Heboh Iklan Lowongan Pekerjaan Jadi Pencuci Piring di Restoran Digaji Rp10 Juta

Di Singapura, pencuci piring di restoran tersebut bahkan dibayar lebih mahal, yakni mencapai hampir Rp39 juta per bulan.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Jan 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2023, 04:00 WIB
[Fimela] Ilustrasi Cuci Piring
Ilustrasi Cuci Piring | unsplash.com

Liputan6.com, Jakarta - Tai Er, restoran masakan Sichuan yang populer, baru-baru ini mengumumkan pembukaan cabang pertama mereka di Malaysia. Karena itu, mereka sedang menyebarkan iklan lowongan pekerjaan di Negeri Jiran.

Saat pertama kali dibuka di Singapura tahun lalu, restoran tersebut menerima tanggapan yang sangat positif, lapor Viral Cham, dikutip dari Says, Jumat, 30 Desember 2022. Setelah mengetahui bahwa orang menyukai masakan mereka, restoran tersebut mengumumkan pembukaan cabang lain di pusat perbelanjaan terkenal Bukit Bintang, Pavillion Kuala Lumpur.

Restoran mulai mempekerjakan karyawan baru ketika membuka gerai bulan ini, namun masih mencari sejumlah tenaga tambahan. Iklan lowongan pekerjaan restoran pun dengan cepat jadi viral setelah dibagikan di media sosial.

Pasalnya, menurut gambar yang diunggah di halaman Facebook Mal Perbelanjaan Malaysia, restoran tersebut sedang mencari karyawan baru, termasuk manajer restoran, kepala koki, trainee manajemen, dan pencuci piring. Namun, pengguna media sosial justru hanya "tertarik" pada satu posisi: pencuci piring.

"Kalian memberi gaji bulanan pada pencuci piring (senilai) tiga ribu ringgit (sekitar Rp10 juta-an)? Halo, bos saya hanya membayar saya xxxx per bulan," baca keterangan gambar.

Terkejut dengan daftar gaji yang ditawarkan restoran tersebut, beberapa orang Malaysia memikirkan kembali pilihan karier mereka. Seorang pengguna berkomentar, mereka menyadari bahwa mereka seharusnya hanya jadi pencuci piring saja, alih-alih membuang-buang waktu mendapatkan gelar sarjana dan akibatnya terlilit utang.

Gaji Lebih Tinggi di Cabang Singapura

Ilustrasi
Ilustrasi pencuci piring. (dok. unsplash/Nathan Dumlao)

Pengguna lain mempertanyakan apakah orang Malaysia punya kemauan untuk mencuci piring di rumah tanpa mengeluh. Sementara itu, satu pengguna memasang iklan lowongan pekerjaan dari restoran yang sama, tapi untuk cabangnya di Singapura.

Berdasarkan gambar, restoran tersebut mempekerjakan pencuci piring dengan gaji lebih tinggi, menawarkan 3.350 dolar Singapura (sekitar Rp38,9 juta). Nyatanya, ini bukan topik seputar pekerjaan dan gaji yang menarik perhatian publik.

Sebelum ini, ulasan tentang pria asal Jepang, Shoji Morimoto, yang memiliki apa yang sebagian orang akan lihat sebagai pekerjaan impian telah lebih dulu menyita atensi. Bagaimana tidak, ia dibayar untuk tidak melakukan apa-apa, lapor kanal Global Liputan6.com.

Penduduk Tokyo, Jepang berusia 38 tahun ini memasang tarif sebesar 10 ribu yen (sekitar Rp 1 juta) untuk setiap permintaan menjadi pendamping atau sekadar hanya menemani sang klien, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia.

"Pada dasarnya, saya menyewakan diri saya sendiri. Pekerjaan saya adalah berada di mana pun klien saya menginginkan saya dan tidak melakukan apa pun secara khusus," kata Morimoto. 

