tersebut sukses menggugah hati rakyat Sumatra, khususnya Aceh. Dari situlah, pesawat RI-001 Seulawah akhirnya dibeli lewat pengumpulan dana yang dinamai dengan dana Dakota.

AURI akhirnya menugaskan Opsir Muda Udara II Wiweko Supono, sebagai ketua misi pembelian yang dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgodisuryo, untuk membeli pesawat tersebut. Pesawat Dakota RI-001 akhirnya tiba di Indonesia pada Oktober 1948.

Sebulan setelah kedatangannya, pesawat ini telah mengantarkan Wakil Presiden Mohammad Hatta berkunjung ke Sumatra, melalui rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutarajasa Pergi Pulang (PP). Penerbangan berikutnya adalah penerbangan dari Maguwo pada 1 Desember 1948, menuju Piobang (Payakumbuh, Sumatra Barat) dengan membawa beberapa personel untuk memperkuat militer di Sumatra.

Mengoperasikan Pesawat di Luar Negeri

BJB
Pengerasan landasan paska Agresi Militer Belanda 1 sejauh 400 meter memungkinkan pesawat Dakota yang membantu logistik perang mendarat di Bandara Wirasaba. (Dok TACB/Liputan6.com)

Tiga hari di Payakumbuh, pada 4 Desember 1948 pesawat bertolak ke Kutaraja untuk mengangkut kadet ALRI, dari Payakumbuh ke Kutaraja yang dipimpin oleh Kasal Laksamana Laut Subijakto. Dalam rangka perawatan mesin berkala dan pemasangan tangki jarak jauh, pesawat diterbangkan menuju Calcutta (sekarang Kolkata), India, pada 6 Desember 1948.

Pesawat diawaki oleh Kapten Pilot J. Maupin, Kopilot Opsir Udara III Sutardjo Sigit, juru radio Opsir Muda Udara III Adi Sumarmo, serta seorang juru mesin Caesselbery. RI-001 membawa empat penumpang, saudagar Aceh yang akan merintis hubungan dagang dengan luar negeri.

Sayangnya, Seulawah tidak bisa pulang ke Indonesia karena Belanda melancarkan Agresi Militer ke-2 pada Desember 1948 dengan menyerbu Bandara Maguwo dan berhasil menduduki Jogja. Berhubung berkecamuknya perang menghadapi Agresi Militer Belanda II dan tidak memungkinkannya kembali ke Indonesia, mereka bersepakat untuk mengoperasikan pesawat di luar negeri melalui penerbangan komersial.

Awalnya, penerbangan komersial ini direncanakan di India. Namun karena sudah ada perusahaan penerbangan India Nation Airline (INA) yang melayani penerbangan dalam negerinya, perhatian dialihkan ke Burma. Untuk bisa beroperasi di Burma, RI-001 harus dalam bentuk perusahaan penerbangan atau airlines.

Pesawat RI-001 Seulawah

Pesawat Pertama Indonesian Airways, pesawat DC3 Ini beregistrasi RI001
Pesawat Pertama Indonesian Airways, pesawat DC3 Ini beregistrasi RI001.  foto: Instagram @fariskyy12

Atas prakarsa Opsir Udara II Wiweko Supeno dan bantuan Marjuni (perwakilan RI di Burma), didirikanlah sebuah perusahaan penerbangan niaga (airlines) dengan nama “Indonesian Airways” yang berpangkalan di Rangoon (ibu kota Burma saat itu) pada 26 Januari 1949. Indonesian Airways berdiri lewat modal utama satu pesawat RI-001 Seulawah.

Personel mereka saat itu antara lain, J.H. Maupin (pilot), Alan Ladmore, dan Caesselbery (juru mesin) dibantu oleh tenaga Indonesia, Opsir Udara III Wiweko Supomo, Opsir Udara II Sutardjo Sigit, dan Opsir Udara Sudarjono. Pada 26 Januari 1949, Indonesian Airways sudah berada di Bandara Mingladon, Burma, berjajar di antara perusahaan penerbangan lainnya. Pada hari itu juga RI-001 melaksanakan penerbangan pertamanya sebagai pesawat komersial.

Dalam mendukung penerbangan di Burma, Indonesia Airways mendirikan Stasiun Radio di Rangoon yang dipimpin oleh Opsir Muda Udara II Soemarno. Keberadaan stasiun ini memungkinkan perencanaan dan pelaksanaan penerobosan blokade ke Aceh.

Hampir semua wilayah Burma telah dijelajahi dan didarati oleh pesawat RI-001 Seulawah, baik untuk keperluan niaga maupun keperluan pemerintah dan militer. Pesawat RI-001 menjadi pelopor penerbangan sipil nasional, karena dengan pesawat inilah Indonesia Airways beroperasi di Burma.

Dana yang diperoleh dari operasi penerbangan di Burma ini digunakan untuk membiayai kadet-kadet udara yang belajar di India dan Filipina. Selain itu, hasil operasi RI-001 dapat membeli beberapa pesawat Dakota lainnya yang diberi nomor registrasi RI-007 dan mencharter pesawat RI-009. Sepak terjang Indonesia Airways harus berakhir setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda.

23 Maskapai

Garuda Indonesia Tutup 97 Rute Penerbangan
Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Usai pengakuan kedaulatan oleh Belanda dan pemulihan kekuasaan Pemerintah RI, perubahan organisasi dan personel di lingkungan AURI pun dilakukan. Indonesian Airways dilikuidasi dan semua kegiatan di wilayah Burma dihentikan.

Setelah tidak beroperasi sebagai pesawat komersial Indonesia Airways, pesawat RI-001 Seulawah ditaruh di Pangkalan Udara (PU) Andir Bandung, Jawa Barat. Di Andir, pesawat tersebut digunakan untuk “joy flight”. Setelah tidak digunakan lagi pada awal 1950, pesawat RI-001 diserahkan ke bagian teknik dan diparkir di ujung landasan sebelah barat PU Andir.

Sekarang ini sudah ada banyak maskapai penerbangan Indonesia seperti maskapai penumpang, kargo, dan maskapai penerbangan internasional. Nama maskapai penerbangan di Indonesia khusus penumpang tentu sudah tidak asing lagi di telinga, bahkan mungkin pernah digunakan oleh masyarakat untuk sarana berpergian.

Berikut daftar 23 nama maskapai penerbangan Indonesia khusus penumpang yang masih beroperasi, dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kamis, 3 November 2022.

Garuda Indonesia

Trigana Air Service

Pelita Air Indonesia

AirAsia

Lion Air

Wings Abadi Airlines

Tri-mg Airlines

Nusantara Air

Indonesia Air

Sriwijaya Air

Kalstrat Aviation

PT Travel Express Aviation Services atau Express Air

Asialink

My Indo Airlines

Jayawijaya Dirgantara

Citilink

TransNusa Aviation Mandiri

Batik Air

Indonesia Air Asia Extra

NAM Air Cardig Air

PT Super Air Jet

PT Raffles Global Angkasa atau RGA.

Infografis 9 Maskapai Penerbangan Nasional Tak Lagi Mengudara
Infografis 9 Maskapai Penerbangan Nasional Tak Lagi Mengudara (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya