Liputan6.com, Jakarta - Harga nasi padang jadi perdebatan terbaru dalam komplain nilai makanan yang dianggap terlalu tinggi di Singapura. Sebelumnya, berbagai keluhan soal kenaikan harga makanan, seperti seporsi cai fan seharga 12 dolar Singapura (sekitar Rp138 ribu) dan 8,5 dolar Singapura (sekitar Rp98 ribu) untuk sepiring bihun goreng tercatat dalam daftar yang menambah biaya hidup di Negeri Singa.
Yang terbaru, dilansir dari AsiaOne, Jumat, 16 Desember 2022, seorang pelanggan bercerita membayar 24 dolar Singapura (sekitar Rp276 ribu) untuk sebungkus nasi padang. Dalam unggahan Facebook pada Rabu, 14 Desember 2022, seorang pelanggan bernama Iluv Ben Ten mengatakan, ia membeli makanan mahal beberapa hari yang lalu dari sebuah warung di Bedok Food Centre.
Advertisement
Baca Juga
Ia bercerita memesan telur ikan, tahu, dan sambal goreng dengan nasi. Penjual di warung memang sudah mengatakan padanya bahwa harga telur ikan itu mahal, tapi ia tidak menyangkan akan "semahal itu." "Siapa yang (mengira) itu (akan) merugikan saya sebanyak ini," kata wanita itu.
Ia kemudian memperkirakan berapa harga setiap item: 20 dolar Singapura (sekitar Rp230 ribu) untuk telur ikan dan masing-masing dua dolar Singapura (sekitar Rp23 ribu) untuk tahu dan sambal goreng.
Wanita itu, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan pada AsiaOne bahwa semula ia memperkirakan harga makanan itu sekitar 10--15 dolar Singapura. "Saya benar-benar terkejut! Saya tidak akan membayarnya di kondisi normal," katanya, menambahkan bahwa ia tidak punya pilihan lain karena sedang terburu-buru hari itu dan itu adalah satu-satunya kios yang tidak mengantre.
Â
Pengakuan Konsumen
Si pelanggan mengatakan, pegawai itu tidak memberi tahunya tentang rincian harga dan menambahkan bahwa ia tidak meminta klarifikasi atas tuduhan tersebut. Keluhannya segera jadi viral dan banyak warganet berkomentar bahwa harganya terlalu mahal, salah satunya bahkan menyebut itu sebagai "perampokan di siang hari."
Yang lain mengatakan bahwa dengan uang sebanyak itu, wanita itu bisa saja pergi ke bufet atau makan di restoran. Beberapa berkelakar bahwa harga telur ikan sangat mahal karena itu adalah kaviar.
Unggahan Facebook-nya juga memicu diskusi tentang harga telur ikan. Beberapa tidak percaya bahwa telur ikan semahal itu, sementara yang lain mengatakan bahwa bahan-bahan seperti telur ikan, daging kambing, dan daging sapi biasanya berharga lebih dari 10 dolar Singapura (sekitar Rp115 ribu).
Nur Sharifah, yang mengelola warung nasi padang lain bernama Puteri Nasi Padang & Katering di pusat makanan yang sama, mengatakan telur ikan menang tidak murah. "Harga tergantung ukuran telur ikan," ujarnya pada AsiaOne.
Â
Advertisement
Kisaran Harga
Sharifah menjual telur ikan Batang di warungnya yang biasanya cukup mahal. Sepotong biasa dapat seharga 5--8 dolar Singapura (sekitar Rp57 ribu--Rp92 ribu). Sementara, potongan telur ikan yang lebih besar, yang dapat dibagi di antara dua hingga tiga orang, dapat mencapai 15 dolar Singapura (sekitar Rp173 ribu).
Ia juga mengaku tidak mendapat banyak untung dari menjual telur ikan. "Jika kami menjual telur ikan seharga 8 dolar Singapura (sekitar Rp92 ribu), harga (aslinya) sekitar 6 dolar Singapura (sekitar Rp69 ribu)" katanya.
Di tempat lain, harga grosir telur ikan air tawar, yang biasa dijual di warung nasi ekonomi, dikatakan di bawah 10 dolar Singapura (sekitar Rp115 ribu) per kg.
Wakil ketua Asosiasi Umum Pedagang Ikan Singapura memberi tahu 8World, "20 dolar Singapura (sekitar Rp230 ribu) per potong benar-benar terlalu mahal. Saya pikir kios itu terletak di sepanjang Sixth Avenue, jadi harga sewanya mungkin menyebabkan harga makanan lebih tinggi.
"Tapi kalau (kios) di Bedok, (sewanya) mungkin tidak mahal, jadi makanannya bisa tidak semahal itu," tandasnya.
Singapura Jadi Kota Termahal di Dunia Tahun 2022
Merujuk Indeks Biaya Hidup Sedunia pada 2022 rilisan Economist Intelligence Unit (EIU), Singapura, bersama New York, ditetapkan sebagai kota termahal di dunia tahun ini. Melansir CNN, EIU membandingkan lebih dari 400 harga individu di lebih dari 200 produk dan layanan di kota-kota tersebut.
Mereka mensurvei berbagai bisnis, baik kelas atas maupun bawah, untuk mengetahui harga yang berfluktuasi selama setahun terakhir. Secara umum, biaya hidup di dunia rata-rata naik 8,1 persen pada 2022, karena perang Rusia di Ukraina dan efek pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.
"Perang di Ukraina, sanksi Barat terhadap Rusia, dan kebijakan nol-COVID China telah menyebabkan masalah rantai pasokan," Upasana Dutt, kepala biaya hidup dunia di EIU, mengatakan. Itu, menurut Dutt, mengakibatkan krisis biaya hidup di seluruh dunia setelah dikombinasikan dengan kenaikan suku bunga dan pergeseran nilai tukar.
"Kami dapat dengan jelas melihat dampaknya dalam indeks tahun ini, dengan kenaikan harga rata-rata di 172 kota dalam survei, yang mana itu tertinggi dalam 20 tahun terakhir," ia mengatakan.
Advertisement