 

Selama 4 Tahun

Ilustrasi
Ilustrasi pria dibayar untuk tidak melakukan apapun di Jepang. (dok. unsplash/Carina Sze)

Dalam empat tahun terakhir, kata Morimoto, ia telah mendapatkan empat ribu permintaan. Bertubuh kurus dan berpenampilan rata-rata, ia sekarang memiliki hampir seperempat juta pengikut di Twitter.

Melalui platform tersebut, ia menemukan sebagian besar kliennya. Kira-kira 25 persen dari pengikutnya itu adalah pelanggan tetap, termasuk yang telah mempekerjakannya sebanyak 270 kali.

Pekerjaan Morimoto memang beragam rupa. Pernah suatu waktu ia hanya menemani kliennya yang ingin bermain jungkat-jungkit di taman. Di waktu lain, ia juga harus tampil dengan muka berseri-seri dan melambai melalui jendela kereta api, melepas keberangkatan kliennya.

Tidak melakukan apapun bukan berarti Morimoto mau menerima setiap permintaan. Ia telah menolak tawaran untuk memindahkan lemari es dan pergi ke Kamboja, dan tidak menerima permintaan apapun yang berbau seksual.

Dalam salah satu kasus, Morimoto duduk di seberang Aruna Chida, seorang analis data berusia 27 tahun yang mengenakan pakaian sari, mengobrol ringan sambil minum teh dan kue. Chida ingin mengenakan pakaian India di depan umum, tapi khawatir itu akan mempermalukan teman-temannya. Jadi, ia meminta tolong Morimoto untuk menemaninya.

Satu-satunya Sumber Pendapatan

Jepang Cabut Pembatasan Wisatawan, Turis Asing Kembali Kunjungi Distrik Asakusa Tokyo
Turis asing berbelanja di toko suvenir di dekat kuil Buddha Sensoji di distrik hiburan Asakusa, Tokyo, Jepang, Senin (17/10/2022). Tidak hanya mencabut pembatasan wisatawan, Pemerintah Jepang juga meluncurkan program diskon perjalanan nasional yang telah ditangguhkan karena penyebaran infeksi COVID-19. (AP Photo/Hiro Komae)

Chida berkata, "Dengan teman-teman saya, saya merasa harus menghibur mereka, tapi dengan penyedia jasa sewa (Morimoto), saya tidak merasa perlu untuk mengobrol."

Sebelum menemukan pekerjaan yang merupakan "panggilan hatinya," Morimoto bekerja di sebuah perusahaan penerbitan dan sering dicaci karena "tidak melakukan apa-apa." "Saya mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika saya memberikan kemampuan saya untuk 'tidak melakukan apa-apa' sebagai layanan pada klien," katanya.

Bisnis ini jadi satu-satunya sumber pendapatan Morimoto, yang digunakan untuk menghidupi istri dan anaknya. Meski ia menolak untuk mengungkap berapa besar penghasilannya, Marimoto mengatakan, ia mendapatkan sekitar satu atau dua klien sehari. Sebelum pandemi, kliennya bahkan mencapai tiga atau empat orang per hari.

Saat ia menghabiskan hari tanpa melakukan apa-apa di Tokyo, Morimoto merenungkan sifat aneh pekerjaannya. Jasa tersebut tampaknya akan menimbulkan pertanyaan pada masyarakat yang menghargai produktivitas dan mencemooh ketidakbergunaan.

"Orang cenderung berpikir bahwa dengan saya 'tidak melakukan apa-apa,' saya jadi berharga karena berguna (bagi orang lain) ... Tapi tidak apa-apa (sebenarnya) untuk tidak melakukan apapun (dalam suatu waktu). Orang tidak harus berguna dengan cara tertentu," katanya.

Infografis Menanti Sosialisasi Naskah UU Cipta Kerja. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Menanti Sosialisasi Naskah UU Cipta Kerja. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya